Dalam waktu dekat, dunia kerja akan mendapatkan pendatang baru dari generasi yang berbeda. Perusahaan yang sedang mencoba menerima dan mengolah ide segar dari generasi Y, sebentar lagi akan dikejutkan dengan kehadiran generasi Z. Saat ini, rata-rata tenaga kerja aktif berasal dari tiga generasi sekaligus berada di satu tempat pekerjaan yang sama, yaitu generasi Baby Boomers, generasi X, dan generasi Y. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pergeseran generasi Baby Boomers yang mulai memasuki masa pensiun dengan generasi Z yang mulai masuk ke dunia profesional.
Apa yang perlu kita pahami tentang generasi Z?
Perlu diketahui bahwa generasi Z cenderung memiliki cap jelek dari masyarakat. Generasi ini disebut sebagai generasi ‘berandal yang narsistik’ dan ‘generasi yang terobsesi oleh self-branding’. Dalam interviewnya yang menjadi viral di Inside Quest, Simon Sinek menjelaskan mengenai bagaimana generasi Z sangat terekspos oleh zat Dopamine, zat biokimia yang diproduksi oleh otak untuk rangsangan yang menyenangkan. Dengan konektivitas internet dan media sosial tak terbatas, generasi Z menjadi ‘pecandu’ zat Dopamine, zat yang sama yang diproduksi otak saat menerima rangsangan narkotika dan minuman keras. Zat ini pun, tragisnya, diproduksi otak saat menerima balasan ‘chat’ dan ‘like’ di Facebook atau Instagram yang begitu dinanti-nantikan. Belum ditambah dengan gaya hidup instan yang sudah mendarah daging pada generasi Z, hingga mayoritas generasi ini tidak tahu bagaimana caranya bertahan dalam kondisi kerja yang ‘tidak sesuai harapan’ atau ‘tidak sesuai dengan passion’ mereka.
Bagaimana perusahaan harus mempersiapkan diri menyambut generasi Z?
Dalam sebuah penelitian di Slovakia, 237 mahasiswa yang termasuk generasi Z disurvei dan ditanya mengenai ekspektasi mereka dalam dunia kerja. Lalu hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang sudah ada mengenai generasi Y. Penelitian ini juga dikaji dalam 4 tahap pekerjaan, dimulai dari pencarian perusahaan potensial, ekspektasi karir, retensi pekerjaan, dan kepuasan pekerjaan. Hasilnya, generasi Z ternyata kurang lebih mewarisi harapan yang sama dari generasi Y.
Perbedaannya adalah jika generasi Y adalah generasi yang berorientasi pada masa depan, maka generasi Z tumbuh menjadi generasi yang lebih realistis atau berorientasi pada masa sekarang. Seiring meleburnya generasi Z menjadi karyawan full time, perusahaan perlu beradaptasi dengan harapan karir mereka agar dapat menarik calon kandidat talent pool masa depan dari generasi ini. Dibandingkan dengan generasi Y, generasi Z lebih fokus menemukan pekerjaan impian daripada stabilitas finansial. Perusahaan secara kreatif dapat menciptakan penawaran kerja dan jalur karir yang spesifik untuk menarik kandidat generasi Z yang lebih kompetitif dan matang daripada generasi sebelumnya.