MENGANALISIS FAKTOR EKSTERNAL UNTUK MENENTUKAN PELUANG DAN ANCAMAN

Dalam mengelola organisasi, seringkali pimpinan dan jajaran manajemen kurang memberikan perhatian terhadap kondisi eksternal organisasi tersebut, dan terlalu fokus terhadap kondisi internal. Akibatnya, strategi yang diterapkan kurang sesuai dengan kondisi lingkungan, dan justru berakibat pada kegagalan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Selain itu, kurangnya wawasan yang dimiliki juga berpengaruh dalam menyikapi kondisi-kondisi eksternal, yang memiliki kecenderungan sulit untuk dikontrol, sehingga setiap pimpinan dan jajaran manajemen harus memahami faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap organisasi.

Pada dasarnya, faktor eksternal dilakukan untuk menganalisis Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat). Kedua elemen tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, namun setiap pimpinan organisasi harus memahami secara mendalam kedua elemen tersebut, baik secara teori maupun kondisi realitasnya di lapangan. Opportunity atau peluang merupakan suatu kondisi yang terjadi di luar perusahaan. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam mewujudkan tujuannya, contohnya: kebijakan pemerintah membuka peluang investasi asing. Sedangkan Threat atau ancaman merupakan kondisi eksternal organisasi yang dapat berdampak dan menjadi penghambat terwujudnya tujuan organisasi, contohnya: resesi global dan tingkat inflasi yang tinggi.

Dalam melakukan analisis terhadap faktor eksternal, pimpinan organisasi dapat menggunakan dua model analisis, yaitu analisis makro dan analisis industri. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam melihat fenomena eksternal yang terjadi. Analisis faktor makro merupakan metode yang memuat 6 analisis lingkungan eksternal, atau lebih dikenal dengan sebutan PESTEL (Politic, Economy, Social, Technology, Environment, and Legal). PESTEL merupakan tool yang berfungsi dalam memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan dimana organisasi beroperasi, serta kesempatan maupun ancaman di sekitarnya.

  1. Politic

    Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengatur jalannya proses bisnis merupakan landasan mutlak yang harus diperhatikan organisasi. Karena itulah, pemetaan peluang bisnis juga harus memperhatikan kondisi politik sebuah pemerintahan, sehingga nantinya tidak terjadi benturan di kemudian hari.

    Contoh: kebijakan pajak dan peraturan daerah

  1. Economy

    Berbagai faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan iklim berbisnis suatu organisasi.

    Contoh: pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan nilai tukar mata uang, dsb.

  1. Social

    Keberagaman kondisi sosial yang berpengaruh terhadap kebutuhan pelanggan dan mempengaruhi jumlah dari seluruh potensi pangsa pasar yang ada.

    Contoh: tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kondisi lingkungan sosial dan lingkungan kerja, dsb.

  1. Technology

    Faktor teknologi merupakan segala hal yang terkait dengan perkembangan teknologi dan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis.

    Contoh: perubahan teknologi, perubahan ilmu pengetahuan, dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi, dsb.

  1. Environment

    Faktor lingkungan yang terkait dengan aktivitas atau rencana bisnis, dan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembeli, seperti lokasi geografis.

  1. Legal

    Kondisi yang meliputi adanya pengaruh hukum, seperti perubahan perundang-undangan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan yang menyangkut proses bisnis suatu organisasi.

