Sumber Daya & Eksekusi Strategi

Eksekusi strategi yang sukses tak hanya bergantung pada visi yang brilian, tetapi juga pada ketersediaan dan pengelolaan sumber daya yang efektif. Tanpa bahan bakar yang tepat, mesin strategi tak akan bisa melaju kencang. Sumber daya manusia, keuangan, teknologi, dan informasi adalah pilar-pilar penting yang menopang setiap langkah eksekusi. Investasi dalam pengembangan tim, alokasi anggaran yang bijak, pemanfaatan teknologi yang tepat, dan akses informasi yang akurat, semuanya berperan krusial dalam mengubah rencana menjadi kenyataan. Ingat, strategi tanpa eksekusi hanyalah angan-angan, dan eksekusi tanpa sumber daya yang memadai adalah perjuangan yang sia-sia.

1.  Sumber Daya Manusia

  • Tim yang Kompeten: Tim yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang relevan dengan strategi yang akan dijalankan. Ini termasuk pemimpin yang kuat, manajer proyek yang terampil, dan anggota tim yang berdedikasi.
  • Budaya yang Mendukung: Budaya organisasi yang mendorong kolaborasi, inovasi, dan akuntabilitas akan mempermudah eksekusi strategi.
  • Manajemen SDM: proses mengelola SDM yang efektif dan efisien akan mendukung proses eksekusi strategi yang sudah direncanakan dari awal.

2.  Sumber Daya Keuangan

  • Anggaran yang Memadai: Alokasi dana yang cukup untuk mendukung inisiatif strategis, termasuk biaya operasional, investasi, dan pengembangan.
  • Sistem Pengelolaan Keuangan yang Baik: Sistem yang transparan dan efisien untuk melacak pengeluaran dan memastikan penggunaan dana yang optimal.

3.  Sumber Daya Teknologi

  • Infrastruktur Teknologi yang Memadai: Perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan yang diperlukan untuk mendukung implementasi strategi.
  • Keahlian Teknologi: Tim IT atau konsultan eksternal yang dapat membantu mengelola dan memelihara infrastruktur teknologi.
  • Data dan Analisis: Kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data untuk membuat keputusan yang tepat dan memantau kemajuan.

4.  Sumber Daya Informasi

  • Informasi Pasar: Pemahaman yang mendalam tentang pasar, pesaing, dan pelanggan.
  • Intelijen Bisnis: Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang tren industri, teknologi baru, kompetisi, pendatang baru, produk baru, dan perubahan regulasi.
  • Komunikasi Internal: Saluran komunikasi yang efektif untuk memastikan semua orang dalam organisasi memiliki informasi yang mereka butuhkan untuk melaksanakan strategi.

5.  Sumber Daya Lainnya

  • Kemitraan Strategis: Kolaborasi dengan mitra eksternal, seperti pemasok, distributor, atau lembaga penelitian, untuk mendapatkan akses ke sumber daya atau keahlian tambahan.
  • Reputasi dan Merek: Citra positif perusahaan di mata pelanggan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya dapat mempermudah eksekusi strategi.
  • Waktu: Waktu yang cukup untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi.

Sumber daya adalah bahan bakar yang menggerakkan mesin eksekusi strategi. Tanpa ketersediaan dan pengelolaan yang tepat dari sumber daya manusia, keuangan, teknologi, dan informasi, strategi terbaik sekalipun akan terhambat. Oleh karena itu, perusahaan perlu berinvestasi dalam pengembangan tim yang kompeten, mengalokasikan anggaran secara bijak, memanfaatkan teknologi yang tepat guna, dan memastikan akses informasi yang akurat untuk mencapai kesuksesan dalam eksekusi strategi mereka.

Keberhasilan eksekusi strategi tidak hanya bergantung pada ketersediaan sumber daya, tetapi juga pada kemampuan organisasi untuk mengelolanya secara efektif. Ini termasuk:

  • Alokasi Sumber Daya yang Tepat: Memastikan bahwa sumber daya dialokasikan ke inisiatif strategis yang paling penting dan memberikan dampak terbesar.
  • Pemantauan dan Evaluasi: Melacak penggunaan sumber daya dan mengevaluasi kemajuan secara teratur untuk memastikan bahwa strategi tetap pada jalurnya.
  • Adaptasi dan Fleksibilitas: Kesediaan untuk menyesuaikan alokasi sumber daya dan rencana tindakan berdasarkan perubahan kondisi pasar atau umpan balik.

