KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

Eksekutif yang efektif tidak banyak membuat keputusan yang cepat. Mereka adalah orang – orang yang fokus pada hal – hal yang penting dan mencoba membuat keputusan berdasarkan tingkat pemahaman konseptual tertinggi. Mereka ingin mengetahui segala sesuatu di balik keputusan sehingga keputusan tersebut dapat dibentuk berdasarkan prinsip. Seorang eksekutif yang efektif telah mengetahui bahwa keputusan terumit merupakan kompromi antara yang benar dan yang buruk, dan mereka dapat membedakannya.

Membuat keputusan bukanlah perkara yang mudah. Suatu keputusan perlu memiliki rasionalitas, mempunyai batasan yang jelas antara baik dan buruk, serta dapat direalisasikan. Agar suatu keputusan memiliki elemen – elemen tersebut, eksekutif dan semua orang dalam organisasi perlu memahami bahwa terdapat langkah – langkah tertentu yang dapat mereka ambil untuk membuat keputusan yang efektif.

Berikut adalah beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan yang efektif, yaitu:

  1. Mengklasifikasikan masalah

    Empat kejadian yang merupakan klasifikasi masalah:

    • Masalah yang bersifat generik atau umum sehingga lebih berbentuk sebagai gejala.
    • Masalah yang walaupun sifatnya unik bagi suatu institusi, tetapi sebenarnya bersifat generik.
    • Masalah yang benar – benar unik yang harus dipertimbangkan lebih oleh eksekutif.
    • Masalah yang merupakan manifestasi awal dari masalah yang bersifat generik.
  1. Mendefinisikan masalah

    Mengetahui apa masalah itu sebenarnya dengan memeriksa berulang kali semua fakta serta membuang definisi yang gagal mencakup semua fakta tersebut.

  1. Menspesifikasikan jawaban terhadap masalah

    Mendefinisikan spesifikasi seperti hal – hal apa saja yang harus diselesaikan apabila keputusan sudah diambil beserta risiko atau halangan yang harus ditangani.

  1. Memutuskan apa yang benar dan bukannya apa yang dapat diterima

    Melakukan sebuah kompromi yang benar tanpa memboroskan waktu untuk mempertimbangkan apa saja yang dapat diterima.

  1. Merencanakan tindakan yang harus dilaksanakan terhadap keputusan tersebut

    Memiliki komitmen untuk merealisasikan keputusan dengan menentukan orang yang memiliki kapasitas untuk menyelesaikan keputusan tersebut serta tindakan apa yang harus dikerjakan agar pekerjaan itu dapat selesai.

  1. Menguji keabsahan dan efektivitas keputusan terhadap serangkaian kejadian nyata

    Memberi umpan balik berdasarkan data terhadap pelaksanaan yang gagal.

 

Akan tetapi, perlu diingat bahwa tantangan terbesar dalam membuat keputusan adalah implementasinya. Jika suatu keputusan tidak diwujudkan dalam bentuk kinerja, maka hal tersebut bukanlah sebuah keputusan, melainkan sebuah niat baik. Oleh karena itu, komitmen untuk bertindak sesuai keputusan harus didampingi oleh kapasitas pelaksanaannya.

Referensi:
Drucker, P. F. (2006). Classic Drucker. Boston: Harvard Business School.

ORGANISASI BERBASIS INFORMASI

Diperkirakan bisnis-bisnis besar pada 20 tahun mendatang akan memiliki tingkatan manajemen yang kurang dari setengah tingkat manajemen yang dimiliki perusahaan – perusahaan sekarang. Perkembangan teknologi, peningkatan jumlah knowledge worker, serta pergeseran ekonomi membuat bisnis harus bertransformasi menjadi organisasi yang berbasis informasi.

Organisasi yang berbasis informasi akan mengubah data menjadi informasi sehingga terjadi perubahan yang besar terhadap proses pembuatan keputusan, struktur manajemen, dan cara penyelesaian pekerjaan. Informasi yang canggih dapat mendukung organisasi dalam pengambilan keputusan modal investasi. Ketersediaan informasi membuat analisis investasi modal menjadi diagnosis yang memberikan beberapa asumsi – asumsi alternatif.