Metode analisis berikutnya yang dapat digunakan adalah menganalisis industri terkait, yaitu dengan metode Porter’s 5 Forces (Competitive Rivalry, Customer Supplier, New Entrants, Consumer and Substitution). Metode ini berfungsi untuk menganalisis pengembangan strategi bisnis atau lingkungan persaingan. Dalam metode 5 Forces ini, sebuah industri disebut tidak menarik jika kombinasi five forces berpotensi menurunkan profitabilitas suatu organisasi. Sebaliknya, industri disebut menarik jika kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan. Berikut adalah deskripsi metode analisis 5 Forces:

  1. Competitive Rivalry, menganalisis faktor-faktor persaingan antara sebuah organisasi dan organisasi lainnya, sehingga strategi organisasi akan berhasil jika mampu memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi lainnya.
  2. Supplier Power, menganalisis faktor-faktor yang terkait dengan pemasok, yang memiliki posisi tawar-menawar yang berbeda-beda terhadap organisasi, seperti: kecukupan pasokan dari supplier, posisi dan kekuatan supplier untuk mengontrol harga barang yang dipasok, dsb.
  3. New Entrants, merupakan berbagai faktor yang memengaruhi masuknya pendatang baru dalam suatu industri. Ketika hambatan industri semakin rendah, hal tersebut dapat memicu masuknya pendatang baru, yang berdampak pada penurunan profitabilitas. Sebaliknya, jika hambatan industri semakin tinggi, maka akan sulit bagi pendatang baru untuk memasuki industri. Berbagai hambatan tersebut mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi, penguasaan teknologi, loyalitas konsumen yang tinggi, dan preferensi merek yang kuat.
  4. Substitution, merupakan suatu kondisi dimana persaingan produk yang dihasilkan perusahaan tidak hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama. Namun, persaingan produk tersebut juga berasal dari perusahaan lain yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan.
  5. Consumer Power, menjelaskan tingkat kekuatan konsumen dalam membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Semakin tinggi pilihan barang dan jasa yang tersedia di pasar, maka semakin tinggi pula kekuatan konsumen untuk menentukan pilihan dalam membeli barang atau jasa, sehingga berpotensi menjadi ancaman bagi o

Dengan melakukan identifikasi analisis faktor eksternal melalui metode PESTEL dan metode Porter’s 5 Forces, maka organisasi dapat memetakan peluang dan ancaman yang dapat berdampak pada pertumbuhan organisasi itu sendiri.

MENGANALISIS FAKTOR INTERNAL UNTUK MENENTUKAN KEKUATAN DAN KELEMAHAN ORGANISASI

Era teknologi dan modernisasi menantang pimpinan organisasi dan jajaran manajemen untuk dapat terus bersaing. Banyaknya organisasi baru yang bermunculan dan mampu menarik perhatian pasar, menuntut organisasi untuk mengembangkan kapasitasnya, serta meraih pasar baru untuk memenangkan persaingan bisnis. Untuk itu, setiap pemimpin perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasinya, agar dapat menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk bersaing.

Baik kekuatan maupun kelemahan merupakan aspek yang berfokus pada aspek internal organisasi. Kekuatan (Strength) merupakan kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi yang relatif lebih baik dibanding pesaing-pesaingnya. Sementara itu, Kelemahan (Weakness) merupakan keterbatasan organisasi dalam hal sumber daya, keterampilan, dan kemampuan, yang menjadi penghambat dari pertumbuhan Organisasi.

Beberapa faktor yang dapat dianalisis untuk kemudian diklasifikasikan sebagai Kekuatan dan Kelemahan organisasi adalah:

  • Physical capital merupakan infrastruktur fisik yang digunakan oleh organisasi, seperti bangunan dan gedung, pabrik, peralatan, dsb. Physical Capital juga terkait dengan berapa banyak aset fisik yang mampu didayagunakan oleh Organisasi untuk mengungguli pesaing-pesaingnya.
  • Human capital meliputi kompetensi SDM, sistem manajemen SDM yang baik, dan karyawan yang produktif.
  • Financial capital merupakan seluruh sumber daya keuangan yang mendukung aktivitas bisnis dan pencapaian sasaran strategis o
  • Organizational capital meliputi kapabilitas organisasi secara umum, seperti: budaya organisasi, reputasi perusahaan, sistem pelaporan dan sistem kendali, dsb.
  • Information Capital merupakan aset dalam hal sistem, database, maupun jaringan dalam suatu organisasi, yang dapat menciptakan nilai tambah.
  • Product, merupakan hasil akhir dari sebuah proses bisnis, baik berupa barang maupun jasa, yang ditawarkan kepada pelanggan. Kekuatan ataupun kelemahan sebuah barang atau jasa juga dapat diukur dari kekuatan Brand produk tersebut di pasar.

