FLEKSIBEL SEPERTI START UP

Selama masa pandemik, perusahaan yang sangat mengontrol kinerja karyawannya tidak memberikan efek pada meningkatnya produktivitas dan engagement pada karyawan. Berdasarkan penelitian EY, “2022 Work Reimagined Survey”, pengaruh karyawan terhadap employment terms tumbuh sebanyak 43%, artinya mereka akan meninggalkan pekerjaan demi upah yang lebih baik, kesempatan karier yang lebih besar, dan opsi fleksibilitas di tempat kerja. Fleksibilitas merupakan salah satu kunci bagi produktivitas karyawan (Gartner, 2021).

Pengertian fleksibilitas di tiap perusahaan berbeda-beda. Bagi beberapa perusahaan, fleksibel berarti di mana pekerjaan akan diselesaikan, sedangkan bagi perusahaan lainnya bisa berarti kapan pekerjaan akan diselesaikan. Bagi start-up, fleksibilitas tercermin dari upaya untuk selalu mencari cara baru dalam menyelesaikan masalah. Dengan memanfaatkan struktur organisasi yang lebih datar, start-up mudah berubah dan beradaptasi. Fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan sebagai strategi menarik talenta yang menginginkan jam kerja yang fleksibel, bekerja dari jarak jauh, dan berinovasi. Menurut Garter (2021), peningkatan produktivitas dapat dipengaruhi oleh jam kerja yang fleksibel (43%) dan waktu perjalanan yang lebih sedikit atau tidak ada sama sekali (30%).

Menurut Harvard Business Review (2018), ada beberapa tipe fleksibiltas yaitu TimeShift (karyawan diberikan kebebasan menentukan jam kerjanya untuk mengoptimalkan produktivitas kerja), MicroAgility (karyawan memiliki kebebasan meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk keperluan mendadak yang harus dilakukan), DeskPlus (karyawan diberikan kebebasan menentukan variasi lokasi kerja/WFA), Remote (karyawan dapat bekerja di manapun di luar kantor, TravelLite (perjalanan dinas yang minim), dan PartTime (workload yang lebih sedikit).

Berikut beberapa cara bagi perusahaan yang ingin mengadopsi budaya fleksibel seperti start-up, yaitu.

  • Membangun kepercayaan

    Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin adalah belajar memercayai karyawan bahwa mereka akan menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sehingga perusahaan dapat memberikan kebebasan dalam memilih waktu serta lokasi bekerja (WFH atau WFO). Untuk membangun kepercayaan, pemimpin perlu membangun komunikasi terlebih dahulu dan meningkatkan interaksi dengan stafnya.

  • Memperpendek birokrasi

    CEO Walmart Doug McMillon menyebut birokrasi sebagai penyakit yang membatasi inisiatif dan kreativitas serta menghambat pengambilan keputusan. Ini terjadi karena banyaknya tingkat hierarki pada perusahaan sehingga proses penyampaian informasi membutuhkan waktu yang lama dan berdampak pada ketidakmampuan perusahaan untuk mengambil keputusan dengan cepat. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat membangun program di mana karyawan memiliki wewenang hingga batasan tertentu sehingga dapat mempercepat pengambilan keputusan dengan pelanggan.

  • Melakukan pendekatan globalisasi

    Bisnis akan selalu dipengaruhi oleh lingkungan global sehingga setiap perusahaan harus menggunakan pendekatan globalisasi. Biasanya, bentuk pendekatan globalisasi yang digunakan start-up adalah bertukar informasi mengenai tren atau ancaman pada bisnis sehingga mereka dapat merancang strategi jangka panjang, menjalankan bisnis mereka lebih efisien, dan siap menghadapi perubahan yang seringkali sulit diprediksi. Selain bertukar informasi, pendekatan globalisasi berpotensi untuk memperluas pasar, produk dan layanan yang  sebelumnya hanya terbatas pada pasar dan audiens lokal sekarang dapat dipasarkan ke pelanggan internasional melalui internet.

Fleksibilitas di tempat kerja tidak dapat tercapai jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Baik karyawan dan pemberi kerja perlu bekerja sama dalam membangun budaya fleksibel. Karyawan perlu menyesuaikan peran mereka berdasarkan kebutuhan perusahaan, yang mencakup jam kerja, bekerja di rumah atau kantor, dan mampu membantu rekan kerja lintas proyek. Sedangkan pemimpin perlu memberikan karyawan kebebasan saat mereka bekerja selama tugas dan tanggung jawab terpenuhi dengan baik.

(BACA JUGA: Budaya Start-Up Untuk Menarik Talenta)

Referensi:

https://medium.com/illumination/why-startups-are-flexible-797de433ba20
https://hbr.org/2018/06/96-of-u-s-professionals-say-they-need-flexibility-but-only-47-have-it
https://www.ey.com/en_gl/news/2022/04/employee-influence-grows-43-set-to-quit-jobs-for-better-pay-career-opportunities-and-flexibility
https://inkbotdesign.com/flexible-working/
https://adevait.com/blog/remote-work/flexible-working-why-top-startups-ditch-the-9-to-5-model
https://ilm.uai.ac.id/seberapa-perlu-jam-kerja-fleksibel-dalam-budaya-kerja-saat-ini/
https://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php
https://www.carolroth.com/blog/how-to-increase-flexibility-in-your-business/
https://www.gartner.com/smarterwithgartner/digital-workers-say-flexibility-is-key-to-their-productivity
https://www.business2community.com/startups/5-ways-to-embrace-flexibility-for-the-benefit-of-your-startup-02063984
https://hbr.org/2018/11/the-end-of-bureaucracy
https://www.researchgate.net/publication/233783894_Knowledge_and_networks_in_the_global_startup_process

Recommended Posts