Memahami Alur Kerja Melalui Organization Network Analysis

Struktur organisasi telah dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memaksimalkan kinerja organisasi secara menyeluruh. Struktur organisasi hierarki tradisional tidak lagi dapat mencerminkan cara kerja yang sesungguhnya terjadi dalam suatu organisasi. Maka dari itu, Organization Network Analysis (ONA) sangat dibutuhkan untuk memahami bagaimana jaringan sosial dan arus komunikasi dalam sebuah organisasi sebenarnya terjadi. ONA adalah cara yang digunakan untuk memvisualisasi dan menganalisis bagaimana komunikasi, informasi, dan keputusan sesungguhnya mengalir dalam suatu organisasi.

ONA terdiri dari 3 elemen utama yang memberi pemahaman bagaimana komunikasi, informasi, dan keputusan dalam suatu organisasi seharusnya mengalir, yaitu:

  1. Nodes: setiap orang yang berfungsi sebagai saluran pertukaran ide-ide dan informasi dalam suatu organisasi.
  2. Ties: setiap hubungan, baik formal maupun tidak formal, yang terjadi di antara nodes.
  3. Knowledge broker: orang yang membuat jembatan antar kelompok. Tanpa pengetahuan, berbagi informasi dan ide akan terhenti.

 

Berikut 3 keuntungan yang akan diperoleh melalui pengimplementasian ONA:

  1. Peningkatan efektivitas operasional

    ONA membantu menciptakan struktur organisasi yang dapat menempatkan setiap pekerja di posisi yang tepat sehingga dapat berdampak dalam sebuah organisasi. Organisasi yang terstruktur berdasarkan ONA dapat menghasilkan pertukaran informasi pada waktu yang tepat dan menghasilkan kolaborasi yang tepat antar nodes.

  1. Mengubah organisasi dengan cara yang cerdas

    Melalui ONA, top performance dapat diidentifikasi menggunakan analisa statistik. Dalam masa-masa perombakan atau perubahan organisasi, top performance dapat digunakan secara efektif untuk mempercepat realisasi manfaat transformasi selama masa perubahan.

  1. Menggunakan pekerja berbakat secara efektif

    ONA menciptakan kejelasan fungsional dalam suatu organisasi. ONA mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peran dalam suatu organisasi sehingga dapat mengalokasikan pekerja berbakat pada posisi yang tepat

 

Ada 5 langkah pengimplementasian ONA yang efektif, yaitu:

  1. Identifikasi kelompok penting

    Lihat dengan seksama setiap kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi, mulai dari tingkat fungsional hingga hierarki organisasi. Pilih kelompok yang memiliki peluang tertinggi untuk memberikan hasil yang signifikan, entah secara strategis atau operasional.

  1. Kumpulkan informasi mengenai pekerja

    Tanyakan beberapa pertanyaan kepada pekerja mengenai orang-orang yang pada umumnya bekerja dengan mereka baik sehari-hari ataupun dalam proyek tertentu.

  1. Petakan koneksi pekerja

    Petakan koneksi pekerja menggunakan Social Network Analysis (SNA) software. Gunakan panah sebagai penunjuk arah ketergantungan antar pekerja. Gunakan warna-warna yang berbeda sebagai penunjuk sifat atau ciri yang dimiliki oleh seorang pekerja. Sifat atau ciri tersebut meliputi departemen pekerja, level pengetahuan, dan lain-lain.

  1. Temukan kelompok alami, koneksi, dan temukan solusi untuk ‘bottleneck’

    Posisikan pekerja yang memiliki koneksi baik berdekatan satu sama lain untuk memaksimalkan efisiensi dan kolaborasi. Temukan jaringan yang memiliki pekerja berlebih dan posisikan pekerja berlebih tersebut pada jaringan lain yang lebih membutuhkan sehingga dapat mengeliminasi ‘bottleneck’.

  1. Tinjau perkembangan dan efektivitas ONA

    Terapkan kembali ONA setelah 6 sampai 9 bulan dari pengaplikasian ONA sebelumnya untuk mengetahui apakah perubahan yang diinginkan organisasi telah tercapai.

 

Referensi:

https://www.slideshare.net/panklam/ona-and-the-tools-landscape
https://www.trustsphere.com/organizational-network-analytics/
https://www2.deloitte.com/us/en/pages/human-capital/articles/organizational-network-analysis.html
https://medium.com/@stangarfield/social-network-analysis-sna-ona-vna-4df5547a0a7f

Menerapkan Ekonomi Perilaku dan Neuroekonomi dalam Perusahaan

Banyak model mengenai ekonomi yang berasumsi bahwa manusia akan selalu membuat pilihan yang dapat memaksimalisasikan fungsi suatu hal. Namun, sering kali manusia melakukan tindakan yang irasional. Fenomena ini kerap kali disebut sebagai ekonomi perilaku dan neuroekonomi.