Ketika organisasi berhasil mengidentifikasi faktor-faktor internal tersebut di atas dan membandingkan setiap faktor tersebut dengan pesaing-pesaingnya, maka pimpinan organisasi dan jajaran manajemen dapat mengidentifikasi secara jelas faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Pemahaman ini memungkinkan para pimpinan dan manager untuk dapat menentukan langkah-langkah yang perlu ditindaklanjuti dalam upaya memenangkan persaingan pasar.

MENGENAL INTEGRATED STRATEGY EXECUTION (ISE)

Strategic Initiatives merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan khusus yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu yang terukur, untuk mencapai sasaran strategis yang telah dicanangkan. Berbeda dengan aktivitas rutin operasional yang biasanya tercantum dalam job description, Strategic Initiatives lebih bersifat proyek-proyek kerja (ad-hoc) yang memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian sasaran strategis perusahaan.

Namun pada kenyataannya, banyak perusahaan tidak dapat mengeksekusi Strategic Initiatives dengan optimal karena beberapa alasan seperti:

  1. Tidak adanya penanggung jawab kerja atau orang yang kompeten untuk memfasilitasi pembuatan strategi dan implementasinya
  2. Tidak ada proses penyelarasan
  3. Tidak ada visi dan arahan yang jelas
  4. Tidak ada reward system yang mendukung
  5. Tidak ada proses pembelajaran/ evaluasi

Selain itu, pemahaman atas tingkat keberhasilan serta hambatan-hambatan yang berpotensi untuk menghambat keberhasilan dari pelaksanaan Strategic Initiatives juga menjadi faktor yang penting dan harus diidentifikasi dengan baik, agar Perusahaan dapat menentukan tindak lanjut yang perlu diambil untuk mengoptimalkan keberhasilan pencapaian Strategic Initiatives.

Untuk itu, ketika Strategic Initiatives akan dieksekusi, diperlukan suatu kerangka kerja yang komprehensif, agar dapat menentukan prioritas kerja, rencana pelaksanaan, serta pengidentifikasian setiap potensi hambatan.  Dalam hal ini, kerangka kerja Integrated Strategy Execution (ISE), menjadi alat yang efektif untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut di atas. Kerangka kerja ISE bekerja dengan metode:

  1. Mengidentifikasi sasaran kunci penentu keberhasilan (Success Factor) untuk mencapai sasaran strategis Perusahaan
  2. Membuat inisiatif yang harus dicapai untuk mencapai Success Factor, serta menentukan outcome dari inisiatif tersebut
  3. Mengembangkan rencana tindakan dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan
  4. Mengidentifikasi risiko dan mengembangkan rencana kontingensi

Kunci dari keberhasilan ISE adalah spesifik dan terukur, oleh karenanya, kembangkan setiap bagian pada kerangka kerja ISE dengan terstruktur dan terukur. Langkah selanjutnya, lakukan peninjauan secara berkala untuk memantau progres rencana kerja pada ISE, sehingga Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam upaya mencapai Sasaran Strategis yang ingin dicapai.

BALANCED SCORECARD

Era informasi dan globalisasi membuat banyak perusahaan berada pada lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif. Situasi bisnis yang dinamis menuntut para pimpinan dan jajaran manajemen perusahaan melakukan pengukuran kinerja yang dapat mengetahui keadaan dan posisi perusahaan, juga sistem yang mampu memberikan gambaran secara komprehensif perihal kinerja perusahaan dan dapat menjembatani strategi dan implementasi strategi perusahaan. Karenanya, dibutuhkan alat eksekusi strategi yang mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut. Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) digunakan sebagai alat untuk menterjemahkan sasaran strategis perusahaan ke dalam serangkaian aktivitas kerja yang saling terkait dan memiliki hubungan sebab-akibat, yang dapat diukur dan dipantau untuk memastikan tujuan strategis perusahaan dapat tercapai.

