Ketika terjadi suatu permasalahan, seorang manajer tidak dapat terus – menerus menelpon manajemen tingkat atas untuk membantu, namun dia harus membuat suatu keputusan untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu ajaran klasik Druckerisme adalah “tanpa adanya pengambil keputusan, Anda tak akan pernah mengambil keputusan.”
Peter Drucker menyebutkan bahwa keputusan mempromosikan seseorang sebagai keputusan hidup atau mati bagi para manajer. Ketika seorang atasan akan membuat keputusan sehubungan dengan promosi, maka keputusan tersebut harus dipertimbangkan dengan serius dan tidak terburu – buru. Hanya sedikit hal yang dapat berhasil jika keputusan dibuat secara terburu – buru. Salah satu kunci untuk membuat keputusan hidup atau mati adalah jangan pernah mendelegasikannya kepada orang lain.
Keputusan hidup dan mati dapat mencakup:
- Siapa yang akan dipromosi dan kapan akan dilakukan.
- Orang – orang yang memiliki kompetensi tertinggi di bidang – bidang yang menjadi titik lemah pemimpin.
- Orang – orang yang tidak puas dengan pekerjaannya yang sekarang dan ingin bekerja lebih.
- Orang – orang yang memiliki rekam jejak.
- Tidak hanya sekedar memilih orang yang bebas dari kesalahan.
- Memecat atau mendemosi manajer.
Setiap manajer atau individu yang mementingkan kepentingannya sendiri dibandingkan kepentingan perusahaan serta lebih memilih ‘menjadi benar’ daripada ‘melakukan dengan benar’ sebaiknya dipecat. Ketidakdewasaan dalam diri manajer adalah hal yang tidak dapat diterima.
- Keputusan terkait lingkup dan kerja seorang manajer unit seperti investasi dan modal.
Setiap manajer wajib menetapkan tujuan yang jelas bagi seluruh anggotanya dan menghilangkan segala hambatan yang mengganggu kinerja tersebut. Hal tersebut berlaku bagi semua pemimpin yang bertanggung jawab memikirkan masa depan organisasi.
Keputusan hidup dan mati biasanya dibuat oleh para manajer puncak atau eksekutif. Akan tetapi, pembuat keputusan hidup dan mati tidak perlu memiliki gelar manajer karena terkadang ada eksekutif yang tidak mengelola seorang pun. Sebuah keputusan hidup dan mati dapat diambil oleh orang yang dapat mengubah nasib organisasi.
Pembuatan keputusan hidup dan mati perlu didampingi oleh keputusan prioritas. Jika tidak ada keputusan prioritas, maka tidak ada keputusan yang dapat dituntaskan. Membuat keputusan prioritas memaksa seseorang menganalisis kembali kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan kebutuhannya. Keputusan prioritas akan mengubah tujuan baik menjadi komitmen dan wawasan menjadi tindakan. Keputusan prioritas adalah tanda tingkat keseriusan dan visi manajemen. Dengan adanya keputusan prioritas, orang dapat mengetahui apa yang sebaiknya tidak mereka lakukan.
Referensi:
Krames, Jefferey A. Inside Drucker’s Brain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.