Informasi juga membuat organisasi dapat memangkas jumlah tingkat manajemen dan manajerial. Akan tetapi, diperlukan jauh lebih banyak jumlah spesialis, terutama di bidang operasi untuk mengelola data menjadi informasi yang berguna. Pengetahuan yang dulunya hanya dimiliki oleh bagian tingkat manajemen atas, kini telah menjadi hal yang mendasar yang dimiliki oleh para spesialis. Keberadaan sejumlah spesialis ini membuat organisasi memetakan fokus pekerjaan yang berbeda – beda untuk setiap tim spesialis.

Terdapat beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh organisasi untuk menjadi organisasi berbasis informasi:

  1. Memerlukan tujuan yang jelas, sederhana, dan umum yang diterjemahkan ke dalam tindakan – tindakan tertentu. Akan tetapi, organisasi tersebut tetap memerlukan konsentrasi pada satu atau beberapa tujuan. Fokus manajemen adalah untuk memaksimalkan kapasitas spesialis beserta pengetahuan yang dibutuhkan.
  1. Setiap orang menerima tanggung jawab terhadap informasi. Setiap orang di dalam organisasi wajib untuk terus – menerus memikirkan informasi apa yang mereka perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan berkontribusi di dalamnya. Selain itu, perlu juga untuk berkoordinasi antar kolega.
  1. Eksekutif dan spesialis profesional telah memikirkan secara mendalam informasi dan data apa yang mereka butuhkan:
    1. Untuk mengetahui apa yang akan mereka lakukan
    2. Untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan
    3. Untuk menilai sebaik apakah pekerjaan mereka

Referensi:
Drucker, P. F. (2006). Classic Drucker. Boston: Harvard Business School.

TERUSLAH BERINOVASI

“If we continue to do what once worked, we will fail” – Peter Drucker

Ford Motor Company yang mendominasi industri mobil selama puluhan tahun dengan produksi massalnya, dikalahkan oleh General Motors. Henry Ford (pendiri FMC) gagal mengenali bahwa konsumennya menginginkan variasi. Pada abad ke-20, perusahaan – perusahaan kereta api yang hebat dan legendaris di AS terancam bangkrut setelah penemuan teknologi transportasi udara yang sekarang kita kenal dengan nama pesawat. Dalam jangka panjang, organisasi mana pun yang meneruskan sesuatu atas dasar keberhasilan di masa lalu pada akhirnya akan gagal, kecuali mereka lebih dulu menciptakan masa depan mereka sendiri dengan berinovasi.

Mengapa inovasi penting untuk dilakukan?

Tingkat ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengakibatkan lingkungan rentan terhadap perubahan. Perubahan yang terjadi bisa sangat hebat dan cepat hingga perusahaan tidak lagi dapat beradaptasi, meskipun segala upaya telah dilakukan oleh manajemen. Jika pemikiran inovatif yang revolusioner dari orang lain menangkap ketidaksadaran manajemen perusahaan, maka manajemen perlu membuang apa yang telah membuat perusahaan sukses dan segera mengambil langkah yang benar – benar baru. Apabila perusahaan tidak siap untuk melakukan hal tersebut, maka perusahaan perlu bersiap untuk kalah dalam persaingan di masa depan.

Bagaimana cara mengenali masa depan?

Menurut Bapak Manajemen Modern Peter Drucker, ada 6 hal yang perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengenali masa depan dan bersiap untuk menghadapi perubahan:

  1. Lakukan upaya untuk mengetahui apa yang terjadi, bukan hanya di industri terkait, melainkan juga di dunia. Kita tidak hanya perlu mengetahui produk – produk baru di industri yang ditekuni, namun juga mengetahui kecenderungan sekitar yang secara tidak langsung dapat memengaruhi operasional perusahaan baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
  2. Bertanya pada diri sendiri tentang apa yang mungkin terjadi berdasarkan perkembangan saat ini dan bagaimana perkembangan yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan “Bagaimana jika?“ dan “Apa yang akan kita lakukan jika?” pada bisnis yang kita jalankan.
  3. Memperhatikan perkembangan dengan seksama. Apabila terjadi sesuatu dengan bisnis, manajemen perlu tahu penyebabnya, seperti ketika penjualan perusahaan naik atau pun turun. Hal ini bertujuan agar manajemen tidak menganggap segala sesuatu adalah kebetulan dan akan kembali normal pada waktunya.
  4. Ingat bahwa tidak ada yang abadi. Manajemen perlu mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi perubahan dan mengambil tindakan cepat jika diperlukan, terlepas dari investasi sumber daya yang sudah ditanamkan.
  5. Menetapkan program peninjauan secara periodik terhadap setiap produk, strategi, taktik, dan kebijakan. Manajemen perlu mencari kesempatan untuk berubah secara agresif dan menggunakan perubahan itu untuk memenagkan persaingan dan membuat apa yang dilakukan saat ini menjadi ketinggalan zaman.
  6. Temukan ide – ide baru. Manajemen perlu untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan pada proses maupun produk bisnis dengan tujuan memperoleh keberhasilan yang progresif dari waktu ke waktu.