– 0 –

Tantangan Manajer dalam Menyeimbangkan Operasional dan Strategis

Dalam dunia manajemen yang serba cepat, para manajer sering kali merasa seperti berjalan di atas tali, berusaha menjaga keseimbangan antara tuntutan operasional sehari-hari dan inisiatif strategis jangka panjang. Di satu sisi, mereka harus memastikan roda bisnis terus berputar dengan lancar, menangani masalah mendesak, dan memenuhi target kinerja. Di sisi lain, mereka juga diharapkan untuk menjadi visioner, merancang strategi, dan memimpin tim menuju masa depan yang lebih baik.

Tugas Manajer: Operasional vs Strategis

  • Operasional: Meliputi tugas-tugas rutin dan manajemen sehari-hari, seperti pengawasan kinerja karyawan, pemecahan masalah, alokasi sumber daya, dan memastikan proses berjalan lancar.
  • Strategis: Melibatkan perencanaan jangka panjang, pengembangan visi, analisis pasar, identifikasi peluang, dan pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi arah perusahaan di masa depan.

Tantangan yang Dihadapi

  • Konflik Prioritas: Sering kali, tugas-tugas operasional yang mendesak menuntut perhatian segera sehingga manajer sulit meluangkan waktu untuk berpikir strategis.
  • Keterbatasan Waktu dan Sumber Daya: Manajer memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya sehingga mereka harus membuat pilihan sulit tentang bagaimana mengalokasikannya.
  • Perubahan yang Cepat: Lingkungan bisnis yang dinamis dan perubahan yang cepat dapat membuat perencanaan strategis menjadi sulit dan membutuhkan penyesuaian yang konstan.

Strategi untuk Menyeimbangkan Strategis & Operasional

  • Prioritaskan dengan Bijak: Gunakan matriks Eisenhower atau alat manajemen waktu lainnya untuk memprioritaskan tugas berdasarkan tingkat urgensi dan kepentingannya. Jadwalkan waktu khusus dalam kalender Anda untuk fokus pada tugas-tugas strategis, seperti perencanaan, analisis, atau pengembangan tim.
  • Delegasi Efektif: Manajer perlu belajar untuk mendelegasikan tugas-tugas operasional kepada anggota tim yang kompeten sehingga mereka dapat fokus pada tugas-tugas strategis. Komunikasikan ekspektasi dan prioritas Anda dengan jelas kepada tim Anda dan jangan lupa LATIH MEREKA!
  • Dapatkan Sumber Daya: Jangan ragu untuk meminta bantuan dari atasan, mentor, atau rekan kerja jika Anda merasa kewalahan. Tinjau secara berkala bagaimana Anda mengalokasikan waktu dan sumber daya Anda, dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.

– o –

Peran Manajer: Melampaui Rutinitas, Menggagas Inovasi

Dalam dinamika perusahaan yang terus berkembang, peran seorang manajer sering kali disalahpahami. Terkadang, mereka terjebak dalam rutinitas operasional, padahal kontribusi utama mereka seharusnya terletak pada inovasi dan perbaikan berkelanjutan. Artikel ini akan membahas pentingnya peran manajer dalam menggagas perubahan strategis dan bagaimana hal ini seharusnya tercermin dalam konsep performance management perusahaan.

Manajer vs Staf & Supervisor: Perbedaan Fokus

  • Staf dan Supervisor: Bertanggung jawab atas kelancaran operasional sehari-hari. Mereka memastikan tugas-tugas rutin terselesaikan dengan efisien dan sesuai standar.
  • Manajer: Berperan sebagai visioner dan penggerak perubahan. Mereka menganalisis tren, mengidentifikasi peluang, dan merancang strategi untuk membawa perusahaan ke level berikutnya.

Manajer sebagai Agen Perubahan

  • Pemikiran Strategis: Manajer harus mampu melihat gambaran besar dan merumuskan strategi jangka panjang yang selaras dengan visi perusahaan.
  • Inovasi: Mereka harus mendorong inovasi dan kreativitas dalam tim, mencari cara baru untuk meningkatkan proses, produk, atau layanan.
  • Peningkatan Berkelanjutan: Manajer harus terus-menerus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas.
  • Pengembangan Tim: Mereka harus membimbing dan mengembangkan anggota tim, membantu mereka mencapai potensi penuh mereka.

