TIPS MEMBANGUN BALANCED SCORECARD YANG SEIMBANG

Setiap organisasi memiliki caranya tersendiri dalam membangun Balanced Scorecard (BSC). Seorang manajer keuangan atau pengembangan bisnis di Apple, misalnya, membangun BSC di awal tanpa pertimbangan yang luas karena telah memahami pemikiran strategis kelompok manajemen puncak. Di sisi lain, seorang manajer di perusahaan lainnya pada umumnya perlu mendefinisikan strategi organisasi dan mengukur keberhasilan strategi tersebut.

Diperlukan suatu rencana pengembangan sistematis untuk membangun BSC yang seimbang dan mendorong komitmen pada penerapan BSC di antara manajer senior dan menengah. Berikut adalah tips yang sebaiknya diikuti untuk membangun BSC yang seimbang:

  • Lakukan persiapan

    Pertama, suatu organisasi harus mendefinisikan BSC sesuai dengan unit bisnis perusahaan. Unit bisnis yang dimaksud harus memiliki masing-masing pelanggan, saluran distribusi, fasilitas produksi, dan ukuran kinerja keuangan.

  • Rekrut Konsultan BSC

    Perusahaan sebaiknya merekrut seorang konsultan BSC yang akan mewawancarai manajer senior guna mendapatkan masukan mereka terhadap tujuan strategis perusahaan dan pembuatan proposal terkait langkah-langkah penerapan BSC. Konsultan tersebut juga dapat mewawancarai beberapa pemegang saham utama untuk mengetahui ekspektasi mereka terhadap kinerja keuangan masing-masing unit bisnis, dan beberapa pelanggan utama untuk mengetahui ekspektasi kinerja mereka bagi para pemasok peringkat atas. Pada akhirnya, mereka bertanggung jawab untuk mengkaji, mengkonsolidasikan, dan mendokumentasikan informasi dari setiap wawancara yang telah dilakukan.

  • Berdiskusi dengan Konsultan BSC

    Tim manajemen puncak harus berdiskusi dengan konsultan BSC untuk menjalani proses pengembangan BSC. Proses pengembangan BSC ini meliputi pengusulan visi, misi, dan pernyataan strategi (lihat gambar di bawah). Kemudian, luangkan waktu untuk mendefinisikan kunci keberhasilan strategi Anda. Tanyakan kepada diri Anda: “Jika saya sudah berhasil mencapai visi saya dan mengeksekusi strategi, bagaimana kinerja saya bisa berbeda untuk para pemegang saham; para pelanggan; proses bisnis internal; kemampuan berinovasi, tumbuh, dan meningkat?”

    Setelah mendefinisikan hal tersebut, rumuskan BSC yang terdiri dari langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan strategis. Anda sebaiknya juga berdiskusi dengan tim Anda mengenai langkah-langkah tersebut, pengusulan program perubahan, dan mulai mengembangkan rencana implementasi.

  • Eksekusi rencana implementasi BSC

    Tim yang bertanggung jawab pada akhirnya harus mengeksekusi rencana implementasi BSC. Hal ini meliputi penghubungan pengukuran dengan sistem informasi perusahaan, mengkomunikasikan BSC ke seluruh organisasi, dan mendorong serta memfasilitasi pengembangan metrik untuk masing-masing unit bisnis.

  • Lakukan tinjauan

    Sediakan informasi mengenai pengukuran BSC untuk ditinjau bersama tim manajemen puncak dan manajer setiap divisi dan departemen. Tinjauan ini sebaiknya dilakukan minimum setiap 3 bulan. Selain itu, metrik BSC juga perlu ditinjau setiap tahun sebagai bagian dari perencanaan strategis, penetapan tujuan, dan proses alokasi sumber daya.

 

Referensi:
Nine Steps to Success. (n.d.). Retrieved from https://www.intrafocus.com/services/nine-steps-to-success/
Kaplan, R., S. & Norton, D., P. (1993). Putting the Balance Scorecard to Work. Retrieved from https://hbr.org/1993/09/putting-the-balanced-scorecard-to-work

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN PADA BALANCED SCORECARD

Tujuan yang ditetapkan dalam sudut pandang finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal menjelaskan mengenai apa yang harus dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa. Tidak kalah pentingnya adalah memahami perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Balanced Scorecard (BSC) karena perspektif ini akan membantu menyediakan ekosistem yang memungkinkan tujuan dari sudut pandang lainnya tercapai.