 

Referensi:
Cohen, W. (2008). A Class with Drucker: Pelajaran Beharga dari Guru Manajemen No. 1 di Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

KOLABORASI DAN PENYUSUNANNYA

“Saling ketergantungan dari organisasi berbeda dengan segala hal yang pernah kita kenal sebelumnya dalam istilah ini,” ungkap Peter Drucker. Drucker percaya bahwa dalam upaya pemenuhan kebutuhan pelanggan, bisnis perlu mengikuti dua aturan, yaitu memainkan kekuatan yang mereka miliki dan berkolaborasi dengan pemain – pemain lain.

Berkolaborasi dengan pemain – pemain lain, bahkan dengan perusahaan yang dianggap sebagai kompetitor, dapat membuat perusahaan memberikan kebutuhan pelanggan yang di luar kemampuan mereka. Salah satu bukti nyata dari manfaat kolaborasi dirasakan oleh Scott Johnson yang membangun Myelin Repair Foundarion dan Rusty Bromley. Kualitas dan komitmen upaya ini serta faktor pengali dan fungsi pemercepat yang muncul dari kolaborasi ini telah meningkatkan kesempatan terciptanya terobosan medis jangka pendek bagi pengobatan penyakit multiple sklerosis. Cara pandang dan perspektif orang lain dapat mendorong perusahaan untuk memecahkan masalah dan bahkan membuat terobosan baru.

Berikut adalah tiga langkah utama dalam menyusun dan membuat kolaborasi menjadi terstruktur:

  1. Mendefinisikan kebutuhan yang tidak terikat dengan praktik bisnis. Pada kenyataannya, target kolaborasi yang paling berpengaruh adalah kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh bisnis – bisnis tradisional.
  1. Bedakan ruang depan dari ruang belakang. ‘Ruang depan’ perusahaan merupakan kekuatan atau aktivitas terpenting perusahaan yang menjadi keunggulan mereka (contoh: ruang depan Garuda adalah customer service). Sedangkan, ‘ruang belakang’ mencakup hampir adalah semua aktivitas atau kebutuhan di luar ruang depan. Perusahaan direkomendasikan untuk mengurangi ruang belakang mereka dengan berkolaborasi dengan perusahaan lain untuk memaksimalkan kekuatan ruang depan mereka.
  1. Tujuan bersama dan hubungan saling percaya lebih penting dalam suatu kolaborasi daripada teknologi, dan penyusunannya harus secara saksama.

Ada dua kunci untuk mempertahankan kolaborasi, yaitu:

  1. Komunikasi yang terstruktur dengan baik.
  2. Pengambilan keputusan yang cepat dan efektif.

Berikut lima karakteristik yang menandakan bahwa kolaborasi berhasil:

  1. Reputasi sebagai tempat bekerja yang mampu menarik karyawan terbaik dan tercerdas.
  2. Infrastruktur yang fleksibel dan mudah beradaptasi dan struktur biaya yang sangat bervariasi.
  3. Solusi politik dan logistik yang bersifat pragmatis yang mengubah lawan potensial menjadi sekutu.
  4. Pengaruh yang berasal dari penentuan standar industri yang mampu membentuk harapan dari konsumen (end user).
  5. Identifikasi dengan komunitas lokal melalui kegiatan branding yang bersifat menyeluruh.

Referensi :
Edersheim, E. H. (2007). The Definitive Drucker. New York: The McGraw-Hill Companies.