Refleksi dalam Performance Management

  • KPI vs Inisiatif Strategis: Performance management tidak boleh hanya berfokus pada Key Performance Indicators (KPI) operasional. Harus ada ruang untuk mengevaluasi kontribusi manajer dalam hal inisiatif strategis dan perbaikan berkelanjutan.
  • Sasaran yang Berorientasi pada Pertumbuhan: Tetapkan tujuan yang mendorong manajer untuk berpikir di luar kotak dan mengambil risiko yang terukur.
  • Pengembangan Kemampuan Strategis: Sediakan pelatihan dan pengembangan yang berfokus pada peningkatan kemampuan manajer dalam hal pemikiran strategis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
  • Pengakuan atas Inovasi: Berikan penghargaan dan pengakuan kepada manajer yang berhasil menggagas perubahan positif dan membawa dampak nyata bagi perusahaan.

Sering kali manajer terjebak dalam rutinitas operasional karena tuntutan pekerjaan sehari-hari. Mereka lebih menyukai adrenalin operasional dibandingkan duduk tenang untuk menganalisis permasalahan, isu, dan tren. Namun, penting untuk diingat bahwa peran mereka jauh lebih besar dari itu. Manajer adalah pemimpin yang harus mampu menginspirasi dan memotivasi tim untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, perusahaan perlu menciptakan budaya yang menghargai inovasi dan memberikan ruang bagi manajer untuk mengembangkan dan menerapkan ide-ide baru. Performance management harus mencerminkan hal ini, dengan memberikan bobot yang lebih besar pada kontribusi strategis dan inisiatif perbaikan berkelanjutan. Dengan memberdayakan manajer untuk menjadi agen perubahan, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, mendorong pertumbuhan, dan mencapai kesuksesan jangka panjang.

– 0 –

Why OKR doesn’t Work?

OKR (Objective and Key Results) merupakan salah satu kerangka kerja yang biasanya digunakan organisasi untuk menetapkan tujuan dan mengukur kinerja organisasi maupun individu. Google tercatat sebagai salah satu perusahaan yang menuai kesuksesannya melalui kerangka kerja ini. Meskipun sederhana, implementasi OKR dapat menjadi suatu tantangan tersendiri dan pada akhirnya membuat organisasi menjadi burnout.

Continue reading

Tips Mengembangkan Strategic Planning

Strategic planning merupakan proses sistematis dan terstruktur yang digunakan organisasi untuk menentukan arah jangka panjang secara jelas, menetapkan tujuan, membuat keputusan berdasarkan informasi, mengalokasikan sumber daya, dan menyelaraskan upaya untuk mencapai visi dan misi mereka. Proses ini melibatkan penilaian keadaan organisasi saat ini, memahami peluang dan tantangan lingkungan eksternal, dan merumuskan strategi untuk mencapai hasil masa depan yang diinginkan sehingga akan membantu semua pemangku kepentingan memahami tujuan organisasi. Perencanaan yang terdefinisi dengan baik juga memastikan bahwa pilihan dibuat berdasarkan pertumbuhan organisasi daripada keuntungan jangka pendek semata.

Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengembangkan strategic planning, antara lain:

  • Membangun tim khusus: Pembangunan tim khusus ini melibatkan pemilihan individu dengan keterampilan, keahlian, dan komitmen yang tepat untuk bekerja sama dalam mengembangkan dan melaksanakan seluruh inisiatif organisasi. Tidak lupa organisasi juga perlu menguraikan dengan jelas peran dan tanggung jawab setiap anggota tim dalam proses strategic planning. Kemudian, lakukan identifikasi posisi kunci, seperti pemimpin tim, fasilitator, analis data, dan pakar materi pelajaran. Setelah itu, identifikasi individu yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang relevan dengan strategic planning. Pertimbangkan juga untuk menyertakan perwakilan dari berbagai departemen atau bidang keahlian untuk memastikan perspektif yang beragam.
  • Menyusun rencana berdasarkan data: Organisasi perlu menggunakan data dan analitik ketika menginformasikan pengambilan keputusan, mengidentifikasi tren, dan mengukur kemajuan menuju pencapaian tujuan strategis. Organisasi juga perlu mengidentifikasi sumber data yang relevan yang dapat memberikan wawasan tentang kinerja, tren pasar, perilaku pelanggan, dan tolok ukur industri organisasi. Lakukan pengumpulan data internal (misalnya, angka penjualan, umpan balik pelanggan, metrik operasional) dan data eksternal (misalnya, riset pasar, laporan industri). Analisis data dilakukan untuk mendapatkan wawasan bermakna yang dapat memandu keputusan strategis.
  • Memberikan pelatihan khusus: Pelatihan sangat penting untuk membekali individu dan tim dengan pengetahuan, keterampilan, dan alat yang diperlukan dalam mengembangkan dan menerapkan inisiatif strategis secara efektif. Pelatihan juga membantu anggota tim mempelajari cara mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dalam proses strategic planning.
  • Mengukur kinerja: Ukuran kinerja dalam strategic planning adalah Key Performance Indicator (KPI) atau metrik lain yang dapat mengevaluasi kemajuan mereka dalam mencapai tujuan dan tujuan strategis. Setelah itu, tetapkan target atau tolok ukur khusus untuk setiap ukuran kinerja ketika mengevaluasi kinerja organisasi terhadap tujuan strategisnya. Langkah-langkah ini membantu melacak efektivitas strategic planning dan memberikan wawasan dalam pengambilan keputusan dan perbaikan.