 Perspektif tersebut juga mengajarkan pentingnya menanamkan investasi untuk masa depan, seperti peralatan baru, riset, dan pengembangan produk baru. Selain itu, perusahaan juga harus melakukan investasi terhadap infrastruktur, para pekerja, serta sistem dan prosedur agar membantu mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang.

Terdapat empat kategori utama yang harus ditingkatkan dalam pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan, yaitu:

  • Kapabilitas karyawan

    Melakukan proses pekerjaan yang sama terus-menerus, dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang sama, tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan perusahaan, gagasan untuk meningkatkan proses dan kinerja untuk pelanggan harus datang dari pekerja lini depan yang paling dekat dengan proses internal dan pelanggan perusahaan. Pergeseran ini memerlukan pelatihan kembali para pekerja sehingga kepandaian dan kreativitas dapat ditingkatkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

  • Kapabilitas sistem informasi

    Untuk meningkatkan keefektifan karyawan yang bekerja dalam lingkungan kompetitif di dunia bisnis, perusahaan perlu mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, proses internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan. Para karyawan garis depan perlu mendapat informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai setiap hubungan yang ada antara perusahaan dengan pelanggan.

  • Motivasi dan pemberdayaan karyawan

    Meskipun karyawan yang terampil dilengkapi dengan akses kepada informasi yang luas, mereka tidak akan memberi kontribusi bagi keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi untuk bertindak kepada kepentingan terbaik perusahaan. Oleh karena itu, faktor yang memicu tujuan pembelajaran dan pertumbuhan terfokus kepada iklim perusahaan, yang mendorong timbulnya motivasi dan inisiatif karyawan untuk berkontribusi.

  • Prosedur dan instruksi kerja

    Kategori ini menggambarkan tanggung jawab setiap karyawan di dalam perusahaan, contohnya siapa yang melakukan tindakan apa, urutan apa yang harus dilakukan, langkah atau tugas berikutnya, kriteria standar yang harus mereka penuhi, dan lain-lain. Setiap tanggung jawab yang dilakukan harus dievaluasi secara periodik guna memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan kualitas, seperti ISO 9001, TQM, atau Sig Sigma.

 

Referensi:
BSC – Learning & Growth Perspective. (n. d.). Retrieved from http://www.smb-finance.com/services/global-business-consultancy-Balanced-scorecard/bsc-project-management-implem2entation-3
Learning and Growth Perspective. (2020). Retrieved from https://Balancedscorecard.org/learning-and-growth-perspective/
Marr, B. (2020). The Four Perspectives In a Balanced Scorecard. Retrieved from https://www.bernardmarr.com/default.asp?contentID=968

PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA BALANCED SCORECARD

Setelah tujuan keuangan dan pelanggan telah ditetapkan dalam Balanced Scorecard (BSC), langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengendalikan proses bisnis inti. Proses-proses ini memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan pemegang saham dan mencapai keunggulan dalam pelayanan pelanggan. Pada akhirnya, pencapaian proses ini akan menciptakan nilai bagi konsumen dan berkontribusi pada hasil finansial yang positif.

Berikut adalah tiga tahapan  yang dapat diikuti perusahaan untuk memahami sudut pandang di setiap bagian internal bisnis:

  • Innovation process (proses inovasi)

    Dalam proses ini, unit bisnis meneliti kebutuhan konsumen yang sedang berkembang ataupun yang belum terlihat dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Berikut adalah empat bentuk dasar kategori dari inovasi. Perusahaan dapat menekankan salah satu dari kategori tersebut atau melakukan semuanya.

    1. Kuadran 1: Improving Core Businesses

      Berfokus pada penambahan inovasi yang dapat dikembangkan dengan cepat dan tidak mahal. Penambahan inovas ini berupa line extensions (produk baru dalam kategori yang sama dengan produk perusahaan yang telah ada) dan horizontal growth strategy (memasuki pasar atau wilayah geografis baru).

    1. Kuadran 2: Exploiting Strategic Advantages

      Berfokus pada pengambilan merek dan jaringan produk yang sudah ada dan menargetkan kepada pelanggan dan pasar baru, tanpa memerlukan perubahan besar pada kemampuan bisnis yang sudah dimiliki. Ini berarti bisnis bergerak keluar dari lingkup strategi perusahaan yang sekarang dan memanfaatkan kapabilitas melalui diversifikasi yang terkonsentrasi.