ENTREPRENEURSHIP DI NEGARA DENGAN EKONOMI TERBESAR

Dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), Amerika Serikat masih tercatat sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar yang mencapai US$ 18.624 miliar, disusul China dengan nilai PDB US$ 11.199 miliar, dan Jepang dengan nilai PDB US$ 4.940 miliar. Namun, apabila dilihat dari persentase jumlah entrepreneur, populasi negara-negara tersebut memiliki persentase yang relatif kecil, yaitu Amerika Serikat sebesar 4,1%, China sebesar 3,1%, dan Jepang yang berada di peringkat 4 terbawah dunia sebagai entrepreneurial country.

Mengapa tiga negara di atas memiliki persentase entrepreneur yang kecil?

  1. Regulasi untuk memulai bisnis

    Amerika Serikat menempati peringkat ke-49 di dunia untuk kemudahan memulai bisnis. Proses untuk memulai bisnis bervariasi tergantung negara bagian atau bahkan kota. New York dan Los Angeles adalah dua kota di Amerika Serikat yang memiliki regulasi tersulit untuk memulai bisnis.

  1. Perdagangan lintas batas

    Amerika Serikat berada di peringkat ke-36 dunia untuk kemudahan melakukan perdagangan lintas batas. Amerika Serikat memiliki dua mitra untuk perdagangan lintas batas yaitu Meksiko dan Kanada, yang masing-masing memiliki aturannya sendiri-sendiri.

  1. Sistem perpajakan

    Jepang adalah peringkat ke-123 di dunia untuk sistem pajak perusahaan dengan tarif pajak sebesar 30%, 14 kali pembayaran dalam setahun, serta dibutuhkan waktu sekitar 330 jam untuk mengurus masalah perpajakan.

  1. Birokrasi

    Mengatasi kerumitan birokrasi di China memiliki tantangan tersendiri mulai dari administrasi, perizinan, persetujuan produk, dan sebagainya.

  1. Kultur

    Dari hasil sebuah survei di Jepang, hanya 11% responden yang menjawab sanggup dan percaya pada kemampuan mereka dalam memulai bisnis. Hal ini dipengaruhi oleh budaya belajar di Jepang yang berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap individu.

Berikut strategi yang dilakukan tiga negara di atas untuk menambah jumlah entrepreneur:

  1. Pembaruan sistem perpajakan

    Amerika Serikat telah melakukan perubahan pada sistem perpajakan mereka pada tahun 2018, yaitu dengan menurunkan tarif pajak perusahaan dari 35% menjadi 21%.

  1. Negoisasi ulang dengan mitra dagang

    Amerika Serikat melakukan negosiasi ulang North American Free Trade Agreement (NAFTA) untuk diganti dengan US-Mexico-Canada Agreement (USMCA). Beberapa fokus utama dari negosiasi ulang ini adalah menyeimbangkan kepentingan di industri otomotif dan pertanian serta memastikan hak kekayaan intelektual dan hak buruh.

  1. Adopsi pola pikir dan budaya

    Di China, generasi muda mereka menjadi lebih dinamis karena mengadopsi pola pikir, budaya, serta prinsip-prinsip organisasi mereka dari Silicon Valley sehingga lebih banyak memunculkan entrepreneur muda baru.

  1. Talent development

    Jepang adalah negara yang unggul dalam hal ini karena ada banyak bakat yang tersedia di bidang teknik, desain, pemasaran, dan lain-lain, serta diimbangi dengan sistem mentoring yang baik.

  1. Support funding

    Pemerintah Amerika Serikat memiliki program untuk membantu calon entrepreneur yang memiliki masalah kualifikasi dalam mendapatkan dana pinjaman dari bank konvensional.

Referensi:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180218140126-16-4654/20-negara-dengan-pdb-terbesar-di-dunia
https://www.wartaekonomi.co.id/read135745/6-perbedaan-karakteristik-kewirausahaan-indonesia-dibanding-as.html
https://www.tmf-group.com/en/news-insights/articles/2018/november/challenges-of-doing-business-in-the-us/
https://www.tmf-group.com/en/news-insights/business-culture/top-challenges-japan/
https://www.tmf-group.com/en/news-insights/business-culture/top-challenges-china/
https://bradchattergoon.com/japan-and-entrepreneurship-e468a6453bac
https://nation.com.pk/24-Oct-2017/entrepreneurship-in-china
https://www.forbes.com/sites/tseedward/2016/04/05/the-rise-of-entrepreneurship-in-china/#9b227573efc6
https://www.forbes.com/sites/kevinready/2015/10/11/the-evolution-of-japanese-startups-innovation-from-the-ground-up/#1f0a7203eeb4
https://www.usa.gov/funding-options

SOCIAL ENTREPRENEURSHIP

Pada dasarnya, social entrepreneurship adalah penggabungan konsep wirausaha terkait finansial dan konsep sosial terkait pemecahan masalah sehingga seorang sociopreneur (orang yang melakukan kegiatan social entrepreneurship) dapat mengusung misi sosial, namun tidak melupakan cara agar dana yang diperlukan untuk kegiatan tersebut dapat terkumpul.