– 0 –

 

Walmart SWOT Analysis Study Case

Walmart adalah perusahaan ritel terbesar di dunia yang menjual segala sesuatu mulai dari bahan makanan hingga alat musik. Lebih dari 270 juta pelanggan mengunjungi Walmart untuk melakukan pembelian setiap minggunya, sementara banyak pelanggan melakukan pembelian online melalui situs webnya. Walmart dimulai sebagai toko diskon kecil pada tahun 1962 di Arkansas. Setelah 50 tahun Walmart kini telah berkembang menjadi perusahaan pengecer terbesar dengan lebih dari 11.200 toko di 27 negara dan situs web (e-commerce) di 10 negara.

Salah satu cara yang membantu Walmart menggunakan keunggulan kompetitifnya untuk mendominasi dan berhasil tumbuh di industri ritel adalah menggunakan Analisis SWOT. Alat ini memberikan gambaran mengenai posisi Walmart saat ini dalam industri ritel dan menyoroti bidang-bidang di mana perusahaan dapat memanfaatkan kekuatannya, mengatasi kelemahannya, memanfaatkan peluang, dan memitigasi ancaman untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya.

Berikut rincian Analisis SWOT yang dimiliki oleh Walmart:

Kekuatan

  • Kehadiran ritel global: Walmart memiliki jangkauan global yang luas dan beroperasi di banyak negara sehingga memungkinkan Walmart menjangkau beragam pasar dan segmen pelanggan.
  • Skala ekonomi: Ukuran dan daya beli perusahaan yang sangat besar memungkinkannya menegosiasikan persyaratan yang menguntungkan Walmart terhadap pemasoknya sehingga menghasilkan keunggulan biaya dan kemampuan untuk memberikan harga yang kompetitif kepada konsumen.
  • Rantai pasokan yang efisien: Manajemen rantai pasokan Walmart sangat efisien serta menampilkan kemampuan logistik dan distribusi yang canggih. Hal ini mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan ketersediaan produk.
  • Beraneka ragam produk: Walmart menawarkan beragam produk, termasuk bahan makanan, elektronik, pakaian jadi, dan barang-barang rumah tangga, menarik basis pelanggan yang luas dan mempromosikan one-stop shopping.
  • Memiliki label pribadi: Merek label pribadi Walmart, seperti Great Value, sering kali menyediakan produk berkualitas dengan harga lebih rendah dibandingkan merek nasional sehingga menumbuhkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan margin labanya.
  • Transformasi digital: Walmart telah berinvestasi secara signifikan dalam e-commerce dan teknologi digital, memperkuat kehadiran online dan pengalaman pelanggannya, termasuk inisiatif seperti belanja bahan makanan online dan layanan pengiriman ke rumah.

Kelemahan

  • Masalah ketenagakerjaan: Walmart menghadapi kritik dan tantangan hukum terkait praktik ketenagakerjaan, termasuk masalah upah yang rendah, tunjangan yang tidak memadai, dan tuduhan perlakuan tidak adil terhadap karyawan.
  • Kesuksesan yang terbatas: Meskipun Walmart adalah merek global, tetapi Walmart menghadapi tantangan di beberapa pasar internasional yang memiliki perbedaan budaya dan persaingan lokal yang menghambat pertumbuhannya di negara tersebut.
  • Tekanan kompetitif dari E-commerce: Munculnya raksasa e-commerce seperti Amazon telah meningkatkan persaingan dan mengganggu model ritel tradisional, termasuk Walmart, sehingga mendorong perlunya investasi besar dalam operasional online.