(BACA JUGA: BALANCED SCORECARD UNTUK BISNIS YANG LEBIH BAIK)

Konsep BSC yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, terdiri dari dua indikator utama, yaitu Lagging indicator dan Leading indicator. Lagging indicator adalah indikator akibat, merupakan ukuran yang teridentifikasi setelah sesuatu terjadi, yang memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dan apa yang harus dilakukan. Sedangkan, Leading indicator adalah indikator sebab, berisi inisiatif-inisiatif atau aktivitas yang harus dilakukan untuk mendukung pencapaian Lagging indicator. Melalui dua indikator inilah,  BSC memungkinkan perusahaan menyeimbangkan hasil dengan penggerak kinerja. Komponen perspektif dalam Lagging indicator meliputi aspek Financial dan Customer, sedangkan Leading indicator meliputi Internal Business Process dan Learning and Growth.

Empat Perspktif Balanced Scorecard

  • Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

    Perspektif keuangan memberikan gambaran apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan dampak terhadap tujuan utama perusahaan. Bagi Profits Organization, indikator yang digunakan dalam melakukan penilaian dalam perspektif keuangan adalah indikator seperti: keuntungan, pendapatan, biaya, utilisasi aset, dsb.

  • Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

    Perspektif ini memberikan gambaran kepada perusahaan atas pentingnya aspek pelanggan sebagai kontributor untuk mendorong pencapaian finansial perusahaan. Dalam perspektif ini, BSC mengukur aspek-aspek seperti: ukuran pangsa pasar (market share), retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dsb.

  • Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process)

    Perspektif ini berisi rangkaian proses atau aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan oleh perusahaan, dalam usahanya untuk mencapai sasaran-sasaran pada perspektif pelanggan dan perspektif keuangan, seperti: mengembangankan produk baru, meningkatankan kapasitas produksi, membangun jaringan usaha baru, meningkatkan kerja sama dengan pihak ketiga, dsb.

  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

    Perspektif ini mengidentifikasi hal-hal yang harus dipersiapkan perusahaan, agar dapat menjalankan aktivitas proses bisnis secara optimal, seperti: mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, membangun infrastruktur penunjang yang diperlukan (teknologi, informasi, dsb), membangun Budaya Organisasi, dsb.

Dengan menggunakan metode Balanced Scorecard di atas, maka pimpinan dan jajaran manajemen dapat merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, sekaligus menggunakan sistem pengukuran kinerja yang seimbang, antara aspek keuangan dan aspek non keuangan.

MELAKUKAN EVALUASI STRATEGI YANG EFEKTIF

Evaluasi strategi adalah cara bagi pelaku bisnis untuk mengevaluasi posisi perusahaan dalam upaya mencapai tujuan strategis. Evaluasi ini memberikan metode obyektif untuk menguji efisiensi dan efektivitas strategi bisnis, serta cara untuk menentukan apakah strategi yang sedang dilaksanakan adalah menggerakkan bisnis ke arah tujuan strategis yang dimaksudkan. Tak hanya itu saja, evaluasi strategis juga dapat membantu mengidentifikasi kapan dan tindakan korektif apa yang diperlukan untuk membawa kinerja kembali sejalan dengan tujuan bisnis yang Anda lakukan.