Konsep ini sudah mulai populer di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu karena dianggap bentuk ideal dari kegiatan sosial. Pada konsep social entrepreneurship, masyarakat kelas bawah yang menjadi objek dan sasaran akan menjadi mandiri dan tidak bergantung pada donasi satu arah seperti yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial selama ini, contohnya sociopreneur Gamal Albinsaid dengan konsep asuransi sampah yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Mengapa konsep social entrepreneurship menjadi populer?

 

  1. Adanya kesempatan untuk melakukan sebuah perubahan penuh manfaat.

    Sociopreneur memulai bisnis dengan mengusung tujuan sosial yang dapat mengubah kebiasaan masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah agar dapat hidup dengan mandiri tanpa bergantung pada belas kasihan orang lain.

  1. Profitable

    Meskipun ini bukan tujuan utama dari konsep social entrepreneurship, namun seorang sociopreneur sangat perlu memastikan bahwa bisnis yang dilakukannya itu merupakan bisnis yang marketable dan tetap menghasilkan profit secara alami. Produk yang diusung merupakan produk yang secara ekonomis unggul dan layak untuk dibeli.

  1. Kesempatan untuk menambah lapangan kerja bagi orang yang membutuhkan.

    Penerapan social entrepreneurship di beberapa negara maju meningkatkan kesempatan kerja secara signifikan. Di Amerika, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 6,8%, di Prancis sebanyak 4,2%, dan di Jerman menyerap 3,7%.

  1. Peningkatan kesetaraan

    Melalui social entrepreneurship, para pelaku bisnis tidak hanya mementingkan dan memupuk kekayaan untuk diri sendiri, namun diharapkan juga berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat.

Salah satu tantangan seorang sociopreneur adalah membuat bisnis yang sustain. Berikut beberapa saran yang dapat dilakukan untuk menjadi sociopreneur yang sukses:

  1. Temukan ide yang solutif

    Ide dari social entrepreneurship harus orisinil dan berdampak nyata pada sekitar, bukan hanya untuk terlihat keren.

  1. Kombinasikan passion, idealisme, dan kreativitas.

    Untuk menjalankan social entrepreneurship, memiliki passion saja tidak cukup, namun juga wajib memiliki idealisme agar tidak mudah terbawa arus, dan juga kreativitas agar tetap berkembang.

  1. Membangun support system

    Salah satu hal penting yang sering terlupakan oleh para sociopreneur adalah membangun support system. Penting bagi seorang sociopreneur untuk memiliki mentor, investor, dan juga teman dekat yang percaya dan mendukung visi yang dijalankan.

 

Referensi:
https://www.kompasiana.com/gamalalbinsaid/5acefe40dd0fa822f3099e62/apa-itu-wirausaha-sosial?page=all
https://www.bernas.id/59838-konsep-sociopreneur-mengapa-generasi-milenial-harus-mengadopsinya-ini-alasannya.html
https://beritagar.id/artikel/figur/gamal-albinsaid-barter-sampah-yang-mendunia
https://bussinessocially.wordpress.com/2017/06/17/sociopreneur-dan-manfaatnya/
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1036155-5-tips-jadi-sociopreneur-sukses

MENDAPATKAN INVESTOR

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan bahwa realisasi investasi periode triwulan II tahun 2019 mencapai Rp 200,5 triliun, meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Penanaman modal tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 95,6 triliun (naik 18,6%) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 104,9 triliun (naik 9,6%) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Meskipun angka investasi di Indonesia memiliki tren positif, namun data menunjukkan bahwa 38,82% bisnis startup di Indonesia merasa keterbatasan modal merupakan problem utama yang dihadapi dalam mengembangkan bisnisnya. Hal ini terjadi karena sebagian besar investasi untuk bisnis startup didominasi oleh startup unicorn seperti Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia.