Ekonomi perilaku merupakan pemahaman mengenai perilaku manusia dengan menggabungkan ilmu psikologi, pertimbangan, pengambilan keputusan, dan kondisi ekonomi. Sedangkan neuroekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan menggabungkan ilmu dari neuroscience, ekonomi, dan psikologi. Oleh karena itu, ekonomi perilaku dan neuroekonomi dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran tentang pengaruh faktor sosial, kognitif, emosi, dan saraf otak terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang individu atau perusahaan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan manusia bertindak irasional:

  1. Kekuatan “Gratis”
  2. Seseorang akan merasa senang ketika mendengar kata gratis karena otak manusia akan mengeluarkan banyak dopamin dan fenomena ini menyebabkan seseorang bersikap irasional.

  1. Pengaruh alternatif
  2. Pilihan ketiga dapat mengubah persepsi seseorang terhadap dua pilihan lainnya.

  1. Penilaian yang irasional
  2. Terdapat prasangka di mana orang menganggap bahwa barang yang lebih mahal memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang yang lebih murah.

  1. Curse of Choice
  2. Terlalu banyak pilihan yang tersedia akan menurunkan minat pembeli untuk membeli.

  1. Penggunaan Atribut
  2. Mempromosikan atribut tertentu untuk meningkatkan minat seseorang untuk membeli barang yang memiliki atribut tersebut.

General Electric yang berkolaborasi dengan Kevin Volpp beserta dengan rekannya pernah melaksanakan penelitian akan ekonomi perilaku dan neuroekonomi terhadap penggunaan rokok. Para pekerja dibagi ke dalam dua kelompok yaitu tim perawatan dan tim kontrol. Setiap pekerja yang berada di dalam tim perawatan mendapatkan $250 jika mereka berhenti merokok selama 6 bulan dan $400 ketika mereka berhenti selama 12 bulan. Sedangkan pekerja dalam tim kontrol tidak mendapatkan apapun. Dibuktikan bahwa tim perawatan memiliki 3 kali lipat tingkat keberhasilan dibandingkan dengan tim kontrol.

Berikut merupakan keuntungan sebuah organisasi untuk menerapkan ekonomi perilaku dan neuroekonomi:

  • Cost-benefit
  • Dapat memanfaatkan atribut tertentu dari suatu sistem, barang, ataupun jasa.

  • Mengoptimalisasikan strategi pemasaran
  • Memahami perilaku konsumen dan mendesain strategi pemasaran yang sesuai.

  • Batasan rasionalitas
  • Memahami batas rasionalitas dan adanya prasangka tertentu yang dimiliki oleh konsumen.

  • Rebranding
  • Mengubah persepsi seseorang terhadap sesuatu dengan mengubah cerita mengenai brand tersebut.

  • Pengambilan keputusan
  • Membantu seseorang atau sebuah organisasi untuk mengambil tindakan terbaik.

 

Referensi:

https://www.forbes.com/2007/01/05/neuroeconomics-buying-decisions-biz_cx_ee_0105papers.html#180eb9256ca0

https://journals.openedition.org/oeconomia/445

https://hbr.org/2017/10/the-rise-of-behavioral-economics-and-its-influence-on-organizations

https://www.behavioraleconomics.com/the-be-guide/the-behavioral-economics-guide-2018/

Pentingnya Melakukan Transformasi Organisasi yang Efektif

Perubahan lingkungan yang disruptive membuat banyak organisasi tidak memiliki pilihan lain kecuali bertransformasi. Bentuk perubahan yang bersifat incremental seperti perbaikan, inovasi, dan business reengineering tidak memadai lagi sehingga organisasi perlu melakukan perubahan mendasar dan radikal dalam bertransformasi. Setiap organisasi harus terus tumbuh dalam jangka panjang dengan memberi nilai bagi semua pemangku kepentingan. Untuk dapat bertahan dan bertumbuh, organisasi perlu beradaptasi dengan lingkungan.

Transformasi organisasi merupakan suatu strategi dan implementasi untuk membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru dengan menyesuaikan seluruh elemen turunannya (sistem, struktur, people, culture) dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.

Komponen penting dalam melakukan transformasi organisasi antara lain:

  • Arah bisnis visioner: meninjau kembali visi dan misi minimal 3 tahun sekali
  • Kesiapan berubah: menyiapkan program untuk menghadapi perubahan lingkungan eksternal
  • Orientasi pasar: menyiapkan strategi dan program untuk meningkatkan pangsa pasar
  • Tanggap terhadap lingkungan: memiliki program untuk mengenali kekuatan dan kelemahan serta menggunakannya untuk menghadapi tantangan dan ancaman eksternal
  • Operasi prima: mengelola operasinya untuk menciptakan keunggulan yang berdaya saing
  • Kepemimpinan yang kuat: mempersiapkan pemimpin organisasi yang mampu menggerakkan semua sumber daya dan organ organisasi guna mencapai visi organisasi
  • Insan yang kompeten: mengelola sumber daya manusia untuk menciptakan keunggulan berdaya saing
  • Budaya perusahaan: mengembangkan budaya perusahaan yang mendukung pencapaian visi dan misi
  • Manajemen risiko: mengelola risiko sehingga menunjang keberhasilan perusahaan

Tranformasi sendiri merupakan tindakan strategis yang membutuhkan investasi besar dengan risiko yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu model yang sudah teruji sebagai pedoman bagi organisasi di Indonesia untuk menjalankan transformasi.