Semakin kompleks masalah yang terjadi pada lingkungan bisnis, semakin sulit pula memprediksi keberlangsungan organisasi di masa yang akan datang. Berikut adalah beberapa alasan mengapa perusahaan haruslah melakukan evaluasi strategi:

  1. Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian dimana pasar semakin berkembang, teknologi berubah dan pesaing-pesaing baru bermunculan.
  2. Semakin rumit dan kompleksnya aktivitas perusahaan, maka dibutuhkan suatu kontrol yang lebih baik.
  3. Semakin terdesentralisirnya kekuasaan dan wewenang, para manajer membutuhkan suatu alat untuk mengetahui aktivitas dan kinerja para bawahannya.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila melakukan evaluasi strategi adalah:

  1. Dapat menentukan sejauh mana program/ proyek berada di jalur, sehingga perusahaan dapat melakukan aksi atau koreksi yang diperlukan.
  2. Memastikan penggunaan sumber daya yang paling efektif dan efisien.
  3. Mengevaluasi sejauh mana program/ proyek memiliki atau memiliki dampak yang diinginkan.

Dalam melakukan evaluasi strategi yang efektif, pihak-pihak yang seharusnya terlibat adalah pemegang saham, dewan direksi, sekretaris perusahaan, serta kepala divisi dan para pemegang jabatan yang terkait dengan implementasi strategi perusahaan. Selain itu, ada beberapa ukuran yang dapat dievaluasi dalam pelaksanaan evaluasi strategi baik kriteria kualitatif maupun kuantitatif, yaitu:

  1. Pencapaian penjualan
  2. Marjin laba
  3. Pangsa pasar
  4. Tingkat profitabilitas perusahaan
  5. Likuiditas perusahaan
  6. Solvabilitas perusahaan, dsb

Evaluasi kinerja menjadi salah satu bagian dari aktivitas strategic management yang esensial untuk dilakukan oleh perusahaan, sebagai tolak ukur untuk menilai sejauh mana perusahaan telah efektif dalam mengimplementasikan rencana strategisnya, dalam upaya untuk mencapai visi dan misi perusahaan.

MEMIMPIN PASAR DENGAN EMPAT PILIHAN STRATEGI KOMPETITIF

Dalam menjalankan sebuah bisnis, tentunya strategi manajemen adalah salah satu komponen yang sangat penting. Ada empat tipe strategi kompetitif dalam manajemen strategis yang dapat Anda terapkan.

  1. Customer Intimacy (Kedekatan Pelanggan):

    Suatu nilai tambah yang mencirikan strategi kedekatan pelanggan adalah kemampuan perusahaan untuk membangun loyalitas pelanggannya dengan mengetahui apa yang menjadi preferensi pelanggan dan mengkostumisasi produk atau jasa yang diberikan sesuai dengan preferensi tersebut.

    Contoh perusahaan dengan strategi ini: Ritz-Carlton

  1. Operational Excellence (Keunggulan Operasional):

    Nilai tambah kepada pelanggan yang diberikan dari keunggulan operasional adalah harga yang bersaing, serta kemudahan pembelian yang disertai kualitas yang baik. Minimnya produk gagal/cacat (reject atau defect), atau produk yang digarap ulang dapat berujung pada keunggulan operasional.

    Contoh perusahaan dengan strategi ini: Carrefour

  1. Product Leadership (Kepemimpinan Produk):

    Nilai tambah yang mencirikan strategi kepemimpinan produk adalah inovasi serta kecepatan meluncurkan produk ke pasar.

    Contoh perusahaan dengan strategi ini: Apple

  1. Product Locking:

    Strategi ini diarahkan untuk menciptakan suatu produk (atau layanan) yang memiliki manfaat beragam dan pengguna luas, sehingga keragaman manfaat dan basis penggunanya yang luas tersebut “mengikat” pelanggan. Strategi ini dilakukan dengan harapan pelanggan akan merasakan manfaat besar dalam menggunakan produk tersebut.

    Contoh perusahaan dengan strategi ini: Microsoft

Tiga dari empat strategi di atas pertama kali ditulis dalam buku The Discipline of Market Leaders (1997) oleh Michael Treacy dan Fred Wiersma. Menurut mereka, untuk menjadi market leader, sebuah perusahaan sebaiknya memilih satu diantara keempat strategi di atas dan memusatkan manajemen strategis mereka pada satu strategi tersebut. Kemudian, untuk strategi lainnya juga dapat diterapkan, namun jangan sampai fokus perusahaan tersebut terbagi dari satu strategi yang sudah ditetapkan.

