WUJUDKAN SINERGI

Salah satu hasil upaya manusia yang paling tinggi adalah mewujudkan sinergi. Sinergi sendiri berarti keseluruhan lebih besar dari penjumlahan tiap bagian. Efisiensi meningkat karena satu ditambah satu bisa menjadi tiga, lima, atau bahkan lebih. Hal ini dapat terjadi karena inti sinergi adalah menyadari perbedaan dan menyatukannya untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Upaya mewujudkan sinergi memerlukan kombinasi dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah dibangun sebelumnya, secara khusus dalam kebiasaan “Berpikir Menang-Menang” dan “Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti”. Dengan berusaha mengerti terlebih dahulu, posisi defensif pihak yang terlibat pelan-pelan diubah menjadi lebih terbuka; sedangkan melalui pola berpikir Menang-Menang, pihak lain menyadari bahwa Anda bukan hanya memedulikan kepentingan sendiri, namun dengan tulus berusaha memahami keresahan dan kepentingan mereka.

Terdapat beberapa poin penting untuk mewujudkan sinergi:

  1. Melihat sebagai Rekan

    Yang pertama adalah perubahan paradigma. Pihak lain perlu dilihat bukan sebagai oposisi, melainkan sebagai rekan yang tengah bersama-sama berusaha memahami inti permasalahan dan menciptakan alternatif solusi yang lebih baik.

  1. Menciptakan Komunikasi Sinergis

    Komunikasi sinergis yang didasari kepercayaan dan keinginan bekerja sama. Keduanya diperlukan untuk menumbuhkan rasa aman agar setiap pihak dapat terbuka membagikan dan mendiskusikan ide dan pendapat. Di sinilah kebiasaan ‘Berpikir Menang-Menang’ dan ‘Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti’ berperan.

  1. Memanfaatkan Perbedaan

    Perbedaan-perbedaan yang muncul pada saat berdiskusi perlu dihargai. Perbedaan menjadi titik awal untuk mencari alternatif ketiga atau sebuah solusi yang lebih baik. Sinergi terwujud berkat adanya kreativitas dan keterbukaan dalam menanggapi perbedaan.

 

 

Referensi:
Covey, S. R. (2015). 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. (R. A. Djanuar, Ed., I. Rosalina, & R. A. Djanuar, Trans.) Jakarta: Dunamis Intra Sarana.

BELAJAR PERSPEKTIF OUTSIDE-IN

Dalam buku legendaris Peter Drucker yang berjudul The Practice of Management tahun 1954, Beliau berpendapat bahwa hanya ada satu definisi yang sah mengenai tujuan bisnis yaitu menciptakan pelanggan. Prinsip tersebut dinilai menarik oleh banyak orang karena kesederhanaannya. Drucker kemudian mengembangkan prinsip tersebut hingga muncul konsep perspektif outside-in.

Drucker melihat fenomena bahwa banyak manajer menghabiskan waktu yang mereka miliki hanya untuk menanggapi hal – hal yang diberikan oleh atasan, rekan kerja, dan bawahan sehingga manajer tersebut memiliki pandangan bisnis yang terbatas. Fenomena tersebut adalah contoh perilaku inside-out. Disinilah perspektif outside-in mulai diperlukan karena melihat melalui orang – orang di luar perusahaan yang lebih objektif, contohnya pelanggan.

Mengapa penting untuk mendalami perspektif outside-in?

  1. Karena pencapaian bisnis banyak bergantung pada faktor eksternal. Drucker berpendapat bahwa hasil yang diperoleh perusahaan tidak tergantung pada seseorang yang ada di dalam perusahaan, tapi justru pada para pelanggan. Pelanggan adalah faktor yang menentukan sebuah bisnis menjadi profitable atau tidak.
  1. Karena pencapaian bisnis yang memuaskan didapat dari pemanfaatan peluang, bukan mengatasi masalah. Kesalahan sejumlah besar perusahaan adalah para talenta terbaiknya justru menghabiskan lebih banyak waktu untuk “memadamkan api” daripada mengidentifikasi peluang yang menguntungkan perusahaan. Banyak perusahaan yang membuat kesalahan dengan mengalokasikan terlalu banyak sumber daya untuk mengatasi masalah.
  1. Karena pencapaian terbesar akan berpihak pada pemimpin pasar.

    Perusahaan perlu menonjolkan sesuatu yang benar – benar bernilai bagi pelanggan sehingga memiliki peluang untuk sukses di pasar. Satu yang perlu diingat adalah ukuran perusahaan tidak menentukan kepemimpinan di pasar.

  1. Karena penguasaan pasar hanya sementara dan tidak abadi.

    Menurut Drucker, tugas manajer adalah mengubah tren dan memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki dimanfaatkan untuk mengeksekusi peluang terbesar menuju kesuksesan. Drucker menekankan bahwa sesuatu yang saat ini dianggap modern, suatu saat akan menjadi usang.

