Kemajuan teknologi telah mengubah dunia, termasuk dunia pekerjaan. Segala bentuk teknologi yang digunakan dalam pekerjaan adalah bagian technological environment yang memengaruhi 30% dari employee experience. Hal ini meliputi aplikasi hingga hardware dan software, bahkan user interface dan desain.
Jika sarana teknologi yang digunakan dalam pekerjaan bermasalah, maka segala sesuatu di sekitarnya pun ikut bermasalah. Permasalah-permasalahan teknologi tersebut dapat berupa informasi yang menghilang saat dibutuhkan, kerepotan untuk menyelesaikan sesuatu yang sebenarnya sederhana, dan belum lagi sesuatu yang tiba-tiba eror. Permasalahan ini juga akan berdampak pada hubungan manusia di dalam lingkungan kerja. Bayangkan saja bagaimana karyawan yang sedang frustasi berinteraksi dengan karyawan yang lain.
Masalah pada teknologi yang digunakan membuat pekerjaan semakin sulit untuk dilakukan. Hasilnya, karyawan merasa jengkel dan sakit hati pada perusahaan yang tidak berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki situasi. Menurut Jacob Morgan, perusahaan perlu berfokus pada beberapa karakteristik utama dalam akronim ACE. Karakterisik ini saat diaplikasikan menciptakan technological environment yang baik untuk karyawan.
- Availability to everyone
Kerap kali perusahaan membeda-bedakan karyawan dan membatasi karyawan tertentu dalam mengakses teknologi. Misalnya, suatu teknologi hanya diberikan untuk tim tertentu. Dalam situasi seperti itu, tidak terelakkan bahwa karyawan lain merasa tidak dipentingkan. Prinsip yang perlu dipegang adalah teknologi yang disediakan untuk kelompok karyawan harus bisa diakses oleh semua karyawan. Hal ini menunjukan komitmen perusahaan untuk mendorong inovasi, kerja sama, dan komunikasi.
- Consumer grade technology
Mendesain teknologi dengan sangat baik, berguna, dan bernilai sehingga Anda sendiri akan mempertimbangkan menggunakan teknologi yang serupa dalam kehidupan pribadi Anda. Perubahan ini membuat karyawan lebih enganged dan efektif dalam pekerjaan. Untuk menerapkan hal ini, coba perhatikan teknologi yang digunakan karyawan dalam kehidupan sehari-hari dan lihat apa saja nilai poisitif yang bisa dibawa ke dalam teknologi perusahaan.
- Employee needs vs business requirements
Kebanyakan departemen Information technology (IT) menentukan teknologi yang digunakan hanya berdasarkan checklist. Mereka tidak berusaha memahami bagaimana karyawan bekerja. Masalahnya, bagaimana karyawan bekerja sering kali tidak sesuai dengan checklist spesifikasi teknis milik perusahaan. Di sinilah muncul kesempatan kolaborasi antara departemen IT dan Human Resource (HR). Pihak IT perlu menjadi lebih fleksibel dan terbuka dalam memahami kebutuhan karyawan dan pihak HR perlu menyikapi potensi masalah dalam meluncurkan teknologi yang baru dalam perusahaan.
Referensi:
Morgan, J. (2017). The employee experience advantage: How to win the war for talent by giving employees the workspaces they want, the tools they need, and a culture they can celebrate. New Jersey: John Wiley & Sons.