INILAH 8 PERTANYAAN UNTUK MEMBANTU ANDA MENGEKSEKUSI STRATEGI YANG EFEKTIF

Semua orang pasti ingin mencapai keberhasilan terhadap rencana strategis yang telah dilaksanakan, namun tidak semua orang dapat mencapai hal tersebut. Mungkin Anda memiliki strategi yang lebih baik dibandingkan dengan para kompetitor, akan tetapi misi Anda tidak akan terwujud tanpa adanya eksekusi yang tepat. Perencanaan strategis dapat tercapai dengan cara membangun budaya organisasi yang berdasarkan pada komunikasi efektif. Merekrut orang-orang terbaik yang mau berkembang dalam tim Anda juga merupakan senjata untuk keberhasilan perencanaan strategis.Continue reading

MEMBANGUN KESUKSESAN BISNIS DENGAN MANAJEMEN STRATEGIS YANG EFEKTIF

Strategi merupakan rencana jangka panjang yang mencakup sasaran dan tujuan yang Anda buat bagi perusahaan untuk mencapai impian Anda di masa mendatang. Strategi akan terlaksana dengan baik ketika semua asumsi telah divalidasi dan diuji keakuratannya, serta keputusan yang Anda buat dapat disajikan dengan fakta dan bukti yang jelas. Alokasikan dan optimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai hasil di atas rata-rata dalam bisnis Anda. Ada sembilan poin utama yang perlu Anda pertimbangkan ketika hendak mengembangkan strategi perusahaan, yaitu meliputi:

  1. Tujuan jangka panjang yang jelas: Persiapkan rencana strategis jangka panjang yang realistis. Seperti jenis produk / layanan apa yang ingin Anda buat? Siapakah calon pelanggan Anda? Kegiatan apa yang ingin Anda teruskan untuk mencapai keadaan masa depan yang Anda inginkan?
  1. Peluang: Buatlah analisa mengenai peluang apa yang ada di masa mendatang dan bagaimana peluang itu berkembang dari waktu ke waktu. Kumpulkan lebih banyak data dan fakta yang terkait dengan peluang tersebut sebelum menyelesaikan segala keputusan.
  1. Inovasi: Buatlah diferensiasi yang jelas terhadap produk dan layanan yang Anda rencanakan sehingga memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh kompetitor.
  1. Persaingan: Pastikan bahwa strategi Anda tetap kompetitif. Pilih market yang belum dilayani atau memiliki sedikit kompetitor sehingga perusahaan Anda bisa jadi yang pertama dan dikenal oleh masyarakat luas.
  1. Skala ekonomi: Turunkan biaya barang atau jasa perusahaan Anda namun tetap inovatif untuk menawarkan fitur unik dan layanan pelanggan berkualitas tinggi.
  1. Optimasi biaya: Anda perlu mengevaluasi opsi terkait memproduksi dan membeli produk atau layanan yang Anda rencanakan untuk ditawarkan pada pelanggan. Pilih pertimbangan yang tepat antara memproduksi sendiri barang atau jasa dibanding membeli barang atau jasa melalui vendor pihak ketiga.
  1. Pengujian: Secara berkala tinjau dan perbarui strategi Anda untuk memastikan bahwa hal tersebut berlaku setiap saat dan memenuhi tujuan dan kebutuhan pasar perusahaan Anda.
  1. Risiko dan kegagalan: Pikirkan juga mengenai risiko dalam rencana Anda dan biarkan perusahaan Anda menerima kegagalan sebagai pengalaman atau pelajaran untuk meningkatkan keberhasilan di masa depan.
  1. Stakeholders: Setelah perencanaan Anda berhasil dirancang, bagikan kepada karyawan di perusahaan Anda untuk memberi mereka panduan dan penalaran tentang inisiatif yang akan dilakukan di dalam perusahaan. Siapkan juga rencana terpisah untuk dibagikan kepada investor, mitra, pemasok, analis industri, dan pelanggan Anda. Beri informasi tentang apa yang Anda lakukan beserta alasannya, serta bagaimana rencana tersebut memengaruhi perkiraan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan memengaruhi nilai pemegang saham.