  1. Karena kita perlu fokus untuk memperoleh hasil yang maksimal.

    Perusahaan perlu menghindar dari godaan untuk bereksperimen dalam banyak hal dan fokus pada beberapa produk, jasa, pelanggan, pasar, dan sebagainya. Drucker menegaskan bahwa prinsip bisnis untuk selalu fokus dan berkonsentrasi merupakan prinsip yang paling sering dilanggar.

Bagaimana cara agar terbiasa bertindak outside-in?

  1. Pergilah ke mana pelanggan berada.

    Manajemen perlu menghadiri pertemuan, konferensi, dan acara apa pun yang membuat manajemen dan pelanggan serta pelanggan potensial bertatap muka.

  1. Undang pelanggan dan pemasok untuk bertemu dengan tim.

    Tidak ada yang dapat menggantikan pentingnya berdialog secara langsung. Semakin banyak kontak yang kita lakukan, semakin kita mengerti kebutuhan dan keinginan mereka.

  1. Gunakan teknologi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

    Pengaplikasian teknologi dapat membantu efisiensi dan efektivitas proses bisnis sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

  1. Lakukan benchmark.

    Luangkan waktu dua sampai empat jam seminggu untuk melihat – lihat situs web pesaing, toko, dan di mana pun pesaing berada. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat selangkah lebih maju atau merespons ancaman kompetisi terbaru dari pesaing.

 
Referensi:
Krames, J. A. (2008). Inside Drucker’s Brain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

PERAN KEY PLAYER EKOSISTEM STARTUP

Ekosistem startup adalah masyarakat yang terdiri dari entrepreneur, mentor, investor, inkubator, perguruan tinggi, korporasi, associations/events, pemerintah, dan service provider. Masing-masing key player tersebut saling terhubung, berinteraksi, dan saling membantu untuk memperkuat ekosistem sambil meningkatkan nilainya sendiri.

Beberapa kota di dunia dengan ekosistem startup yang baik adalah Silicon Valley (USA), New York City (USA), London (ENG), serta Paris (FRA). Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut Global Startup Ecosystem Report (GSER) bulan Mei 2019 menyebutkan Jakarta menduduki peringkat ke-33 dunia sebagai kota dengan ekosistem startup potensial.

Apa peran masing-masing key player dalam ekosistem startup?

  1. Entrepreneur

    Entrepreneur adalah pemeran utama di ekosistem startup karena mereka yang menjalankan bisnis dan paling membutuhkan bantuan dari semua key player lain. Tugas dari entrepreneur adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bisnis untuk memastikan bisnis berjalan dengan baik serta melakukan inovasi agar bisnis dapat bertahan dan berkembang.

  1. Mentor

    Mentor adalah seseorang dengan pengalaman atau pengetahuan yang lebih banyak dan bersedia membantu para entrepreneur untuk mengembangkan bisnis. Para Entrepreneur sering kali memiliki ide bisnis potensial namun tidak mudah untuk diaktualisasikan, disini peran mentor diperlukan untuk membimbing para entrepreneur agar tidak mengambil keputusan bisnis yang salah dan menyusun strategi agar ide tersebut terealisasi.

  1. Investor

    Investor berperan sebagai penyuplai dana untuk entrepreneur agar dapat membiayai kebutuhan bisnis yang dijalankan. Dana yang disuplai oleh investor kemudian digunakan oleh entrepreneur untuk membiayai operasional perusahaan, pengadaan mesin, maupun mengembangkan bisnis.

  1. Inkubator

    Inkubator berperan sebagai fasilitator program untuk mempercepat keberhasilan pengembangan bisnis melalui pembinaan dan akses permodalan dengan tujuan menjadikan bisnis tersebut profitable, sustainable, dan memiliki pengelolaan organisasi serta keuangan yang benar.

  1. Perguruan tinggi

    Perguruan tinggi berperan sebagai tempat pembelajaran para entrepreneur dalam mengasah entrepreneurship skills yang dimiliki serta menjadi pusat penelitian untuk menghasilkan ide bisnis baru yang potensial untuk dipasarkan. Di Indonesia sendiri sudah ada sekitar 49 Inkubator Bisnis Tekonologi (IBT) yang tersebar di perguruan tinggi seluruh Indonesia.

  1. Korporasi

    Korporasi membantu perkembangan ekosistem startup dengan berbagai cara, mereka adalah calon konsumen potensial untuk bisnis startup dan tidak jarang menjadi pintu keluar bagi bisnis startup yang sudah berkembang dengan join ke korporasi tersebut. Korporasi juga dapat berperan sebagai investor yang menanamkan modal pada bisnis startup agar bisnis tersebut dapat berkembang.

  1. Associations/events

    Ada banyak asosiasi dan event yang dapat membantu berkembangnya ekosistem startup seperti komunitas entrepreneur yang berperan memfasilitasi pertemuan entrepreneur dengan calon bisnis partner potensial serta event seperti kompetisi bisnis yang mempertemukan entrepreneur dengan investor.