Berikut 8 langkah penting dalam melakukan tranformasi organisasi yang efektif:

  1. Tetapkan apa yang akan Anda lakukan,
    • Mengapa Anda akan melakukannya?
    • Apa manfaat perubahan itu?
    • Apa bahaya dari tidak berubah itu?
  1. Buat rasa urgensi dan kemudian pertahankan untuk jangka panjang
  1. Menerapkan tata kelola dan manajemen. Bentuk koalisi leader yang kuat untuk sukses
  1. Libatkan pemangku kepentingan utama – terutama manajer – dalam membuat perubahan terjadi
  1. Hilangkan hambatan untuk keberhasilan transformasi, terutama selama implementasi
  1. Aktifkan transformasi nyata dengan memupuk budaya organisasi baru dan perilaku individu
  1. Atur kembali operasi dan organisasi untuk mengaktifkan visi baru dan mendukung transformasi
  1. Tingkatkan keterampilan eksekutif dan pemimpin dalam mengubah kepemimpinan

Transformasi organisasi dilakukan untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan, inovatif, dan memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ibarat lomba lari, transformasi adalah maraton yang membutuhkan daya tahan tinggi dan napas panjang. Dalam setiap waktu dan tahapan harus bisa menampilkan kemajuan dan harus ada hasil nyata jangka pendek atau quick win.

 

Referensi:

https://www.google.com/amp/s/www.forbes.com/sites/ellevate/2015/01/27/9-things-leaders-must-do-to-create-a-transformation/amp/?espv=1

https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/leading-organizational-transformations

Majalah Manajemen Juli 2018 “Implementasi Transformasi Organisasi: Edisi Khusus Anugerah Manajemen Indonesia 2018”

Revolusi Robotics dan Autonomous Agents dalam Industri

Perkembangan pembuatan robot dan otomatisasi telah merevolusi pasar dengan semakin banyaknya penggunaan robotics dan autonomous agents di berbagai industri. Robotics dan autonomous agents dapat digunakan di pabrik untuk mengidentifikasi efektivitas tiap pekerja. Amazon merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan robotics dan autonomous agents untuk mengambil barang-barang di gudang mereka.

Robotics dan autonomous agents adalah suatu sistem yang mampu berinteraksi secara independen dan efektif dengan lingkungannya melalui sensor dan efektornya sendiri untuk menjalankan beberapa tugas yang telah diberikan oleh pengguna. McKinsey memperkirakan bahwa pengunaan robotics dan autonomous agents dapat menyumbangkan $1,9 – 6,4 triliun per tahun di pasar pada tahun 2025.

Beberapa karakter robotics dan autonomous agents, yaitu:

  • Adaptif: Dapat beradaptasi dengan perubahan di berbagai lingkungan
  • Robust: Perubahan kecil tidak dapat mengganggu perilaku sang agents
  • Taktis: Mampu mempertahankan tujuan dan menyesuaikan tujuan tertentu berdasarkan situasi yang ada
  • Serba guna: Dapat melakukan berbagai macam tugas

Penelitian dari Ernst & Young menemukan bahwa sekitar 93% waktu dihabiskan oleh SDM untuk mengulangi aktivitas yang sama. Oleh sebab itu, diperkirakan bahwa sedapatnya ada 65% dari aktivitas SDM yang dapat diotomatisasi. Di sinilah robotics dan autonomous agents berperan besar dengan penggunaan Robotic Process Automation (RPA). RPA adalah aplikasi teknologi yang diatur oleh logika bisnis dan input yang terstruktur untuk mengotomatisasi proses bisnis. RPA dapat mengotomatisasi banyak hal seperti menganalisa kesempatan, alur kerja, personalisasi massal, ataupun pemberian saran kepada SDM.

Berikut berbagai keuntungan perusahaan yang menggunakan robotics dan autonomous agents:

  • Meningkatkan Efektivitas Organisasi

    Membantu perusahaan untuk meningkatkan efektivitas layanan dengan menjadi lebih cepat dan berbiaya lebih rendah daripada metode yang sebelumnya

  • Melakukan tugas yang sulit dan berbahaya di luar kemampuan manusia

    Dapat mengerjakan pekerjaan yang sulit dilakukan oleh manusia seperti bekerja di kedalaman laut, pembangkit listrik tenaga nuklir, ataupun melakukan operasi rumit di lokasi terpencil

  • Identik antar satu sama lain

    Semua robot beroperasi dengan cara yang sama sehingga pengguna hanya perlu belajar untuk mengoperasikan sistem robot tersebut sekali untuk mengoperasikan sistem lain yang serupa

  • Perbaikan terus-menerus

    Terus meningkatkan dan memperbarui perangkat untuk kinerja yang lebih baik

  • Menyelesaikan masalah tenaga kerja

    Membantu menarik minat SDM untuk bekerja di perusahaan itu dan mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja

Langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk mendesain robotics dan autonomous agents berdasarkan dua pendekatan yaitu:

  1. Pendekatan tradisional (traditional approach)
    • Modulasikan komponen kognitif seperti persepsi, pemodelan dunia, dan perencanaan
    • Mulailah dengan mendesain arsitektur keseluruhan sistem
    • Kembangkan komponen lainnya secara terpisah
  1. Pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up approach)
    • Mulailah dengan menerapkan bentuk perilaku sistem yang sederhana
    • Pertimbangkan semua komponen dari persepsi hingga tindakan yang akan dilaksanakan oleh sistem
    • Tambahkan perilaku yang lebih cermat secara bertahap

 

Referensi:

http://mitpress.mit.edu/books/series/intelligent-robotics-and-autonomous-agents-series?page=1

https://www.forbes.com/sites/oracle/2018/05/28/top-5-industry-early-adopters-of-autonomous-systems/#56d7c584b931

https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/us/Documents/process-and-operations/us-sdt-process-automation.pdf

https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-5808319/Amazon-100-000-warehouse-robots-company-insists-replace-humans.html

Cara Penerapan Data-driven Organization yang Efektif

Data telah mengubah dunia, cara manusia hidup dan bekerja, pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika dilihat dari sisi organisasi, data telah merevolusi cara organisasi beroperasi, baik secara internal maupun eksternal. Dengan adanya digitalisasi, volume dan jenis data semakin meningkat setiap tahunnya. Adanya big data, machine learning, deep learning, dan Internet of Things (IoT) semakin memudahkan pengumpulan data saat ini.  Terlebih lagi telah banyak metode yang dikembangkan untuk menganalisis data, membuktikan pentingnya eksistensi data bagi manusia. Saat ini, apapun jenis dan ukuran suatu bisnis, hanya organisasi yang memandang data sebagai aset strategislah yang akan bertahan dan berkembang di masa mendatang. Karena itu, penting bagi suatu organisasi untuk bertransformasi menjadi data-driven organization.

Data-driven organization adalah organisasi yang menjadikan data dan analitik sebagai bagian dari bisnis perusahaan itu sendiri, mulai dari strategi, operasional, sistem, proses, dan budaya. Menjadi data-driven organization juga berarti menciptakan pola pikir di mana analitik berdasarkan data dianut oleh semua tingkatan organisasi sebagai dasar dari semua keputusan bisnis.

Permasalahannya adalah dalam praktiknya, bertransformasi menjadi data-driven organization adalah sebuah gagasan yang sangat sulit dicapai oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang telah menginvestasikan dananya pada data dan analitik namun belum membuahkan nilai yang signifikan karena disebabkan oleh berbagai macam halangan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang tepat dalam bertransformasi menjadi data-driven organization.

Strategi transformasi yang efektif terdiri dari lima elemen (langkah) yaitu:

  1. Mengajukan beberapa pertanyaan dasar dengan tujuan membentuk visi strategis
    • Untuk apa data dan analitik akan digunakan?
    • Bagaimana wawasan akan mendorong nilai?
    • Bagaimana nilai diukur?
  1. Membuat ekosistem data internal dan eksternal
    • Membangun arsitektur data sebagai dasar ekosistem data
    • Membangun kemampuan pengumpulan data
    • Mendigitalisasikan operasi untuk mendapatkan lebih banyak data
  1. Memperoleh kemampuan analitik yang diperlukan untuk memperoleh wawasan dari data
  2. Organisasi dapat memilih untuk menambahkan kemampuan in-house atau melakukan outsourcing ke spesialis

  1. Mengubah proses bisnis untuk memasukkan wawasan data ke dalam alur kerja yang sebenarnya.
  2. Mencari personel yang tepat dengan penguasaan tinggi mengenai teknologi dan pengetahuan terkait data

  1. Organisasi perlu membangun kemampuan eksekutif dan manajer tingkat menengah untuk memahami cara menggunakan wawasan terkait data
  2. Eksekutif dan manajer inilah yang akan menggunakan wawasannya mengenai pengambilan keputusan terkait data

 

Berikut beberapa keuntungan dari pengimplementasian data-driven organization:

  1. Menggunakan data untuk meningkatkan pengambilan keputusan
  2. Data dapat digunakan untuk lebih memahami pelanggan, pasar, tren, dan persaingan

  1. Menggunakan data untuk mendorong peningkatan operasional
  2. Data dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses bisnis dan operasi sehari-hari serta menghasilkan efisiensi dengan mengotomatisasi sebanyak mungkin.

  1. Memperlakukan data sebagai aset
  2. Data sebagai aset berharga yang meningkatkan nilai keseluruhan perusahaan. Data uang ke aliran pendapatan baru

 

Referensi:

https://www.delaware.pro/en-BE/Solutions/Data-driven-organization

https://www.mckinsey.com/business-functions/digital-mckinsey/our-insights/three-keys-to-building-a-data-driven-strategy

http://www.atkearney.es/nuevas-tecnologias/ideas-perspectivas/article/-/asset_publisher/LCcgOeS4t85g/content/creating-data-driven-digital-organizations

Sistem Manajemen Holacracy yang Revolusioner

Holacracy adalah sebuah sistem manajemen organisasi baru yang diciptakan oleh Brian J. Robertson untuk menjalankan sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam holacracy, operasi organisasi tidak bersifat dari atas ke bawah, tetapi kekuasaan dibagikan ke seluruh bagian di organisasi. Individu dan tim memiliki kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, tetapi masih tetap selaras dengan tujuan organisasi. Holacracy ingin menciptakan organisasi yang berstruktur seperti sebuah kota, bukan seperti birokrasi perusahaan. Dalam sebuah kota, orang-orang berbagi ruang dan sumber daya secara lokal. Mereka memiliki hukum dan badan pemerintahan yang menerapkannya tetapi tidak memiliki atasan yang memerintahnya.