Berdasarkan sembilan poin di atas, sudahkah Anda mempersiapkan perusahaan Anda untuk tampil dengan performa yang lebih baik dibanding para kompetitor?  Segera kembangkan strategi kompetitif yang solid bagi bisnis Anda untuk meraih laba di atas rata-rata serta kesuksesan yang lebih optimal.

7 ELEMEN PENTING DALAM
STRATEGIC PLANNING

Strategic plan adalah suatu hal yang menyatakan arah berjalannya sebuah perusahaan atau unit kerja. Proses pengembangan strategic plan dilakukan dengan me-review kembali letak eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis untuk menentukan arah atau tujuan yang ingin dicapai beserta cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut. Tanpa adanya strategi dan rencana yang jelas, pekerjaan akan tetap selesai, namun tidak akan terasa berarti tanpa adanya tujuan dan prioritas yang jelas. Sebelum membentuk strategic plan, berikut adalah tujuh elemen penting yang harus dipertimbangkan:

  1. Mission statement

    Misi perusahaan mendeskripsikan hal-hal apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk meraih visinya. Selain itu, misi perusahaan juga menjelaskan untuk siapa dan bagaimana perusahaan melakukan apa yang mereka lakukan. Dengan memiliki misi yang jelas, maka perusahaan akan lebih fokus dalam mengerjakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk meraih visinya.

  2. Core values

    Menjelaskan keyakinan dan company culture perusahaan, core values adalah suatu hal yang akan membantu perusahaan mencapai visi dan misinya.

  3. Vision statement

    Visi perusahaan adalah suatu hal yang menyatakan arah serta letak perusahaan di masa depan. Visi perusahaan biasanya berlaku untuk tiga hingga lima tahun berikutnya, namun dapat melebihi jangka waktu tersebut sesuai kebutuhan perusahaan. Sebuah visi harus dapat menetapkan arah berjalannya perusahaan serta menjadi esensi atau nilai yang tepat dalam segala hal yang dilakukan oleh perusahaan.

  4. Tujuan jangka panjang

    Tentukan terlebih dahulu tujuan jangka panjang perusahaan Anda sebelum menetapkan strategic plan. Dengan adanya tujuan jangka panjang yang jelas, maka strategic plan perusahaan Anda pun akan semakin efektif untuk mempertahankan serta memperkuat eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis.

  5. Target tahunan

    Setiap perusahaan harus memiliki target tahunan untuk meraih tujuan jangka panjangnya. Agar efektif, target-target ini harus dijabarkan secara spesifik dan realistis dengan jangka waktu tertentu untuk meraihnya.

  6. SWOT Analysis

    Mencakup strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan), dan threats (ancaman), SWOT Analysis akan membantu perusahaan membentuk strategic planning yang tepat dan efektif untuk terus mempertahankan eksistensinya di tengah banyaknya persaingan di dalam dunia bisnis.

  7. Action Plans

    Agar semakin berkembang, perusahaan harus memiliki action plan untuk setiap tujuan yang ditetapkannya. Dengan memiliki action plan yang taktis dan efektif, maka akan semakin mudah bagi perusahaan Anda untuk meraih visi dan tujuan jangka panjangnya.

Pada akhirnya, strategic plan adalah hal yang menentukan arah serta tujuan berjalannya sebuah perusahaan. Tanpa adanya strategic plan, maka pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan hanya akan terasa seperti mengikuti arus saja tanpa adanya target yang signifikan untuk berkembang. Pastikan strategic plan yang Anda bentuk untuk perusahaan Anda memiliki tujuh elemen penting di atas untuk memperkuat eksistensi perusahaan dengan efektif.