  1. Pemerintah

    Pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakan yang mengakomodasi semua kepentingan key player secara adil. Di Indonesia sendiri sudah ada bukti nyata dukungan pemerintah untuk mengembangkan ekosistem startup melalui pembentukan BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) yang bertugas membantu Presiden dalam merumuskan, menetapkan, dan mengoordinasikan kebijakan ekonomi kreatif di berbagai bidang.

  1. Penyedia jasa

    Pengacara, akuntan, banker, rekruter, dan konsultan adalah beberapa penyedia jasa yang berperan penting di ekosistem startup, semakin banyak pengalaman penyedia jasa di bisnis startup akan semakin baik kualitas jasa yang diberikan.

 

Referensi:
https://id.techinasia.com/ekosistem-startup-di-indonesia
https://money.kompas.com/read/2019/08/11/125304826/jakarta-masuk-kota-potensial-dalam-ekosistem-startup-global
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180607/9/804049/opini-unicorn-baru-penguatan-ekosistem-startup
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190809064856-185-419733/jakarta-duduki-peringkat-33-kota-ekosistem-startup-potensial
https://www.dealsunny.com/blog/entrepreneurship-infographic
https://dailysocial.id/post/peran-aktif-pemerintah-indonesia-dukung-industri-startup-dan-ekonomi-digital
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/2018/12/03/untuk-hasilkan-start-up-perguruan-tinggi-akan-diwajibkan-miliki-inkubator-bisnis-teknologi/
https://jakarta.block71.co/inkubator-startup
https://www.liputan6.com/tekno/read/2475590/peran-penting-angel-investor-di-bisnis-startup-indonesia

APA ITU OKR?

SEJARAH OKR

OKR singkatan dari Objective dan Key Result, merupakan suatu goal management framework yang berjalan dari tahun 1970-an, namun populer pada tahun 1999 saat John Doerr memiliki proyek Manajemen Kinerja dengan Google. OKR sendiri berkembang dari konsep MBO atau Management by Objective yang dipopulerkan oleh guru manajemen dunia, Peter Drucker.

OKR diciptakan oleh Andy Groove, yaitu seorang petinggi Intel yang merasa perlu membuat ukuran kinerja yang mendorong eksekusi strategi. Pada tahun 1975, John Doerr, pada saat itu seorang tenaga penjualan yang bekerja untuk Intel, menghadiri kursus internal Intel yang diajarkan oleh Andy Grove yang memperkenalkannya pada teori OKR. Pada tahun 1999 Doerr, yang pada saat itu bekerja untuk Kleiner Perkins Caufield & Byers – sebuah perusahaan modal ventura, memperkenalkan gagasan OKR ke perusahaan rintisan Kleiner Perkins Caufield & Byers yang telah berinvestasi di Google. Gagasan itu mulai berlaku dan OKR dengan cepat menjadi pusat budaya Google sebagai “metodologi manajemen yang membantu memastikan bahwa perusahaan memfokuskan upaya pada masalah penting yang sama di seluruh organisasi”.

Larry Page, CEO Alphabet dan salah satu pendiri Google, memuji OKR dalam kata pengantar untuk buku Doerr: “OKR telah membantu membawa kami ke pertumbuhan sepuluh kali, berkali-kali lipat. Mereka telah membantu membuat misi kami yang berani untuk ‘mengorganisir informasi dunia’ menjadi mungkin, bahkan dapat dicapai. Mereka telah membuat saya dan anggota perusahaan lainnya tepat waktu, dan tepat waktu menjadi hal yang paling penting.” Sejak menjadi populer di Google, OKR telah diimplementasi oleh beberapa organisasi start-up teknologi serupa lainnya termasuk LinkedIn, Twitter, Uber, Spotify, dan Airbnb. Sistem OKR ternyata tidak hanya untuk perusahaan digital. Walmart, Target, The Guardian, Dun dan Bradstreet, dan ING Bank juga menggunakan OKR.

Mirip dengan Balanced Scorecard, OKR memerlukan adanya Objective untuk melahirkan ukuran kinerja yang melambangkan pencapaian sasaran strategis tersebut. Agak berbeda dengan konsep Manajemen Kinerja yang fokus pada ukuran kuantitatif, OKR menuntut adanya Objective yang akan memandu manajemen untuk membuat suatu ukuran yang disebut dengan Key Result. OKR dapat dibagikan di seluruh organisasi dengan maksud memberikan kejelasan tujuan kepada tim dengan maksud untuk menyelaraskan dan memfokuskan upaya. OKR biasanya ditetapkan di tingkat perusahaan, tim, dan pribadi.

 

KOMPONEN OKR

Tujuan yang tepat harus menggambarkan apa yang akan Anda capai dan bagaimana Anda akan mengukur pencapaiannya. Kata-kata kunci di sini adalah diukur dengan karena pengukuran adalah apa yang membuat tujuan menjadi tujuan. Tanpanya, Anda tidak memiliki tujuan, yang Anda miliki hanyalah keinginan.

Formula Doerr adalah cara terbaik untuk menjelaskan struktur OKR:

Saya akan (Objective) yang diukur dengan (set of Key Results).

