Banyak orang bilang bahwa konflik itu wajar dan baik bagi hubungan. Mereka yang mengadopsi pemikiran ini berpikir bahwa konflik akan membuat pihak yang terlibat mempelajari pribadi pihak lain dan semakin beradaptasi untuk interaksi yang lebih baik kedepannya. Namun, kenyataannya tidak semua orang bisa menyelesaikan konflik dengan baik. Malah biasanya konflik berujung pada putusnya hubungan, dendam, dan bahkan pelabelan image buruk terhadap pihak yang terlibat. Tragisnya, seringkali saat konflik tidak berakhir bahagia, yang disalahkan adalah kepribadian atau karakter pihak lawan. Lalu apa kabar dengan konflik yang ‘katanya’ membuat hubungan antarpersonal menjadi lebih baik? Benarkah ada orang jenis tertentu yang ‘cocok’ dan bisa berdamai dengan jenis satu, sementara tidak dengan jenis lain?
Bagi beberapa perusahaan, proses personality assessment merupakan proses yang wajar dan wajib dilaksanakan dalam proses perekrutan karyawan. Hal ini membuat perusahaan memiliki data kepribadian karyawan bahkan sebelum karyawan bekerja di perusahaan. Namun tetap saja, data tersebut seringkali hanya dipakai menjadi bahan pertimbangan ketika pengambilan keputusan perekrutan saja, namun setelah itu data dibuang atau hilang entah kemana. Belum lagi perusahaan yang menganggap remeh tes kepribadian dan tidak melakukan tes ini sebelum merekrut karyawan dan hanya mengandalkan penilaian sekilas sewaktu proses interview. Hanya sebagian kecil perusahaan benar-benar menghargai data tersebut dan menggunakannya dengan bijak. Padahal sebenarnya data tersebut harus dikaji lebih jauh untuk menentukan dalam lingkungan mana seorang karyawan harus ditempatkan.
16 Personalities
Cara mudah (dan gratis) yang bisa Anda pakai untuk mengenali bagaimana karyawan Anda berpikir adalah dengan mencoba tes 16 kepribadian. Dalam tes ini, kepribadian seseorang dikaji berdasarkan pola dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu.
-
Aspek pikiran : Introvert atau Extrovert?
Aspek ini adalah aspek paling dasar yang menentukan bagaimana kecenderungan perilaku individu. Pribadi yang introvert cenderung menyukai kesendirian dan sangat sensitif terhadap stimulus. Orang introvert cenderung menyukai sesuatu yang simpel atau sederhana, dimana mereka tidak perlu menanggapi atau menambahkan sesuatu. Sementara pribadi extrovert sangat peka terhadap rangsangan. Orang extrovert cenderung menyukai suasana dimana mereka dapat berkontribusi dan mendapatkan feedback. Implementasinya, orang extrovert cenderung sangat terbuka pada hal baru dan sangat menyukai sosialisasi, sementara orang introvert cenderung lebih tertutup pada pengalaman baru dan puas dengan lingkaran koneksi mereka tanpa merasa perlu merubah apapun.
-
Aspek energi : Observant atau Intuitive?
Aspek energi adalah aspek yang menilai bagaimana cara individu melihat dunia. Orang yang cenderung observant merupakan tipikal orang yang sangat praktikal dan realistis—fokus orang tipe ini adalah kejadian yang sudah atau sedang terjadi. Orang tipe observant lebih suka untuk terjun dan merasakan pengalaman yang ‘sekarang’. Berbeda dengan tipe orang intuitive, dimana orang ini cenderung berfokus pada potensi dan pengembangan yang bisa dibuat. Orang intuitive biasanya sangat imajinatif, berpikiran terbuka, dan memiliki keingin tahuan yang besar. Orang intuitive cenderung selalu mempertanyakan ‘mengapa’ dan berorientasi pada masa depan. Karena itu sering kali tipe orang intuitive seringkali tidak cocok dengan orang yang observant, karena cara mereka memandang sesuatu berbeda orientasinya.
-
Aspek natur : Thinking atau Feeling?
Dalam aspek ini, bagaimana individu bereaksi terhadap rangsangan dan kecenderungan mereka dalam menangani emosi dinilai. Orang thinking cenderung mengutamakan rasionalitas dan logika diatas emosi mereka. Mereka memiliki prinsip bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan tidak memercayai dorongan emosi sesaat. Sementara kebalikannya, orang feeling cenderung sangat sensitif dan peka terhadap sekitarnya. Mereka percaya bahwa emosi adalah sesuatu yang alamiah dan sangat wajar ditunjukkan. Mereka cenderung mengambil keputusan berdasarkan ‘apa kata hati’ mereka saat itu juga.
-
Aspek taktis : Judging atau Prospecting?
Aspek taktis merupakan aspek yang menilai bagaimana individu merencanakan sesuatu. Orang tipe judging adalah tipikal orang yang sangat terstruktur dan terencana sehingga memiliki banyak rencana cadangan. Tipe judging tidak akan merasa nyaman ketika secara spontan harus menyelesaikan masalah yang ditemui di tengah jalan. Sementara lawannya, orang prospecting lebih percaya pada ‘go with the flow.’ Tipikal ini cenderung tidak membatasi perencanaannya, terbuka pada ‘perubahan rencana dadakan’, dan tidak keberatan dengan perubahan tersebut.
Pada akhirnya, manajemen harus mempertimbangkan kompilasi jenis-jenis kepribadian karyawannya. Apakah lingkungan kerja dan job nature masing-masing karyawan sudah sesuai dengan kepribadian karyawan? Hal ini bukan berarti hasil tes akan secara kaku mengatur tipe pekerjaan dan partner tim seperti apa yang bisa dihandle oleh karyawan, namun hal ini bisa dipertimbangkan perusahaan untuk mengembangkan potensi dan memperluas insight karyawan. Dengan analisis kepribadian juga akan memudahkan perusahaan untuk memfasilitasi ide dan aspirasi masing-masing karyawan, sehingga konflik bisa dihindarkan.