Mengapa kita memerlukan investor dalam berbisnis?

  1. Ekspansi bisnis

    Pengembangan bisnis memerlukan modal tambahan untuk berbagai keperluan seperti pemasaran, kantor, gudang inventaris baru, atau penambahan sumber daya manusia. Dengan memiliki dana tambahan dari para investor, perusahaan akan memiliki kesempatan untuk melakukan ekspansi bisnis karena semakin bisnis berkembang, semakin besar pula biaya operasional yang dibutuhkan.

  1. Menjaga arus kas

    Menjaga arus kas merupakan sebuah tantangan dan problem yang perlu ditangani dengan serius dalam kaitannya dengan membayar biaya operasional, gaji karyawan, serta berbagai tagihan. Dengan arus kas yang lancar, bisnis dapat berjalan dengan baik.

  1. Menambah inventaris usaha

    Apabila permintaan sedang naik dan kita kesulitan menambah volume produksi karena ketiadaan biaya, maka menggunakan modal tambahan dari investor dapat menjadi salah satu solusi yang tepat.

  1. Merawat dan menambah aset

    Penambahan dan perawatan aset akan menambah jumlah produksi. Untuk memenuhi hal tersebut, kita perlu menyediakan anggaran khusus. Menggunakan dana investor adalah opsi yang dapat dipertimbangkan.

Berikut adalah cara efektif untuk mendapat investor:

  1. Menggunakan platform penggalangan dana online

    Beberapa tahun terakhir banyak platform penggalangan dana online bermunculan. Platform ini menjadi sangat populer dan biasanya dijalankan dari situs peer-to-peer (P2P) lending yang menawarkan pinjaman bisnis kepada portal crowdfunding yang berbasis donasi, pinjaman, dan ekuitas.

  1. Mengikuti kompetisi bisnis

    Mengikuti pameran dan kompetisi dalam bidang bisnis juga merupakan salah satu cara untuk mencari investor dan mendapatkan modal karena akan ada banyak investor yang datang dan sering kali hadiah kompetisinya berupa modal usaha.

  1. Buat bisnis kita menarik untuk investor

    Cara agar bisnis kita dapat menarik perhatian investor dapat diawali dengan membuat proposal yang detail dan presentasi bisnis yang mudah dimengerti, tentunya didukung dengan desain yang menarik. Kemudian kita dapat membuat strategi, analisis risiko, serta laporan keuangan perusahaan yang rapi dan valid sehingga investor memiliki gambaran yang jelas mengenai prospek dan risiko bisnis kita ke depan.

 

Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-4-alasan-mengapa-perlu-mencari-investor-untuk-modal-usaha/
https://koinworks.com/blog/7-hal-yang-membuat-investor-mau-berinvestasi-kepada-anda/
https://setkab.go.id/naik-137-realisasi-investasi-triwulan-ii-tahun-2019-tembus-rp200-triliun/
https://www.liputan6.com/tekno/read/3669041/startup-unicorn-lokal-masih-didominasi-investor-asing
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-6-cara-dahsyat-mencari-investor-untuk-modal-usaha/
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/03/080900626/7-cara-ini-bisa-diterapkan-startup-untuk-mendapatkan-investor?page=all

SEMBILAN INDIKATOR EKOSISTEM STARTUP YANG BAIK

Berdasarkan laporan yang berjudul 2019 Global Startup Ecosystem Report (GSER) by Startup Genome, Silicon Valley, New York City, London, Beijing, dan Boston adalah 5 kota besar di dunia dengan ekosistem startup terbaik. Di dalam penelitiannya, Startup Genome menggunakan 9 indikator pengukuran ekosistem startup, antara lain: performance, funding, market reach, talent, experience, connectedness, knowledge, infrastructure, dan policy. Setiap indikator yang telah disebutkan tersebut masing-masing memiliki success factor dan menggunakan skor antara 0 – 10 di mana semakin tinggi skor, maka success factor semakin baik.