Jadi, seperti namanya, OKR memiliki dua komponen, yaitu:

  • Objective adalah deskripsi kualitatif yang menjelaskan tentang apa yang ingin Anda capai. Objective harus singkat, inspirasional, dan menarik. Objective harus memotivasi dan menantang tim.
  • Key Results adalah serangkaian metrik yang mengukur kemajuan Anda menuju Objective. Untuk setiap Objective, Anda harus memiliki 3 hingga 5 Key Results. Semua Key Results harus kuantitatif dan terukur. Seperti yang dikatakan Marissa Mayer, mantan Wakil Presiden Google: “Jika tidak memiliki angka, itu bukan Key Results“.

 

Referensi:

John Doerr; Measure What Matters; How Google, Bono, and the Gates Foundation Rock the Worls with OKRs

https://felipecastro.com/en/okr/what-is-okr/

Memaksimalkan Pertumbuhan dan Kontrol dengan Struktur Organisasi Hybrid

Ketika sebuah organisasi sedang berkembang, tentu struktur organisasi menjadi agenda penting yang harus diperhatikan. Terkadang, struktur yang dimiliki pada saat ini bisa jadi kurang memadai untuk perkembangan di esok hari. Biasanya, hal ini menyebabkan pengembangan struktur yang tidak simetris. Beberapa organisasi berakhir dengan perampingan struktur karena terlalu ‘gemuk’. Beberapa lainnya justru menyadari masalah birokrasi yang terlalu berbelit karena struktur yang terlalu ‘tinggi’.

Sebelum berpikir lebih jauh mengenai struktur seperti apa yang cocok untuk sebuah organisasi, ada baiknya jika organisasi memahami terlebih dahulu teori mengenai struktur organisasi yang umum dipakai dalam dunia manajemen. Ada 2 jenis struktur yang umum dipakai, yaitu:

  • Struktur Organisasi Fungsional

    Struktur Organisasi Fungsional (SOF) membagi para pekerja dalam kelompok-kelompok yang berdasar pada fungsi-fungsi manajemen.
    Contoh: Departemen Pemasaran, Departemen Keuangan, Departemen SDM & Personalia, dll.

  • Struktur Organisasi Divisional

    Struktur Organisasi Divisional (SOD) membagi para pekerja dalam kelompok-kelompok yang berdasar pada area regional atau unit bisnis tertentu.
    Contoh: Divisi Jawa Bali, Divisi Makanan Kering, Divisi Brand, dll.

Struktur organisasi fungsional memiliki karakter yang lebih cocok diterapkan di organisasi yang skalanya (secara penjualan, area, diversifikasi produk) lebih kecil, sedangkan struktur organisasi divisional lebih disarankan untuk organisasi yang lebih besar skalanya. Meskipun begitu, masing-masing struktur memiliki kekurangan yang dapat menghambat kinerja organisasi. Maka dari itu, para akademisi berusaha menggabungkan keduanya untuk meraih kinerja, sekaligus kontrol organisasi yang baik. Gabungan dari kedua struktur ini disebut dengan Struktur Organisasi Hybrid.

Struktur Organisasi Hybrid (SOB) adalah gabungan dari struktur organisasi fungsional dan divisional yang bertujuan untuk memanfaatkan keunggulan keduanya sehingga dapat mencapai kinerja dan kontrol yang efektif sekaligus efisien demi tercapainya pertumbuhan organisasi yang minim hambatan.

Contoh Struktur Organisasi Hybrid

 

Pada figur di atas, dapat dilihat bahwa SOB memiliki 2 kelebihan yaitu:

  1. Mendefinisikan seorang pekerja jauh lebih spesifik dalam peran dan tanggung jawabnya. Tim pemasaran A secara spesifik bekerja untuk pemasaran proyek A, dan begitu juga dengan anggota tim lainnya yang memiliki deskripsi pekerjaan masing-masing.
  2. Membuat peran dan tanggung jawab setiap anggota tim menjadi begitu jelas, dan tentu saja akan membawa ritme kerja yang progresif ketika diiringi dengan pekerja yang tepat dan mampu.

Kendati demikian, SOB juga memiliki kekurangan, antara lain:

  • Komunikasi antar anggota tim maupun antar tim yang kurang baik dan terkoordinasi akan memicu timbulnya konflik dan double work, yang justru menjadi lawan dari kelebihan SOB itu sendiri: kinerja yang efektif dan efisien.
  • Terjadi kebingungan mengenai proses pengambilan keputusan, yang menyebabkan setiap anggota tim memiliki 2 otoritas: manajer departemen dan manajer proyek.

Meskipun memiliki kekurangan, SOB tetap menarik untuk diterapkan di dalam sebuah organisasi. SOB memberi harapan baru, dimana pertumbuhan dan kontrol yang berjalan beriringan biasanya sangat sulit untuk terjadi. Beberapa kekurangan yang sudah disebutkan pun bisa diminimalisir dengan cara memberikan Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas kepada setiap anggota tim sehingga komunikasi dan pengambilan keputusan bisa terkoordinasi dengan lebih baik, sehingga risiko work inefficiency dapat dikurangi.