    1. Kuadran 3: Developing New Capabilities

      Berfokus pada pendalaman kepuasan pelanggan dan loyalitas merek atau macam produk dengan menambah kapabilitas baru perusahaan tanpa melakukan perubahan besar dalam lingkup strategi. Perusahaan mungkin mengembangkan teknologi, bakat, atau bisnis baru.

    1. Kuadran 4 : Creating Revolutionary Change

      Berfokus pada inovasi radikal yang melebihi macam produk dan merek  yang dimiliki perusahaan saat ini untuk membuat perubahan yang mendasar dalam lingkup strategi maupun kapabilitasnya.

  • Operation Process (Proses Operasi)

    Proses operasi adalah tempat di mana produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. Proses ini secara historis telah menjadi fokus sebagian besar sistem pengukuran kinerja perusahaan. Contohnya, pelaksanaan operasi yang baik, penghematan biaya dalam berbagai proses manufaktur dan layanan jasa tetap merupakan tujuan yang penting. Akan tetapi, keunggulan operasional bukanlah komponen yang paling menentukan dari upaya perusahaan dalam mencapai tujuan finansial dan pelanggan. Komponen lainnya yang menentukan adalah layanan yang diberikan kepada pelanggan setelah proses produksi selesai dijalankan dan produk telah diterima oleh pelanggan.

  • Regulatory and Social Processes (Proses Pengaturan dan Sosial)

    Merupakan proses dimana perusahaan harus memastikan bahwa mereka telah mengikuti peraturan negara yang ada dan menyesuaikan standar yang telah ditetapkan. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan keterlibatan dalam komunitas guna menciptakan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan begitu, perusahaan dapat membangun reputasi yang baik dan membantu menarik karyawan baru jika dibutuhkan dan mempertahankan karyawan berkualitas.

 

Referensi:
Developing Objectives for the Internal Business Process Perspective. (2014). Retrieved from    https://erpminsights.com/developing-objectives-for-the-internal-business-process-perspective/
Internal business process perspective. (2020). Retrieved from https://www.passionned.com/strategy/pm/balanced-scorecard/internal-business-process-perspective/
Willis, J. (2016). Categories of Innovation. Retrieved from https://slideplayer.com/slide/9614894/

PERSPEKTIF KONSUMEN BALANCED SCORECARD

Pada masa lampau, perusahaan berfokus pada kemampuan internal – mengandalkan kekuatan produk dan inovasi teknologi – tetapi mengabaikan bagian eksternal, yaitu pelanggannya. Akan tetapi, perusahaan yang tidak memahami kebutuhan pelanggan akan mempermudah pesaing untuk menyerang perusahaan tersebut lewat penawaran produk dan jasa yang lebih baik sesuai dengan keinginan pelanggan. Oleh karena itu, banyak perusahaan di masa sekarang yang berpindah strategi untuk memerhatikan pelanggannya dengan menciptakan produk dan jasa yang memiliki nilai bagi pelanggan. Strategi yang berfokus pada pelanggan inilah yang akan diukur pada Balanced Scorecard (BSC) dari perspektif pelanggannya.

Dalam perspektif pelanggan  pada BSC, perusahaan mengidentifikasi pelanggan  yang ditargetkan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perusahaan harus memeriksa berbagai segmen pasar, termasuk populasi pelanggan yang ada saat ini maupun calon pelanggan yang akan datang. Kemudian dari pemeriksaan ini, dipilihlah segmen mana yang akan dimasuki oleh perusahaan tersebut.

Perspektif pelanggan juga difokuskan pada bagaimana organisasi tersebut memerhatikan dan memberikan pelayanan kepada pelanggannya agar berhasil dalam mencapai target perusahaan. Mengetahui pelanggan dan harapannya saja tidaklah cukup. Suatu organisasi juga harus memberi insentif kepada manajer dan karyawan agar mereka lebih bersemangat untuk melayani serta memenuhi harapan pelanggan. Selain berkeinginan untuk memuaskan pelanggan  pada perspektif pelanggan BSC, para manajer bisnis tersebut juga harus mewujudkan pernyataan misi dan strategi ke dalam tujuan yang disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang dituju.