Berikut ini beberapa fitur utama dari holacracy:

  • Berfokus pada tujuan

    Organisasi yang menerapkan holacracy berfokus pada tujuan di setiap tingkatannya, baik itu tingkat organisasi, tim, maupun individu. Semua anggota mendedikasikan semua tenaganya untuk mencapai misi organisasi sehingga membuka potensi penuh organisasi.

  • Responsif

    Setiap individu bertindak sebagai “sensor” bagi organisasi dan bisa langsung memproses peluang dan tantangan yang ditemuinya menjadi sebuah perubahan dalam organisasi. Keputusan yang lebih kecil dan bertahap menggantikan reorganisasi skala besar sehingga organisasi dapat merespon perubahan lingkungan dengan cepat dan mengembangkan business agility.

  • “Aturan main” yang jelas

    Holacracy menggantikan manajemen hierarki dengan aturan yang eksplisit dan ringan yang menetapkan ekspektasi yang jelas dan membuat wewenang pembuatan keputusan yang transparan untuk seluruh organisasi.

  • Peran dan tanggung jawab yang transparan

    Peran dan tanggung jawab menjadi dinamis, transparan, dan berkembang seiring perubahan organisasi. Setiap tim memonitor dan menyesuaikan struktur mereka sendiri yang real-time dan sejalan dengan tujuan organisasi.

Holacracy menggunakan manusia sebagai sensor dalam mengidentifikasi dan merasakan permasalahan atau tantangan dalam lingkungan organisasi. Holacracy menyebut permasalahan tersebut sebagai tension, celah antara kenyataan saat ini dan potensi yang disadari. Setiap tension yang dirasakan adalah pertanda yang menunjukkan bagaimana sebuah organisasi dapat berkembang untuk mencapai tujuannya. Holacracy diharapkan bisa bekerja seperti tubuh manusia yang tidak memiliki sistem komando dari atas ke bawah melainkan sistem yang terdistribusi. Setiap sel, organ, dan sistem organ memiliki kapasitas untuk menerima pesan, memprosesnya, dan menghasilkan keputusan. Mereka juga memiliki fungsi dan otonomi untuk mengatur bagaimana bisa melaksanakan fungsi tersebut.

Beberapa elemen yang ada dalam holacracy adalah:

  • Konstitusi yang menentukan ‘aturan main’ holacracy dan mendistribusikan wewenang
  • Cara baru untuk menyusun struktur organisasi dan menentukan posisi dan wewenang yang dimiliki individu
  • Proses pembuatan keputusan yang unik untuk memperbarui posisi dan wewenang individu dalam organisasi
  • Proses meeting untuk membuat tim tetap sinkron dan menyelesaikan pekerjaan bersama.

Sistem manajemen ini memiliki konstitusi yang merupakan pedoman aturan untuk organisasi yang menerapkan holacracy. Konstitusi ini mengatur tentang role atau peran dalam perusahaan dan tata cara membuat role serta mengisinya, apa saja tanggung jawab dan wewenang sebuah role, bagaimana bentuk struktur organisasi dan penentuan sebuah circle atau lingkaran departemen, bagaimana proses governance—proses dimana kita memberikan kekuasaan atau wewenang dalam organisasi, proses pelaksanaan meeting yang terdiri dari governance meeting, tactical meeting, dan strategy meeting, serta proses operasional organisasi.

Referensi:

Robertson, Brian J. 2015. Holacracy: The Revolutionary Management System that Abolishes Hierarchy. Great Britain: Portofolio Penguin 2015
https://www.holacracy.org/what-is-holacracy

Meraih Kesetiaan Pelanggan dengan Memberikan Nilai Tambah yang Berkesan

Memiliki pelanggan setia adalah impian setiap bisnis. Seorang pelanggan yang setia tidak hanya akan membeli kembali produk dan jasa suatu perusahaan, namun bahkan bersedia untuk membayar produk dan jasa tersebut dengan harga yang lebih mahal, serta bersedia menjadi ‘brand advocates’ suatu perusahaan secara sukarela. Di era digitalisasi saat ini, range produk dan jasa semakin luas, sementara kualitas serta harga produk dan jasa menjadi jauh lebih transparan dan mudah diakses oleh pelanggan. Hasilnya, pelanggan memiliki banyak pilihan sehingga cenderung sering berganti produk dan jasa dari satu merek ke merek lainnya. Hal ini menyebabkan kesetiaan pelanggan semakin sulit untuk diraih oleh perusahaan.