 

Referensi:

https://www.nibusinessinfo.co.uk/content/organisational-structure-function

https://yourbusiness.azcentral.com/explain-hybrid-organization-structure-11311.html

https://tallyfy.com/organizational-structure-examples/

https://www.hunker.com/13416379/hybrid-structure-advantages-disadvantages

Membangun Tim yang Agile dalam Perusahaan

Para pemimpin perusahaan sudah mulai menyadari bahwa manajemen top-down tidak lagi efektif. Pergerakan pasar dunia yang cepat telah mendorong banyak perusahaan untuk mengadopsi manajemen yang lebih agile. Agile (tangkas) adalah satu pola pikir dan kebiasaan. Ada tiga poin penting dalam agile, yakni: mengidentifikasi masalah atau peluang, bergerak menindaklanjutinya, dan melakukan keduanya secara iteratif tanpa henti dan dalam periode yang singkat. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan tim agile yang dapat membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.

Berikut merupakan beberapa karakter umum dari tim Agile

  • Bersifat inovatif.
  • Memiliki sedikit anggota.
  • Lebih mementingkan adaptasi terhadap perubahan daripada berpegang teguh pada rencana awal.
  • Lebih mementingkan outcome (memiliki dampak pada perusahaan/ organisasi) daripada sekedar output.
  • Memiliki kontrol atas tindakan yang ingin diambil, tidak didikte oleh pimpinan.
  • Memiliki interaksi yang dekat dengan pelanggan (baik eksternal maupun internal).

 

Terdapat beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan ketika mereka dapat mengembangkan tim agile secara sukses, antara lain:

  • Peningkatan ragam pekerjaan sehingga bisnis dapat lebih berinovasi daripada beroperasi secara rutin.
  • Perusahaan dapat membaca perubahan kondisi dan prioritas di pasar.
  • Perusahaan dapat mengembangkan solusi yang lebih adaptif.
  • Perusahaan dapat menghindari krisis yang sering menyerang hierarki tradisional.
  • Disruptions tidak akan mengganggu operasional perusahaan.
  • Membawa nilai dan prinsip agile pada operasi bisnis dan menjadi fungsi pendukung bagi bagian perusahaan yang lainnya.
  • Meningkatkan efisiensi dan produktivitas di bagian perusahaan yang memiliki biaya yang besar.
  • Peningkatan sistem operasional dan model organisasi untuk meningkatkan koordinasi antara tim agile dan tim operasional.
  • Perubahan dapat merespons kebutuhan pelanggan dengan cepat.
  • Dapat meningkatkan hasil perusahaan, tidak hanya hasil keuangan yang lebih baik tetapi juga loyalitas pelanggan dan keterlibatan karyawan yang lebih tinggi.

Dalam menanamkan konsep agile dalam perusahaan itu sendiri, terdapat empat area perusahaan yang perlu untuk diubah:

  1. Nilai dan prinsip

    Tanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agility di seluruh bagian perusahaan.

  1. Kerangka Operasional

    Kembangkan pola pikir dan metode yang mendukung agility dalam sistem operasional.

  1. Akuisisi bakat dan motivasi

    Penerapan sistem yang agile untuk mendapatkan pekerja yang berbakat dan memotivasi mereka untuk membuat tim menjadi lebih baik.

  1. Sistem perencanaan dan penganggaran
    Melihat keputusan pendanaan/ investasi sebagai peluang bisnis (seperti dari sudut pandang Venture Capital).

 

Referensi:

https://hbr.org/2018/05/agile-at-scale

https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/the-five-trademarks-of-agile-organizations

https://study.com/academy/lesson/what-is-an-agile-company-definition-example.html

Memahami Alur Kerja Melalui Organization Network Analysis

Struktur organisasi telah dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memaksimalkan kinerja organisasi secara menyeluruh. Struktur organisasi hierarki tradisional tidak lagi dapat mencerminkan cara kerja yang sesungguhnya terjadi dalam suatu organisasi. Maka dari itu, Organization Network Analysis (ONA) sangat dibutuhkan untuk memahami bagaimana jaringan sosial dan arus komunikasi dalam sebuah organisasi sebenarnya terjadi. ONA adalah cara yang digunakan untuk memvisualisasi dan menganalisis bagaimana komunikasi, informasi, dan keputusan sesungguhnya mengalir dalam suatu organisasi.

ONA terdiri dari 3 elemen utama yang memberi pemahaman bagaimana komunikasi, informasi, dan keputusan dalam suatu organisasi seharusnya mengalir, yaitu:

  1. Nodes: setiap orang yang berfungsi sebagai saluran pertukaran ide-ide dan informasi dalam suatu organisasi.
  2. Ties: setiap hubungan, baik formal maupun tidak formal, yang terjadi di antara nodes.
  3. Knowledge broker: orang yang membuat jembatan antar kelompok. Tanpa pengetahuan, berbagi informasi dan ide akan terhenti.