Saat mempertimbangkan perspektif pelanggan, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Mencari tahu apa yang dicari pelanggan

    Pertama, Anda harus membuat suatu tujuan untuk mencari tahu kebutuhan pelanggan. Anda dapat mulai dari menjelaskan apa yang membedakan produk atau layanan Anda dari pesaing dan kenali alasan mengapa pelanggan memilih produk/jasa Anda. Hal ini akan memudahkan Anda dalam mempertahankan pelanggan dan menambah jumlah pelanggan yang membeli produk atau menggunakan jasa Anda.

  1. Mengartikulasikan tujuan dari sudut pandang pelanggan

    Dengan mengartikulasikan apa yang dibutuhkan pelanggan, Anda akan mampu untuk menempatkan diri pada posisi pelanggan dan lebih memahami sudut pandang mereka.  Misalnya, jika nama perusahaan Anda adalah Perusahaan A, tujuan Anda mungkin dapat ditulis, “Desain produk Perusahaan A cocok dengan selera saya,” atau “Perusahaan XYZ memberi saya hasil yang cepat dan jujur,” atau “Produk Perusahaan XYZ membuat pekerjaan saya lebih mudah.”

  1. Melakukan Evaluasi terhadap sudut pandang pelanggan

    Evaluasi terhadap perspektif pelanggan dapat dilakukan berdasarkan apa yang pelanggan Anda katakan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Contohnya, beberapa pelanggan mungkin memberi tahu Anda bahwa mereka sangat puas dengan produk atau layanan Anda tetapi tidak pernah membeli dari Anda lagi — dan yang lain mungkin mengeluh terhadap produk/layanan Anda tetapi tetap membeli dari Anda setiap dua minggu? Untuk mengetahui apa yang dipikirkan pelanggan Anda, Anda dapat mengadakan survei dalam bentuk pengisian form umpan balik pelanggan, Net Promoter Score (NPS),  maupun mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

Adapun contoh indikator kinerja dalam perspektif pelanggan adalah sebagai berikut:

  • Customer Acquisition (Akuisisi Pelanggan)

    Mengukur dalam bentuk relatif atau absolut, mengenai keberhasilan unit bisnis dalam menarik atau memenangkan pelanggan  baru.

  • Customer Satisfaction (Kepuasaan Pelanggan)

    Menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di dalam proposisi nilai.

  • Customer Retention (Retensi Pelanggan)

    Mengukur dan menunjukkan bagaimana sebaiknya perusahaan berusaha mempertahankan pelanggannya

  • Customer Profitability (Profitabilitas Pelanggan)

    Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan  tersebut.

 

Referensi:
BSC Customer’s Perspective. (2020). Retrieved from http://www.smb-finance.com/services/global-business-consultancy-Balanced-scorecard/bsc-customer-perspective
Jackson, T. (2020). Balanced Scorecard Customer Perspective. Retrieved from https://www.clearpointstrategy.com/Balancedd-scorecard-customer-perspective/
Presecan, M (2020). The Customer Perspective within the Balanced Scorecard. Retrieved from https://www.performancemagazine.org/customer-perspective-Balancedd-scorecard/

PERSPEKTIF FINANSIAL BALANCED SCORECARD

Kinerja keuangan perusahaan harus dipantau dan diukur karena merupakan elemen terpenting untuk sebagian besar perusahaan. Biasanya perusahaan menggunakan beberapa tolok ukur kinerja keuangan untuk memantau kondisi keuangan tersebut, contohnya Net Profit, Return on Investment (ROI), dan lain-lain. Pemantauan kinerja keuangan tersebut merupakan kunci utama yang dijelaskan pada perspektif keuangan pada Balanced Scorecard (BSC). Perlu diingat bahwa pentingnya perspektif keuangan bukan berarti mengabaikan perspektif lainnya karena perlu adanya penyelarasan dari setiap perspektif untuk mencapai tujuan perusahaan di masa depan.

Sebelum Anda menerapkan perspektif Finansial pada BSC, Anda harus memerhatikan di mana perusahaan Anda sekarang berada di antara tiga tahapan  berikut:

Growth

Merupakan tahapan awal di mana perusahaan sedang gencar bertumbuh. Dalam proses pertumbuhan ini, perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Untuk memanfaatkan potensi ini, perusahaan tersebut harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk:

  • Mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru.
  • Membangun dan memperluas fasilitas produksi.
  • Membangun kemampuan kinerja operasional untuk menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang mendukung terciptanya hubungan global.
  • Memelihara dan mengembangkan hubungan dengan konsumen.