Peluang

  • Pertumbuhan teknologi: Pertumbuhan e-commerce yang berkelanjutan menghadirkan peluang bagi Walmart untuk memperluas kehadiran online dan meraih pangsa pasar ritel digital yang lebih besar.
  • Inisiatif keberlanjutan: Permintaan konsumen akan produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan menciptakan peluang bagi Walmart untuk meningkatkan inisiatif keberlanjutannya, menarik konsumen yang juga ramah lingkungan, dan mengurangi jejak lingkungannya.
  • Tren kesehatan: Meningkatnya fokus pada kesehatan dan kebugaran menawarkan potensi bagi Walmart untuk memperluas penawaran produknya dalam kategori ini, termasuk pilihan makanan organik dan sehat.

Ancaman

  • Persaingan digital: Persaingan yang ketat dari raksasa ritel online, seperti Amazon, menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap model ritel tradisional Walmart sehingga memerlukan adaptasi dan investasi berkelanjutan dalam kemampuan digital.
  • Peraturan dan hukum: Walmart menghadapi tantangan peraturan dan hukum yang berkelanjutan terkait praktik ketenagakerjaan, masalah antimonopoli, dan masalah kepatuhan lainnya.
  • Gangguan rantai pasokan: Gangguan pada rantai pasokan global, seperti yang disebabkan oleh bencana alam, ketegangan geopolitik, atau pandemi (misalnya, COVID-19) dapat berdampak pada ketersediaan dan profitabilitas produk.
  • Preferensi konsumen yang berubah: Pergeseran dalam preferensi dan perilaku konsumen dapat mempengaruhi penjualan Walmart dan memerlukan penyesuaian dalam penawaran dan strategi produk.

 

Referensi:

https://thestrategystory.com/blog/walmart-swot-analysis/
https://strategicmanagementinsight.com/swot-analyses/walmart-swot-analysis/
https://businessmodelanalyst.com/walmart-swot-analysis/

 

DIMENSI ASSESSMENT CENTER

Assessment center dapat didefinisikan sebagai teknik uji yang dirancang agar kandidat dapat mendemonstrasikan kemampuan yang esensial dalam kesuksesan sebuah pekerjaan dalam situasi tertentu yang distandarisasi (Coleman, 1987). Dalam definisi lain yang lebih sederhana, assessment center adalah prosedur yang komprehensif dan fleksibel untuk menguji kandidat dan untuk mengembangkan karyawan (Thornton & Rupp, 2006). Banyak bentuk assessment center yang umum dipakai perusahaan, contohnya wawancara, tes psikometri, simulasi, presentasi, dan lain-lain. Sifatnya yang fleksibel membuat assessment center dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan apapun, baik yang sifatnya teknis nyata, kemampuan manajerial, bahkan yang sifatnya abstrak seperti menguji cara pikir seseorang. Namun sering kali perusahaan tidak mampu mengidentifikasi kebutuhannya dan sembarang melakukan assessment center. Ada juga kasus dimana perusahaan salah menganalisa hasil assessment center sehingga hasil assessment center yang sebenarnya dapat dioptimalkan manajemen hanya sekedar dipakai untuk proses rekrutmen. Alhasil, sumber daya perusahaan untuk assessment center terbuang sia-sia.

Untuk memahami fungsi assessment center dan mengoptimalkan hasilnya, pertama-tama perusahaan harus mengerti dimensi apa yang dinilai oleh assessment center. Memang sifat assessment center dapat menyesuaikan kebutuhan masing-masing pekerjaan, namun secara general, perusahaan dapat mempertimbangkan teori 6 Dimensi Utama Assessment Center oleh Arthur, et. al. (2003).

  1. Communication

    Dimensi komunikasi menilai sampai sejauh mana seorang individu dapat memahami informasi secara verbal maupun tertulis dan dapat menanggapi pertanyaan dan tantangan yang berhubungan dengannya. Dimensi ini juga mengkaji bagaimana seorang individu dapat menyampaikan informasi secara verbal maupun tertulis, termasuk kemampuan presentasi dan surat menyurat.

  1. Consideration/Awareness of Others

    Dimensi ini menilai sampai sejauh mana tingkah laku seseorang merefleksikan perasaan dan kebutuhannya terhadap orang lain dan juga menilai tingkat kesadaran akan dampak dan implikasi dari keputusan mereka terhadap komponen dalam maupun luar perusahaan. Dimensi ini menilai tingkai kesadaran seorang individu terhadap lingkungan sosialnya, bagaimana ia berkonfrontasi, kemampuan interpersonal, dan objektivitas sosial. Selain itu, kerjasama, kemampuan untuk mengerti orang lain, kemauan untuk berkomunikais dalam kelompok, dan kepekaan juga dikaji dalam dimensi ini. Secara singkat, dimensi ini mengukur kemampuan interaksi sosial individu terhadap lingkungan sekitarnya.