 

Berikut 3 keuntungan yang akan diperoleh melalui pengimplementasian ONA:

  1. Peningkatan efektivitas operasional

    ONA membantu menciptakan struktur organisasi yang dapat menempatkan setiap pekerja di posisi yang tepat sehingga dapat berdampak dalam sebuah organisasi. Organisasi yang terstruktur berdasarkan ONA dapat menghasilkan pertukaran informasi pada waktu yang tepat dan menghasilkan kolaborasi yang tepat antar nodes.

  1. Mengubah organisasi dengan cara yang cerdas

    Melalui ONA, top performance dapat diidentifikasi menggunakan analisa statistik. Dalam masa-masa perombakan atau perubahan organisasi, top performance dapat digunakan secara efektif untuk mempercepat realisasi manfaat transformasi selama masa perubahan.

  1. Menggunakan pekerja berbakat secara efektif

    ONA menciptakan kejelasan fungsional dalam suatu organisasi. ONA mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peran dalam suatu organisasi sehingga dapat mengalokasikan pekerja berbakat pada posisi yang tepat

 

Ada 5 langkah pengimplementasian ONA yang efektif, yaitu:

  1. Identifikasi kelompok penting

    Lihat dengan seksama setiap kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi, mulai dari tingkat fungsional hingga hierarki organisasi. Pilih kelompok yang memiliki peluang tertinggi untuk memberikan hasil yang signifikan, entah secara strategis atau operasional.

  1. Kumpulkan informasi mengenai pekerja

    Tanyakan beberapa pertanyaan kepada pekerja mengenai orang-orang yang pada umumnya bekerja dengan mereka baik sehari-hari ataupun dalam proyek tertentu.

  1. Petakan koneksi pekerja

    Petakan koneksi pekerja menggunakan Social Network Analysis (SNA) software. Gunakan panah sebagai penunjuk arah ketergantungan antar pekerja. Gunakan warna-warna yang berbeda sebagai penunjuk sifat atau ciri yang dimiliki oleh seorang pekerja. Sifat atau ciri tersebut meliputi departemen pekerja, level pengetahuan, dan lain-lain.

  1. Temukan kelompok alami, koneksi, dan temukan solusi untuk ‘bottleneck’

    Posisikan pekerja yang memiliki koneksi baik berdekatan satu sama lain untuk memaksimalkan efisiensi dan kolaborasi. Temukan jaringan yang memiliki pekerja berlebih dan posisikan pekerja berlebih tersebut pada jaringan lain yang lebih membutuhkan sehingga dapat mengeliminasi ‘bottleneck’.

  1. Tinjau perkembangan dan efektivitas ONA

    Terapkan kembali ONA setelah 6 sampai 9 bulan dari pengaplikasian ONA sebelumnya untuk mengetahui apakah perubahan yang diinginkan organisasi telah tercapai.

 

Referensi:

https://www.slideshare.net/panklam/ona-and-the-tools-landscape
https://www.trustsphere.com/organizational-network-analytics/
https://www2.deloitte.com/us/en/pages/human-capital/articles/organizational-network-analysis.html
https://medium.com/@stangarfield/social-network-analysis-sna-ona-vna-4df5547a0a7f

Menerapkan Ekonomi Perilaku dan Neuroekonomi dalam Perusahaan

Banyak model mengenai ekonomi yang berasumsi bahwa manusia akan selalu membuat pilihan yang dapat memaksimalisasikan fungsi suatu hal. Namun, sering kali manusia melakukan tindakan yang irasional. Fenomena ini kerap kali disebut sebagai ekonomi perilaku dan neuroekonomi.

Ekonomi perilaku merupakan pemahaman mengenai perilaku manusia dengan menggabungkan ilmu psikologi, pertimbangan, pengambilan keputusan, dan kondisi ekonomi. Sedangkan neuroekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan menggabungkan ilmu dari neuroscience, ekonomi, dan psikologi. Oleh karena itu, ekonomi perilaku dan neuroekonomi dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran tentang pengaruh faktor sosial, kognitif, emosi, dan saraf otak terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang individu atau perusahaan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan manusia bertindak irasional:

  1. Kekuatan “Gratis”
  2. Seseorang akan merasa senang ketika mendengar kata gratis karena otak manusia akan mengeluarkan banyak dopamin dan fenomena ini menyebabkan seseorang bersikap irasional.

  1. Pengaruh alternatif
  2. Pilihan ketiga dapat mengubah persepsi seseorang terhadap dua pilihan lainnya.

  1. Penilaian yang irasional
  2. Terdapat prasangka di mana orang menganggap bahwa barang yang lebih mahal memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang yang lebih murah.

  1. Curse of Choice
  2. Terlalu banyak pilihan yang tersedia akan menurunkan minat pembeli untuk membeli.

  1. Penggunaan Atribut
  2. Mempromosikan atribut tertentu untuk meningkatkan minat seseorang untuk membeli barang yang memiliki atribut tersebut.