Pada tahap ini, sebenarnya banyak perusahaan beroperasi dengan arus kas negatif dan pengembalian modal investasi yang rendah. Investasi yang dilakukan untuk masa depan mungkin melibatkan uang kas lebih banyak daripada yang dihasilkan perusahaan tersebut karena produk, jasa, dan konsumen yang terbatas. Investasi perusahaan ini pada akhirnya berkontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan. Contoh-contoh tujuan finansial perusahaan dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pertumbuhan penjualan di pangsa pasar baru, pelanggan baru yang dihasilkan oleh produk dan jasa baru, dan lain-lain.

Sustain

Merupakan situasi di mana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi investor dan diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini akan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh setiap tahun. Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai hambatan, perluasan kapasitas, dan peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan. Kebanyakan unit bisnis di tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial yang berkaitan dengan keuntungan, contohnya laba operasi, marjin kotor, marjin bersih, dan lain-lain.

Harvest

Dalam tahap ini, bisnis tidak lagi membutuhkan investasi besar. Mereka cukup membutuhkan pemeliharaan peralatan dan kapabilitasnya saja. Selain itu, pastikan juga setiap proyek investasi memiliki periode pengembalian yang tepat dan dalam waktu yang singkat. Tujuan utamanya agar memaksimalkan arus kas kembali ke perusahaan. Tujuan finansial secara keseluruhan untuk bisnis dalam tahap ini adalah penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.

 

Referensi:
Native, T. J. C.-F. & A. (2019, February 5). A Closer Look At The Balanced Scorecard Financial Perspective. Retrieved from https://www.clearpointstrategy.com/Balancedd-scorecard-financial-perspective/
Balanced Scorecard. (n.d.). Retrieved from https://www.shareweb.ch/site/Learning-and-Networking/sdc_km_tools/Documents/Balancedd%20Scorecard.pdf
Balanced Scorecard. (2020). Retrieved from https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/finance/Balancedd-scorecard/

BALANCED SCORECARD
UNTUK BISNIS YANG LEBIH BAIK

Pengukuran kinerja tradisional pada umumnya hanya terpaku pada pengukuran finansial saja. Pengukuran ini dianggap tidak efektif karena sering kali salah dalam memberi sinyal untuk perubahan dan inovasi bisnis. Diperlukan alat pengukuran yang lebih menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai pespektif dalam mengevaluasi kinerja bisnis.

(BACA JUGA: TIPS MEMBANGUN BALANCED SCORECARD YANG SEIMBANG)

Balanced Scorecard (BSC) merupakan salah satu alat ukur kinerja organisasi yang memberi sudut pandang komprehensif. Fungsi utama BSC adalah membantu pencapaian sasaran dan sebagai metrik kinerja manajemen strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan meningkatkan berbagai fungsi dan kinerja bisnis, baik internal maupun eksternal. Selain itu, BSC juga digunakan untuk mengukur dan mengelola aspek finansial dan non-finansial bisnis, serta memberikan umpan balik kinerja kepada organisasi.

Berikut adalah informasi yang diperlukan untuk menerapkan BSC:

  • Perspektif Keuangan (Bagaimana pandangan kami terhadap pemegang saham?)

    Gunakan data keuangan seperti penjualan, pengeluaran, dan pemasukan untuk memahami kinerja keuangan suatu perusahaan.

  • Perspektif Pelanggan (Bagaimana Pelanggan melihat kami?)

    Kumpulkanlah hasil penilaian pelanggan tentang kepuasan mereka terhadap kualitas, harga, dan ketersediaan barang atau jasa perusahaan.

  • Perspektif Proses Bisnis Internal (Apa yang harus dikuasai?)

    Evaluasi kinerja manajemen operasional dengan cara menginvestigasi sejauh mana proses produksi  dijalankan secara efisien dan efektif di perusahaan. Manajemen operasional dianalisis untuk memantau celah, penundaan, penyempitan, kekurangan, atau kapasitas yang terbuang.

  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Bisakah kita terus meningkatkan dan menciptakan nilai?)

    Meningkatkan kemampuan dan kompetensi anggota perusahaan melalui pusat pelatihan dan pengetahuan. Kedua hal ini ditunjukkan melalui seberapa baik informasi dapat dikumpulkan dan seberapa baik karyawan dapat menggunakan informasi tersebut untuk diubah menjadi keunggulan kompetitif dalam mencapai tujuan perusahaan.