  1. Drive

    Dalam dimensi ini, ukuran sejauh mana individu dapat menciptakan dan memelihara tingkat keaktifannya, menetapkan standar performa pribadi yang tinggi, dan mengungkapkan keinginan mereka untuk naik ke tingkatan pekerjaan yang lebih tinggi. Kandidat diuji tingkat agresifitasnya, komitmen priadi terhadap karir, dan motivasinya untuk pengembangan berkelanjutan. Dalam aspek perilaku, individu juga diuji energi, ketahanan, inisiatif, dan potensinya.

  1. Influencing Others

    Dimensi Influencing Others secara garis besar mengukur kemampuan leadership dan kemampuan persuasi seseorang. Seberapa mampu seorang individu mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu atau mengadopsi sebuah cara pandang tertentu untuk menghasilkan hasil yang diinginkan pemimpin? Apakah dalam proses melakukan kegiatan tersebut, orang lain dapat diyakinkan untuk melakukannya atas motivasinya sendiri dan bukan atas dominasi si pembawa pengaruh tersebut? Dalam dimensi ini, yang dikaji adalah integritas, kemampuan negosiasi, independensi, dan karakter partisipan.

  1. Planning and Organizing

    Dimensi ini mengukur sampai sejauh mana seorang individu dapat mengatur pekerjaan dan sumber daya yang dimilikinya secara sistematis untuk pencapaian tugas yang efisien. Selain itu dari aspek masa depan, dimensi ini juga menilai sejauh mana individu dapat mengantisipasi masa depan dan menyiapkan diri terhadapnya. Dimensi ini mencakup kemampuan administratif, controlling, penjadwalan, pengaturan prioritas, pembentukan rencana taktis, strategic thinking, dan kepekaan terhadap waktu.

  1. Problem Solving

    Dimensi ini mengukur bagaimana individu dapat mengumpulkan informasi, memahami informasi teknis dan profesional yang relevan; menganalisa dan menggunakan informasi dengan efektif; menghasilkan pilihan, ide, dan solusi yang layak; memilih tindakan yang sesuai dengan masalah dan situasi; menggunakan sumber daya dengan cara-cara baru; dan kemampuan menghasilkan dan mendeteksi solusi yang imajinatif. Dimensi ini banyak berbicara mengenai tingkat kreatifitas individu ketika dihadapkan pada masalah dan sumber daya yang terbatas. Karena itu, dalam dimensi ini menilai kemampuan analitis, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengartikan informasi, kemauan untuk belajar, kepekaan terhadap detail dan lain-lain.

  1. Stress Tolerance (opsional)

    Dimensi ini bukan dimensi utama yang wajib, namun dalam berbagai penelitian dimensi ini ikut dimasukkan. Dimensi ini mengukur sampai sejauh mana seorang individu dapat menjaga efektifitasnya dalam situasi yang berbeda dan dalam derajat tekanan, oposisi, dan kekecewaan yang beragam. Beberapa jenis pekerjaan sangat memerlukan penilaian dari dimensi ini, namun sebagian lain juga tidak banyak mementingkan sektor ini. Karena itu, dimensi ini dijadikan cadangan dan dapat dipertimbangkan perusahaan sesuai dengan job description yang dibutuhkan. Dimensi ini mengukur kemampuan beradaptasi, fleksibilitas perilaku, stress management, tingkat toleransi untuk keadaan yang tidak menentu, dan sampai sejauh mana individu dapat mempertahankan perilaku baik dalam krisis.

 

Referensi:

Arthur, Jr, W. & Bennett, W. & Edens, P. & Bell, S. (2003). Effectiveness of Training in Organizations: A Meta-Analysis of Design and Evaluation Features. The Journal of applied psychology. 88. 234-45. 10.1037/0021-9010.88.2.234.

Coleman, J. S. (1987). Families and Schools. Educational Researcher, 16(6), 32–38. https://doi.org/10.3102/0013189X016006032

Thornton, G. C. III, & Rupp, D. E. (2006). Assessment centers in human resource management: Strategies for prediction, diagnosis, and development. Lawrence Erlbaum Associates Publishers.