General Electric yang berkolaborasi dengan Kevin Volpp beserta dengan rekannya pernah melaksanakan penelitian akan ekonomi perilaku dan neuroekonomi terhadap penggunaan rokok. Para pekerja dibagi ke dalam dua kelompok yaitu tim perawatan dan tim kontrol. Setiap pekerja yang berada di dalam tim perawatan mendapatkan $250 jika mereka berhenti merokok selama 6 bulan dan $400 ketika mereka berhenti selama 12 bulan. Sedangkan pekerja dalam tim kontrol tidak mendapatkan apapun. Dibuktikan bahwa tim perawatan memiliki 3 kali lipat tingkat keberhasilan dibandingkan dengan tim kontrol.

Berikut merupakan keuntungan sebuah organisasi untuk menerapkan ekonomi perilaku dan neuroekonomi:

  • Cost-benefit
  • Dapat memanfaatkan atribut tertentu dari suatu sistem, barang, ataupun jasa.

  • Mengoptimalisasikan strategi pemasaran
  • Memahami perilaku konsumen dan mendesain strategi pemasaran yang sesuai.

  • Batasan rasionalitas
  • Memahami batas rasionalitas dan adanya prasangka tertentu yang dimiliki oleh konsumen.

  • Rebranding
  • Mengubah persepsi seseorang terhadap sesuatu dengan mengubah cerita mengenai brand tersebut.

  • Pengambilan keputusan
  • Membantu seseorang atau sebuah organisasi untuk mengambil tindakan terbaik.

 

Referensi:

https://www.forbes.com/2007/01/05/neuroeconomics-buying-decisions-biz_cx_ee_0105papers.html#180eb9256ca0

https://journals.openedition.org/oeconomia/445

https://hbr.org/2017/10/the-rise-of-behavioral-economics-and-its-influence-on-organizations

https://www.behavioraleconomics.com/the-be-guide/the-behavioral-economics-guide-2018/

Pentingnya Melakukan Transformasi Organisasi yang Efektif

Perubahan lingkungan yang disruptive membuat banyak organisasi tidak memiliki pilihan lain kecuali bertransformasi. Bentuk perubahan yang bersifat incremental seperti perbaikan, inovasi, dan business reengineering tidak memadai lagi sehingga organisasi perlu melakukan perubahan mendasar dan radikal dalam bertransformasi. Setiap organisasi harus terus tumbuh dalam jangka panjang dengan memberi nilai bagi semua pemangku kepentingan. Untuk dapat bertahan dan bertumbuh, organisasi perlu beradaptasi dengan lingkungan.

Transformasi organisasi merupakan suatu strategi dan implementasi untuk membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru dengan menyesuaikan seluruh elemen turunannya (sistem, struktur, people, culture) dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.

Komponen penting dalam melakukan transformasi organisasi antara lain:

  • Arah bisnis visioner: meninjau kembali visi dan misi minimal 3 tahun sekali
  • Kesiapan berubah: menyiapkan program untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal
  • Orientasi pasar: menyiapkan strategi dan program untuk meningkatkan pangsa pasar
  • Tanggap terhadap lingkungan: memiliki program untuk mengenali kekuatan dan kelemahan serta menggunakannya untuk menghadapi tantangan dan ancaman eksternal
  • Operasi prima: mengelola operasinya untuk menciptakan keunggulan yang berdaya saing
  • Kepemimpinan yang kuat: mempersiapkan pemimpin organisasi yang mampu menggerakkan semua sumber daya dan organ organisasi guna mencapai visi organisasi
  • Insan yang kompeten: mengelola sumber daya manusia untuk menciptakan keunggulan berdaya saing
  • Budaya perusahaan: mengembangkan budaya perusahaan yang mendukung pencapaian visi dan misi
  • Manajemen risiko: mengelola risiko sehingga menunjang keberhasilan perusahaan

Tranformasi sendiri merupakan tindakan strategis yang membutuhkan investasi besar dengan risiko yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu model yang sudah teruji sebagai pedoman bagi organisasi di Indonesia untuk menjalankan transformasi.

Berikut 8 langkah penting dalam melakukan tranformasi organisasi yang efektif:

  1. Tetapkan apa yang akan Anda lakukan,
    • Mengapa Anda akan melakukannya?
    • Apa manfaat perubahan itu?
    • Apa bahaya dari tidak berubah itu?
  1. Buat rasa urgensi dan kemudian pertahankan untuk jangka panjang
  1. Menerapkan tata kelola dan manajemen. Bentuk koalisi leader yang kuat untuk sukses
  1. Libatkan pemangku kepentingan utama – terutama manajer – dalam membuat perubahan terjadi
  1. Hilangkan hambatan untuk keberhasilan transformasi, terutama selama implementasi
  1. Aktifkan transformasi nyata dengan memupuk budaya organisasi baru dan perilaku individu
  1. Atur kembali operasi dan organisasi untuk mengaktifkan visi baru dan mendukung transformasi
  1. Tingkatkan keterampilan eksekutif dan pemimpin dalam mengubah kepemimpinan

Transformasi organisasi dilakukan untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan, inovatif, dan memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ibarat lomba lari, transformasi adalah maraton yang membutuhkan daya tahan tinggi dan napas panjang. Dalam setiap waktu dan tahapan harus bisa menampilkan kemajuan dan harus ada hasil nyata jangka pendek atau quick win.