Selain itu, kurangnya pemahaman perusahaan dalam menentukan nilai tambah yang tepat untuk diberikan pada pelanggan juga merupakan salah satu faktor penyebab kesetiaan sulit diraih. Contohnya, banyak perusahaan menginvestasikan dana mereka ke dalam berbagai program bonus dengan tujuan meningkatkan kesetiaan pelanggan. Namun, nyatanya program tersebut cenderung hanya memuaskan para pemburu barang dengan harga murah. Oleh karena itu, nilai tambah yang diberikan perusahaan tidak boleh hanyalah nilai yang biasa-biasa saja, tetapi nilai tambah tersebut haruslah dapat membuat pelanggan terkesan sehingga kesetiaan dapat terbentuk.

Berikut empat langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk meraih kesetiaan pelanggan:

  1. Identifikasi kebutuhan pelanggan

    Selain kualitas produk dan jasa yang baik, di masa ini pelanggan cenderung menginginkan adanya potongan harga secara berkala dalam pembelian produk atau jasa

  1. Ciptakan produk dan jasa yang ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

    Bentuk program bonus untuk pembelian produk dan jasa tertentu sehingga perusahaan dapat menyediakan potongan harga atau cashback pada pelanggan.

  1. Tambahkan nilai tambah yang dapat memberi kesan pada produk dan jasa tersebut

    Perusahaan perlu mengimplementasikan ‘four bonus dimensions’ untuk menciptakan excitement dan enthusiasm dalam produk dan jasa mereka.  ‘Four bonus dimensions’ haruslah disesuaikan dengan jenis pembeli. Untuk pelanggan setia, nilai tambah tertentu mungkin bekerja dengan sangat baik, namun hal tersebut tidaklah sama dengan pelanggan lainnya.

    Contoh: Selain membentuk program bonus, tambahkan sesuatu yang kreatif seperti mengadakan event eksklusif, produk terbatas, atau kejutan hadiah untuk ulang tahun.

  1. Berinvestasi dalam pembangunan hubungan yang baik dengan pelanggan

    Menjalin hubungan baik dengan pelanggan akan berdampak positif dalam jangka panjang dikarenakan motivasi intrinsik pelanggan dapat terbentuk. Hal ini yang dapat membuat pelanggan secara sukarela menjadi brand advocates suatu perusahaan.

    Contoh: memberikan tanggapan yang cepat, menindaklanjuti keluhan dan kritik negatif pelanggan dengan cara memberikan permintaan maaf beserta dengan ganti ruginya.

 

Referensi:

https://www.bsi-software.com/en/magazine/article/loyalty-40-impress-customers-dont-bind-them.html

https://www.i-scoop.eu/customer-experience/customer-loyalty/

CARA MENYIKAPI DIGITAL DISRUPTION PADA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Digital disruption adalah perubahan yang terjadi saat teknologi digital dan model bisnis baru masuk dan memengaruhi proporsi nilai dari barang dan jasa yang ada. Digital disruption ini biasanya perusahaan pendatang baru yang menawarkan solusi lebih bagi permasalahan pelanggan sehingga menjadi pengganggu dari perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelumnya karena menarik pelanggan mereka.

Beberapa contoh digital disruption antara lain:

  • Munculnya layanan pesan makanan melalui aplikasi online

    Sebelumnya, jika ingin makan di restoran, orang-orang harus datang ke restoran tersebut lalu memesan makanan. Tidak jarang juga mereka harus mengantre. Setelah munculnya aplikasi untuk memesan makanan, cukup dengan ponsel bisa dipilih restoran dan menu yang diinginkan. Akan ada kurir yang datang ke restoran dan membelikan makanan lalu mengantarkannya ke rumah. Pelanggan hanya perlu membayar harga makanan dan ongkos antar kurir tersebut.

  • Munculnya aplikasi belanja online

    Aplikasi belanja online juga menjadi digital disruption bagi gerai-gerai dan toko-toko pakaian. Sebelumnya pelanggan harus datang ke toko dan memilih sendiri pakaian dan model yang diinginkan. Kini dengan ponsel pelanggan tinggal memilih pakaian yang diinginkan melalui katalog di aplikasi dan membayar harga pakaian dan biaya pengirimannya. Pembayaran pun bisa dilakukan melalui e-payment, e-wallet, atau bentuk pembayaran daring lainnya tanpa harus datang langsung ke toko.

 

Dari contoh di atas, bisa dilihat bahwa munculnya digital disruption menjadi tantangan dari manajemen supply chain. Digital disruption dapat berdampak baik bagi manajemen supply chain jika disikapi dengan positif.

