PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DALAM PENINGKATAN KINERJA

Mengapa repot-repot menaruh perhatian pada budaya perusahaan? Bukankah bagaimanapun budaya sudah terbentuk?

Beberapa pemimpin perusahaan datang dengan pernyataan “Budaya kantor saya kurang bagus, perlu diperbaiki dan saya tidak tahu caranya”. Seperti biasa pernyataan ini muncul bahkan sebelum kami berbicara tentang definisi budaya organisasi. Artinya mereka sudah memiliki pemahaman sendiri tentang budaya. Ketika kami bertanya apa yang dimaksud dengan ‘budaya yang kurang bagus’? Pada dasarnya mereka mengaitkannya dengan etos kerja, inisiatif, terobosan, dan rasa memiliki. Lalu apa yang akan terjadi jika karyawan memiliki semua sikap itu? Semua berujung pada pencapaian perusahaan.

Jadi, secara mendasar para pemimpin atau pemilik perusahaan percaya bahwa budaya erat kaitannya dengan peningkatan kinerja. Lalu, bagaimana dengan pekerja?

Seperti pada kasus wawancara di atas, seorang pencari kerja mengutamakan lingkungan kerja yang sehat dalam memilih perusahaan. Mengapa mereka tidak mengutamakan gaji? Alasannya karena mereka percaya lingkungan kerja yang baik dapat membuat mereka bekerja dengan baik pula. Lagi-lagi kesimpulannya adalah kualitas kinerja.

Namun, apakah persepsi ini benar? Benarkah budaya perusahaan yang baik akan membuat perusahaan semakin produktif?

Sebuah penelitian, yang dirilis oleh Forbes, menyatakan bahwa turnover pada perusahaan dengan budaya yang buruk adalah 48%, sedangkan pada perusahaan dengan budaya yang baik hanya sebesar 14%. Di sisi lain, Willis Tower Watson menemukan dalam penelitiannya bahwa biaya untuk mengganti karyawan dengan performa yang baik pada titik ekstrimnya bisa mencapai 200 kali gaji orang tersebut. Ke mana saja biaya itu keluar? Bayangkan proses rekrutmen yang terus menerus, produktivitas yang berkurang, waktu beradaptasi, dan gagasan yang terbuang, bahkan ide yang menjadi milik perusahaan lain.

Kembali kepada penelitian yang dirilis Forbes, pekerja yang bahagia 12% lebih produktif dibandingkan karyawan yang ‘biasa-biasa’ saja, sementara pekerja yang yang tidak bahagia produktivitasnya lebih rendah 10%. Pada penelitian yang sama, karyawan dengan engagement yang lebih kuat rata-rata membuat pendapatan perusahaan meningkat sebesar 28%.

Menurut Willis Towers Watson Studies, 50% perusahaan di dunia mengalami kesulitan untuk mempertahankan talenta-talenta terbaiknya. Penelitian hayes.com menyatakan bahwa 43% talenta yang mengajukan pengunduran diri, memiliki alasan yang berkaitan dengan budaya perusahaan, sementara hanya 12% yang mengundurkan diri karena upah.

Beberapa penelitian di atas hanya sebagian dari berbagai temuan akademis yang menunjukkan kaitan budaya dengan performa perusahaan. Richard Branson pernah mengatakan “Create a workplace and company culture that will attract great talent. If you hire brilliant people, they will make work feel more like play”, artinya penting bagi kita membangun budaya perusahaan yang mampu menarik talenta-talenta hebat karena mereka akan memberikan kinerja yang luar biasa.

Tony Hsieh, CEO Zappos yang sering disebut sebagai revolusioner dalam budaya perusahaan mengatakan “Good service comes naturally from employee who embraced the company culture” atau pelayanan prima akan tersampaikan secara tulus kepada pelanggan oleh karyawan yang mencintai budaya perusahaannya. Lain lagi dengan Brian Chesky, pendiri airbnb, yang sukses melakukan disrupsi di industri perhotelan. Ia menyatakan bahwa “A Company’s culture is the foundation for future innovation. An entrepreneur job is to build the foundation”, maksudnya bahwa budaya perusahaan adalah fondasi inovasi masa depan dan tugas seorang entrepreneur adalah membangun fondasi tersebut.

Dari penelitian dan pendapat para pemimpin bisnis di atas, menunjukkan bahwa pendapat budaya organisasi memberikan pengaruh pada pencapaian perusahaan memang benar adanya. Singkatnya dapat diilustrasikan dengan alur sebagai berikut:

Budaya yang baik membantu orang-orang dalam perusahaan untuk bekerja lebih baik, talenta yang mencintai budaya perusahaan akan memiliki engagement yang aktif sehingga dapat memberikan kinerja yang produktif. Kita sudah menyinggung bagaimana budaya yang kuat dapat menarik talenta hebat dan mempertahankannya. Lalu, bagaimana dengan individu yang sudah telanjur berada dalam perusahaan, namun tidak memiliki sikap kerja yang sesuai dengan budaya yang akan kita bangun?

Recommended Posts