HARUSKAH ANDA MENGATUR ULANG STRUKTUR ORGANISASI ANDA?

Dinamika tempat kerja selalu berubah seiring berjalannya waktu, mulai dari perubahan teknologi hingga perubahan pola pikir sumber daya manusia. Teknologi selalu berubah dan berkembang dengan pesat, hingga rentang waktu dari satu inovasi besar ke inovasi besar lainnya kini tidak lama lagi. Pola pikir manusia saat ini, generasi millenial, juga berbeda dengan pola pikir generasi sebelumnya. Kini generasi millenial memasuki perusahaan dengan pola pikir dan pandangan yang berbeda mengenai pekerjaan mereka.

Dengan demikian, organisasi harus selalu mengevaluasi dan mengatur ulang struktur operasional mereka untuk terus beradaptasi dan bertahan dalam segala perubahan yang terjadi di dunia. Berikut adalah beberapa faktor yang mengindikasikan bahwa Anda harus mengatur ulang struktur organisasi Anda:

  1. Sumber Daya Manusia
    Peran pegawai dalam organisasi sangatlah krusial. Sangat penting bagi Anda untuk merekrut orang-orang dengan skill yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan dalam organisasi. Jika Anda tidak memiliki sumber daya yang tepat, maka sebaik atau sebanyak apapun perbaikan yang Anda lakukan dalam organisasi tetap saja tidak akan membawa hasil yang lebih baik.
    Berikut adalah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa struktur organisasi dan SDM Anda harus diperbaiki:

    • Performa organisasi yang selalu tidak memenuhi ekspektasi.
    • Kendala komunikasi yang terus-menerus.
    • Kurangnya rasa tanggung jawab serta rasa memiliki pegawai Anda terhadap pekerjaan mereka.
    • Decision making yang tidak efektif.
    • Terlalu banyak orang yang bekerja dan proses kerja tidak efisien.
    • Orang merasa bekerja tidak sesuai dengan bakat dan keahliannya sehingga banyak yang keluar masuk kerja.

 

  1. Teknologi
    Sudahkah teknologi yang Anda miliki cukup untuk mendahului kompetitor Anda? Bila tidak, maka Anda harus mengaudit ulang teknologi organisasi Anda untuk kemudian menggantinya dengan teknologi yang baru. Dengan adanya teknologi baru, banyak pekerjaan akan dapat dilakukan secara otomatis sehingga mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas.
    Berikut adalah tanda-tanda bagi Anda untuk mengubah struktur organisasi dan mengembangkan teknologi Anda:

    • Selalu terlambat dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
    • Pegawai Anda sering frustrasi dan stres mengenai rutinitas kerja mereka.
    • Pekerjaan mudah sering terhambat karena delay dan eror dengan teknologi saat ini.
    • Hilangnya kesempatan untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan stakeholder menggunakan teknologi yang ada.
  1. Budaya
    Organisasi tidak dapat melakukan hal yang sama terus-menerus karena faktanya dunia selalu senantiasa berubah dan berkembang. Ciptakan sebuah budaya yang positif dalam organisasi Anda untuk memotivasi produktivitas yang optimal serta kualitas hasil yang meningkat untuk mengembangkan level organisasi Anda.
    Berikut adalah tanda-tanda bahwa Anda perlu memperbaiki struktur dan budaya organisasi:

    • Pegawai tidak menghormati satu sama lain.
    • Selalu menghindari atau bahkan menolak perubahan.
    • Konflik yang terus meluas dalam organisasi.

Simpulannya, organisasi harus selalu melakukan evaluasi dan perubahan terhadap struktur mereka untuk mempertahankan eksistensi dalam perubahan zaman. Mengatur ulang struktur organisasi tidak mudah untuk dilakukan karena ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Maka dari itu, selalu lakukan analisis yang tepat mengenai situasi dalam organisasi Anda sebelum melakukan perubahan.