Berikut beberapa sikap yang sebaiknya dimiliki oleh pelaku manajemen supply chain dalam memandang digital disruption:

  • Mengakui kenyataan adanya digital disruption dan mampu meresponnya secara cerdas
  • Mulai menyosialisasikan tentang digital dalam lingkup pekerjaan. Semua karyawan harus minimal tidak gagap teknologi terutama masalah internet dan platform digital
  • Lebih fokus menemukan solusi-solusi yang dibutuhkan pelanggan
  • Harus disadari terjadi pergeseran jenis bisnis dari bisnis yang menguntungkan ke daerah sunset industri. Ancaman terbesar kelangsungan bisnis saat ini adalah munculnya teknologi dan model bisnis baru
  • Terus mencari inovasi untuk mencegah diganggu pesaing
  • Fokus pada solusi yang ditawarkan karena dengan fokus akan membuat nilai baru yang ditawarkan ke pelanggan lama
  • Mulai berani mencari pelanggan baru yang sudah mulai mengikuti tren digital disruption sehingga selain melayani diharapkan ada transfer pengetahuan teknologi digital
  • Mau terus berevolusi dan beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi digital.

 

Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menyikapi digital disruption:

  1. Petakan keadaan sekarang, aliran produk, informasi, dan uang
  2. Review peta aliran saat ini, dimana letak gangguan dan apa yang bisa ditingkatkan
  3. Ukur KPI semua pihak apakah sudah maksimal atau perlu ditingkatkan
  4. Perpanjang horizon bisnis
  5. Lakukan benchmarking  dengan supply chain tereputasi saat ini
  6. Lakukan komunikasi intensif dan terjadwal dengan pelanggan untuk review teknologi bersama saat ini
  7. Lakukan hal yang sama pada langkah keenam untuk para pemasok.

 

Referensi:

https://www.itbusinessedge.com/articles/the-digital-disruption-revolution.html

Prihatmanto, Bambang Haryo. 2018. Supply Chain: Manajemen, Ilmu Pengetahuan, dan Strategi Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

INNOVATION DIAMOND DAN STRATEGI UNTUK KEBERHASILAN INOVASI

Akhir-akhir ini banyak tumbuh bisnis dengan inovasi baru di Indonesia. Inovasi-inovasi ini berdampak signifikan pada pertumbuhan penjualan. Namun penciptaan inovasi di Indonesia bukan tanpa hambatan. Sebanyak 27,4% inovasi di Indonesia gagal sebelum mencapai tahap peluncuran. PPM Manajemen berhasil mengidentifikasi penyebab kegagalan inovasi bisnis di Indonesia, antara lain:

  • Kurangnya SDM yang kompeten di bidang inovasi
  • Pasar yang sudah didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar
  • Kurangnya informasi tentang perkembangan teknologi dan perkembangan zaman
  • Biaya pelaksanaan inovasi yang terlalu tinggi

Untuk meningkatkan keberhasilan inovasi, dapat menggunakan innovation diamond oleh Product Development Institute, Inc. yang mencakup 4 syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

  1. Adanya strategi inovasi yang berfokus pada area yang tepat

    Menempatkan strategi inovasi produk dan teknologi di area yang tepat dengan didorong oleh para pimpinan dan visi strategis dari perusahaan. Strategi ini akan memandu arah inovasi dan membantu mengarahkan alokasi sumber daya dan pemilihan proyek.

  1. Menyediakan sumber daya untuk investasi pada portofolio proyek inovasi yang optimal

    Sediakan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan proyek baru secara efektif yang akan meningkatkan sistem manajemen portofolio yang efektif. Sistem manajemen portofolio ini akan membantu para pimpinan memfokuskan sumber daya pada area strategis yang tepat dan pada proyek yang bernilai tinggi.

  1. Menciptakan sistem manajemen proyek inovasi dari pengembangan ide sampai peluncuran

    Sistem atau proses yang mendorong proyek produk baru dari pengembangan ide sampai peluncuran. Sistem ini menekankan pada kualitas eksekusi, tugas utama, masukan dari pelanggan, dan pembuatan keputusan yang tepat.

  1. Menciptakan iklim, budaya, dan struktur organisasi serta sistem yang mendukung jalannya inovasi.

    Manajer senior membuat iklim dan budaya yang positif untuk inovasi dan entrepreneurship, mendorong tim lintas fungsi yang efektif, dan terlibat sendiri dalam proses pengambilan keputusan.

Memilih strategi inovasi yang tepat bisa mewujudkan inovasi yang berhasil, antara lain:

  • Prospector : menjadi yang paling depan di bidang inovasi
  • Analyzer : menjadi pengikut yang cepat
  • Defender : mempertahankan posisi aman dengan menawarkan kualitas dan layanan  unggul serta harga rendah
  • Reactor : bereaksi jika memang sudah merasa ada bahaya

Dengan memenuhi keempat syarat dari innovation diamond dan pemilihan strategi yang tepat, keberhasilan dalam inovasi akan bisa dicapai. Keberhasilan inovasi ini akan mempersiapkan perusahaan Indonesia dalam menghadapi era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous) dan perkembangan bisnis di Indonesia yang semakin pesat.

 

Referensi:

Saputro Triono. 2018. Mengatasi Hambatan Inovasi Bisnis di Indonesia. Manajemen Agustus 2018.

Cooper, Robert G. and Scott J. Edgett. (2009). Excerpt from Successful Product Innovation: A Collection of Our Best.