 

Referensi:

https://www.google.com/amp/s/www.forbes.com/sites/ellevate/2015/01/27/9-things-leaders-must-do-to-create-a-transformation/amp/?espv=1

https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/leading-organizational-transformations

Majalah Manajemen Juli 2018 “Implementasi Transformasi Organisasi: Edisi Khusus Anugerah Manajemen Indonesia 2018”

Revolusi Robotics dan Autonomous Agents dalam Industri

Perkembangan pembuatan robot dan otomatisasi telah merevolusi pasar dengan semakin banyaknya penggunaan robotics dan autonomous agents di berbagai industri. Robotics dan autonomous agents dapat digunakan di pabrik untuk mengidentifikasi efektivitas tiap pekerja. Amazon merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan robotics dan autonomous agents untuk mengambil barang-barang di gudang mereka.

Robotics dan autonomous agents adalah suatu sistem yang mampu berinteraksi secara independen dan efektif dengan lingkungannya melalui sensor dan efektornya sendiri untuk menjalankan beberapa tugas yang telah diberikan oleh pengguna. McKinsey memperkirakan bahwa pengunaan robotics dan autonomous agents dapat menyumbangkan $1,9 – 6,4 triliun per tahun di pasar pada tahun 2025.

Beberapa karakter robotics dan autonomous agents, yaitu:

  • Adaptif: Dapat beradaptasi dengan perubahan di berbagai lingkungan
  • Robust: Perubahan kecil tidak dapat mengganggu perilaku sang agents
  • Taktis: Mampu mempertahankan tujuan dan menyesuaikan tujuan tertentu berdasarkan situasi yang ada
  • Serba guna: Dapat melakukan berbagai macam tugas

Penelitian dari Ernst & Young menemukan bahwa sekitar 93% waktu dihabiskan oleh SDM untuk mengulangi aktivitas yang sama. Oleh sebab itu, diperkirakan bahwa sedapatnya ada 65% dari aktivitas SDM yang dapat diotomatisasi. Di sinilah robotics dan autonomous agents berperan besar dengan penggunaan Robotic Process Automation (RPA). RPA adalah aplikasi teknologi yang diatur oleh logika bisnis dan input yang terstruktur untuk mengotomatisasi proses bisnis. RPA dapat mengotomatisasi banyak hal seperti menganalisa kesempatan, alur kerja, personalisasi massal, ataupun pemberian saran kepada SDM.

Berikut berbagai keuntungan perusahaan yang menggunakan robotics dan autonomous agents:

  • Meningkatkan Efektivitas Organisasi

    Membantu perusahaan untuk meningkatkan efektivitas layanan dengan menjadi lebih cepat dan berbiaya lebih rendah daripada metode yang sebelumnya

  • Melakukan tugas yang sulit dan berbahaya di luar kemampuan manusia

    Dapat mengerjakan pekerjaan yang sulit dilakukan oleh manusia seperti bekerja di kedalaman laut, pembangkit listrik tenaga nuklir, ataupun melakukan operasi rumit di lokasi terpencil

  • Identik antar satu sama lain

    Semua robot beroperasi dengan cara yang sama sehingga pengguna hanya perlu belajar untuk mengoperasikan sistem robot tersebut sekali untuk mengoperasikan sistem lain yang serupa

  • Perbaikan terus-menerus

    Terus meningkatkan dan memperbarui perangkat untuk kinerja yang lebih baik

  • Menyelesaikan masalah tenaga kerja

    Membantu menarik minat SDM untuk bekerja di perusahaan itu dan mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja

Langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk mendesain robotics dan autonomous agents berdasarkan dua pendekatan yaitu:

  1. Pendekatan tradisional (traditional approach)
    • Modulasikan komponen kognitif seperti persepsi, pemodelan dunia, dan perencanaan
    • Mulailah dengan mendesain arsitektur keseluruhan sistem
    • Kembangkan komponen lainnya secara terpisah
  1. Pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up approach)
    • Mulailah dengan menerapkan bentuk perilaku sistem yang sederhana
    • Pertimbangkan semua komponen dari persepsi hingga tindakan yang akan dilaksanakan oleh sistem
    • Tambahkan perilaku yang lebih cermat secara bertahap

 

Referensi:

http://mitpress.mit.edu/books/series/intelligent-robotics-and-autonomous-agents-series?page=1

https://www.forbes.com/sites/oracle/2018/05/28/top-5-industry-early-adopters-of-autonomous-systems/#56d7c584b931

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/us/Documents/process-and-operations/us-sdt-process-automation.pdf

https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-5808319/Amazon-100-000-warehouse-robots-company-insists-replace-humans.html