 

Dengan menggabungkan empat perspektif tersebut, Balanced Scorecard membantu manajer memahami bahwa banyak hubungan sebab-akibat antara satu perspektif dengan yang lainnya. Pemahaman ini membantu menyelesaikan hambatan fungsional di perusahaan dan pada akhirnya mengarah pada pengambilan keputusan serta penyelesaian masalah yang lebih baik. Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang lebih baik dalam Balanced Scorecard didasarkan pada visi dan strategi sebuah organisasi dan membutuhkan manajemen untuk menganalisis data yang dikumpulkan.

 

Referensi:
Tarver, Evan. “How a Balanced Scorecard Is Used.” Investopedia, Investopedia, 4 Feb. 2020, www.investopedia.com/terms/b/balancedscorecard.asp.
Norton, Robert S. KaplanDavid P. “The Balanced Scorecard-Measures That Drive Performance.” Harvard Business Review, 1 Aug. 2014, hbr.org/1992/01/the-balanced-scorecard-measures-that-drive-performance-2.

BALANCED SCORECARD

Era informasi dan globalisasi membuat banyak perusahaan berada pada lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif. Situasi bisnis yang dinamis menuntut para pimpinan dan jajaran manajemen perusahaan melakukan pengukuran kinerja yang dapat mengetahui keadaan dan posisi perusahaan, juga sistem yang mampu memberikan gambaran secara komprehensif perihal kinerja perusahaan dan dapat menjembatani strategi dan implementasi strategi perusahaan. Karenanya, dibutuhkan alat eksekusi strategi yang mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut. Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) digunakan sebagai alat untuk menterjemahkan sasaran strategis perusahaan ke dalam serangkaian aktivitas kerja yang saling terkait dan memiliki hubungan sebab-akibat, yang dapat diukur dan dipantau untuk memastikan tujuan strategis perusahaan dapat tercapai.

(BACA JUGA: BALANCED SCORECARD UNTUK BISNIS YANG LEBIH BAIK)

Konsep BSC yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, terdiri dari dua indikator utama, yaitu Lagging indicator dan Leading indicator. Lagging indicator adalah indikator akibat, merupakan ukuran yang teridentifikasi setelah sesuatu terjadi, yang memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dan apa yang harus dilakukan. Sedangkan, Leading indicator adalah indikator sebab, berisi inisiatif-inisiatif atau aktivitas yang harus dilakukan untuk mendukung pencapaian Lagging indicator. Melalui dua indikator inilah,  BSC memungkinkan perusahaan menyeimbangkan hasil dengan penggerak kinerja. Komponen perspektif dalam Lagging indicator meliputi aspek Financial dan Customer, sedangkan Leading indicator meliputi Internal Business Process dan Learning and Growth.

Empat Perspktif Balanced Scorecard

  • Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

    Perspektif keuangan memberikan gambaran apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan dampak terhadap tujuan utama perusahaan. Bagi Profits Organization, indikator yang digunakan dalam melakukan penilaian dalam perspektif keuangan adalah indikator seperti: keuntungan, pendapatan, biaya, utilisasi aset, dsb.

  • Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

    Perspektif ini memberikan gambaran kepada perusahaan atas pentingnya aspek pelanggan sebagai kontributor untuk mendorong pencapaian finansial perusahaan. Dalam perspektif ini, BSC mengukur aspek-aspek seperti: ukuran pangsa pasar (market share), retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dsb.

  • Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process)

    Perspektif ini berisi rangkaian proses atau aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan oleh perusahaan, dalam usahanya untuk mencapai sasaran-sasaran pada perspektif pelanggan dan perspektif keuangan, seperti: mengembangankan produk baru, meningkatankan kapasitas produksi, membangun jaringan usaha baru, meningkatkan kerja sama dengan pihak ketiga, dsb.

  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

    Perspektif ini mengidentifikasi hal-hal yang harus dipersiapkan perusahaan, agar dapat menjalankan aktivitas proses bisnis secara optimal, seperti: mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, membangun infrastruktur penunjang yang diperlukan (teknologi, informasi, dsb), membangun Budaya Organisasi, dsb.

Dengan menggunakan metode Balanced Scorecard di atas, maka pimpinan dan jajaran manajemen dapat merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, sekaligus menggunakan sistem pengukuran kinerja yang seimbang, antara aspek keuangan dan aspek non keuangan.