CIA MODEL UNTUK MEMBANGUN INOVASI BERKELANJUTAN DALAM PERUSAHAAN

Kemampuan berinovasi secara berkelanjutan tidaklah lahir dengan sendirinya, perusahaan harus membangun sistem inovasi yang holistik dan terpadu. Untuk membangunnya dapat digunakan Corporate Innovation Advancement Model (CIA Model) yang dikenalkan oleh PPM Manajemen, yaitu suatu model yang bertujuan untuk menilai sejauh mana perusahaaan membangun sistem yang terintegrasi sehingga inovasi dapat dikelola untuk menghasilkan keunggulan yang berkelanjutan. Dalam CIA Model kemajuan inovasi perusahaan dibagi ke dalam 4 level, yaitu:

  1. Ad-Hoc innovation. Inovasi bersifat sporadis dan tidak bisa ditebak kapan, di mana, dan pada layanan apa inovasi akan muncul.
  2. Well-planned innovation. Inovasi masih muncul secara sporadis tapi ditangkap oleh perusahaan lalu melakukan perencanaan untuk mengimplementasikannya.
  3. Organized innovation. Inovasi sebagai salah satu pilar pertumbuhan. Perusahaan membentuk unit yang melaksanakan koordinasi inovasi di seluruh perusahaan.
  4. Integrated innovation. Memandang inovasi memiliki fungsi strategis jangka panjang. Perusahaan memiliki cetak biru inovasi jangka panjang, kebijakan yang mendukung, serta sistem informasi yang menjadi enabler pengelolaan inovasi.

 

CIA Model memiliki dua komponen, yaitu:

  • Strategic drivers: komponen dalam organisasi yang mendorong terjadinya inovasi berkelanjutan. Terdapat tiga komponen utama, yaitu:
    1. Fondasi inovasi: landasan organisasi untuk melahirkan sistem inovasi yang kuat. Fondasi sistem inovasi mencakup:
      • Orang: jumlah dan kompetensi yang dimiliki orang dalam perusahaan menentukan apakah suatu perusahaan akan inovatif atau tidak.
      • Kepemimpinan: pemimpin harus memiliki visi inovasi dan membawa keseluruhan karyawan ke arah visi tersebut.
      • Budaya: perusahaan harus membangun budaya yang mendukung inovasi.
    1. Sumber daya inovasi: modal untuk membangun sistem inovasi. Sumber daya untuk membangun sistem inovasi, antara lain:
      • Struktur organisasi: struktur yang cenderung flat akan memudahkan koordinasi dan penempatan koordinator inovasi dalam struktur akan memungkinkan untuk menggerakkan inovasi di semua unit.
      • Jaringan kolaborasi: perusahaan harus membangun jaringan kolaborasi yang luas dan mendayagunakannya untuk menciptakan inovasi.
      • Teknologi digital: penguasaan teknologi menjadi syarat mutlak bagi perusahaan yang ingin bertahan dalam bisnis.
      • Knowledge management: perusahaan memiliki manajemen pengetahuan yang baik dan mendayagunakannya untuk kepentingan inovasi.
      • Investasi: kuatnya komitmen perusahaan terhadap inovasi tercermin dalam besarnya nilai investasi yang dialokasikan, aksesibilitas dana, dan pendayagunaan dana.

     

    1. Manajemen inovasi: cara sistematis mengelola proses inovasi sehingga relevan, bernilai, dan berkelanjutan. Manajemen inovasi memiliki beberapa komponen, antara lain:
      • Strategi dan kebijakan inovasi: strategi dan kebijakan inovasi harus selaras dengan strategi dan kebijakan bisnis.
      • Analisis: menganalisis data proses dan kondisi pasar saat ini untuk menghasilkan wawasan dalam pengembangan inovasi.
      • Idea generation: perusahaan harus menginisiasi kegiatan yang menghasilkan ide-ide inovasi di seluruh bagian perusahaan.
      • Portofolio inovasi: perusahaan harus mengelola portofolio inovasi dengan mempertimbangkan seluruh aspek perusahaan dan siklus hidup produk.
      • Eksekusi: melaksanakan proses manajemen inovasi dari perencanaan, implementasi, monitoring, hingga evaluasi.

 

  • Strategic results: hasil dari upaya inovasi. Terdapat dua komponen, yaitu:
    1. Dimensi inovasi: menjelaskan jenis inovasi yang dijalankan. Semua jenis inovasi ini perlu dikelola keseimbangannya. Umumnya ada tiga jenis, yaitu:
      • Inovasi produk atau jasa
      • Inovasi proses
      • Inovasi model bisnis
    2. Dampak inovasi dapat diukur dari tiga aspek, yaitu:
      • Kinerja: perusahaan perlu melakukan agregasi semua proyek inovasi dan mengukur dampaknya.
      • Pertumbuhan: pertumbuhan dapat dilihat dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah inovasi.
      • Keberlanjutan: inovasi harus menjadi landasan keberlanjutan perusahaan di masa mendatang.

 

Referensi:
Setyobudi, Wahyu T. 2018. Menanam Bibit Inovasi Berkelanjutan: Corporate Innovation Advancement Model. Manajemen Agustus 2018.
https://ciamodelppm.com/