APA MOTIVASI ATASAN DALAM PERUSAHAAN

Manajer sering menjadi sosok yang menjengkelkan bagi bawahannya. Namun kita lupa bahwa para manajer pun memiliki atasan dan mereka sendiri juga berjuang untuk mengelola atasannya. Mereka mendapatkan tekanan dari atas untuk mencapai tujuan yang dicanangkan oleh perusahaan. Sering kali bukan karena nilai insentif atau bonus yang memotivasinya, namun mereka sendiri akan mengalami rasa malu kalau perusahaan pada akhirnya tidak bisa mencapai tujuannya.

 

Ada beberapa hal yang penting bagi atasan yang mampu mempengaruhi perilaku mereka, antara lain:

 

  • Pekerjaan selesai tepat waktu
    Atasan juga memiliki atasan sendiri yang memberikan tenggat waktu yang ketat untuk dipenuhi. Kalau itu tidak tercapai, maka atasan kita bisa mendapatkan teguran. Beberapa atasan yang efektif, pasti sadar dan tidak perlu menunggu ditegur dahulu. Mereka berinisiatif untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Sebagai manajer, mereka bekerja melalui orang lain dan mengorganisasi semua kegiatan secara sistematis dan mengaitkannya dengan alokasi waktu yang tersedia. Atasan yang bijaksana akan mengaplikasikan ilmu manajemen waktu yang baik. Dia akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk menjadwalkan kegiatan yang penting, tetapi tidak mendesak. Sedangkan atasan yang tidak bijak akan sebaliknya, membuat bawahannya berada dalam situasi krisis, yaitu posisi melakukan hal penting dalam keadaan mendesak.

 

  • Memaksimalkan produktivitas bawahan
    Bukan hal yang aneh kalau atasan tidak suka anak buahnya “nganggur”. Bukannya dia tidak suka lihat orang senang, tetapi kita semua digaji oleh perusahaan untuk bekerja. Kalau kenyataannya kita tidak bekerja, maka atasan cenderung marah dan memiliki persepsi yang negatif. Terkait juga dengan tenggat waktu yang harus dipenuhi, bawahan yang menganggur akan menimbulkan tanda tanya besar, sampai sejauh mana produktivitas kerjanya. Seorang atasan bisa memiliki intuisi tentang produktivitas yang dimiliki bawahannya, dari cara dan hasil kerja. Atasan yang berorientasi pada hasil, akan cenderung melihat kinerja bawahannya dari hasil kerja, apakah itu sebuah laporan, terselesaikannya suatu situasi, dan sebagainya. Atasan yang berorientasi pada proses, lebih rumit lagi karena dia akan melihat secara detil aktivitas pekerjaan yang dilakukan anak buahnya, apakah sudah prosedural, ataukah masih suka-suka sesuai mood bawahannya.

 

  • Membuat bawahan bahagia
    Secara logis, karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Karyawan yang bahagia akan mencurahkan pikiran dan perasaannya kepada pekerjaan serta menghasilkan karya-karya yang efektif untuk kemajuan perusahaan. Karyawan yang sedih akan mencurahkan daya upayanya untuk dirinya sendiri. Dia cenderung mengabaikan lingkungan dan tidak peduli dengan target kerja. Selama masalah belum selesai, karyawan tersebut tidak akan produktif. Bawahan yang gembira adalah aset yang penting bagi perusahaan karena dia akan menularkan semangat yang positif kepada orang di sekelilingnya.

 

  • Mengurangi pengeluaran perusahaan
    Kata efisiensi adalah kata sakti yang bisa menjadi hot button atasan. Kalau kita bisa membuktikan bahwa upaya kerja kita cukup efisien, maka atasan akan menyetujui proposal kita karena atasan sendiri harus membuktikan kepada atasannya tentang efisiensi kerja timnya. Namun banyak anak buah yang kurang bijak dalam mengelola efisiensi kerja. Isu efisiensi adalah isu utama manajemen yang mengisyaratkan adanya pengurangan pengeluaran perusahaan. Tujuan utama program perbaikan berkesinambungan (continous improvement) adalah pengurangan biaya (cost) melalui cara kerja yang lebih efisien.

 

  • Atasan membutuhkan peningkatan karier
    Doronglah atasan Anda untuk menapaki karier dengan lebih baik melalui pemberian hasil kerja yang unggul dan tuntas. Selama kita memberikan pelayanan dan hasil kerja yang mendukung pencapaian tujuan jabatan dan perannya sebagai atasan (manajer), maka kita akan menjadi King Maker yang pada akhirnya mungkin saja kita sendiri yang menjadi King. Kehidupan sudah banyak membukukan dan membuktikan bahwa kesuksesan sering kali terjadi ketika kita mendukung orang lain untuk sukses (termasuk dalam dunia multi level marketing). Dalam kasus mengelola atasan, visi membantu atasan untuk sukses adalah membuat diri kita sendiri menjadi sukses. Kalau sampai ada atasan yang sukses karena upaya kita membantu dia selama dalam bekerja, lalu promosi yang datang padanya tidak menular kepada kita, itu hanya masalah waktu saja bahwa promosi itu akan datang kepada kita dan tidak harus dari perusahaan itu saja.

 

 

 

Referensi:

Tedja, Ferry Wirawan. 2018. Managing Your Boss. Bandung: Prestasindo Mediaswara

Recommended Posts