  1. Performance (Best: Silicon Valley)
    1. Ecosystem value – mengukur dampak ekonomi yang diberikan oleh ekosistem melalui valuasi awal dan akhir bisnis startup selama 2,5 tahun terakhir.
    2. Exits – mengukur jumlah bisnis startup yang mempunyai exit valuation antara US$ 50 juta – US$ 1 milliar, kemudian melihat persentase pertumbuhan valuasi bisnis startup tersebut.
    3. Startup output – mengukur jumlah dan persentase pertumbuhan software startup yang ada di ekosistem
    4. Startup Success – mengukur jumlah bisnis startup yang naik level (seri B ke A dan seri C ke A) serta kecepatan bisnis menuju IPO.
  2. Funding (Best: Silicon Valley, NYC)
    1. Access – mengukur jumlah dan rata-rata funding per bisnis startup.
    2. Quality – mengukur kombinasi dari jumlah investor lokal, pengalaman investor, dan keaktifan investor.
  3. Market reach (Best: Beijing, Hong Kong)
    1. Global reach – mengukur jumlah penjualan bisnis di pasar global yang diimbangi dengan nilai PDB negara asal bisnis tersebut sehingga bisnis yang ada di negara dengan PDB yang tinggi tidak memerlukan persentase penjualan global setinggi negara dengan PDB yang rendah.
    2. Local Reach – mengukur jumlah penjualan bisnis di pasar lokal.
    3. IP commercialization – mengukur jumlah komersialisasi Intellectual Property dari bisnis startup yang ada di kota tersebut
  4. Connectedness (Best: Silicon Valley, NYC, London, Tel Aviv, Singapore)
    1. Global Connectedness – mengukur kualitas hubungan dan kuantitas pertemuan bisnis startup dengan founders dari top global ecosystem.
    2. Local Connectedness – mengukur seberapa besar dukungan domestik antara entrepreneur-entrepreneur dan investor-entrepreneur yang ada di kota tersebut.
  5. Infrastructure (Best: NYC, London, Boston)
    Indikator ini mengukur jumlah inkubator serta lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan di negara tersebut. Semakin banyak jumlah inkubator serta lembaganya, skor untuk indicator infrastructure menjadi lebih baik.
  6. Talent (Best: Silicon Valley, Beijing, Boston, Shanghai)
    1. Accessmengukur persentase pertumbuhan lulusan sarjana dan pegawai yang memiliki pengalaman minimal 2 tahun di startup pada saat dipekerjakan.
    2. Quality – mengukur jumlah top developers di Github dan kecakapan dalam berbahasa inggris.
    3. Cost – mengukur rata-rata gaji software engineer; semakin mahal rata-rata gajinya, semakin rendah skor yang diperoleh.
  7. Experience (Best: Silicon Valley)
    1. Scaling experience – mengukur jumlah bisnis startup dengan valuasi exit yang signifikan dalam 10 tahun terakhir.
    2. Startup experience – mengukur jumlah startup yang masuk dalam kategori early-stages companies.
    3. Team experience – mengukur jumlah startup founder yang telah memiliki pengalaman di dunia bisnis startup sebelumnya dan mengadopsi sistem yang dijalankan oleh startup yang sukses.
  8. Knowledge (Best: Silicon Valley, London, Beijing, Tel Aviv, Shanghai)
    1. Research – mengukur H-Index (index yang mengukur impact dari karya ilmiah)
    2. Patents – mengukur jumlah dan kompleksitas patents pada bidang life sciences yang ada di ekosistem.
  9. Policy (Best: Seattle, Austin, Chicago) – mengukur kecepatan dan kemudahan untuk mengotorisasi uji klinis produk, kemudian jumlah spending yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan bisnis milik pemerintah.

 

Referensi:
https://startupgenome.com/reports

MEMBANGUN BISNIS STARTUP DI INDONESIA

Bisnis startup artinya perusahaan yang baru didirikan dan masih dalam tahap pengembangan manajerial, baik secara finansial, pemasaran, dan operasional untuk mendapatkan segmentasi, target, dan posisi yang tepat. Namun, bisnis startup sering kali dikaitkan dengan bisnis yang berbau teknologi, web, dan internet.Continue reading

WOMENPRENEUR

Beberapa tahun terakhir, jumlah entrepreneur perempuan atau womenpreneur di Indonesia terus meningkat. Laporan Mastercard Index of Women Entrepreneurs 2018 menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-30 dunia, naik 2 tingkat dari tahun 2017.  Angka ini menggambarkan terbukanya peluang perempuan untuk berkarir di dunia bisnis. Nyatanya, menjadi womenpreneur juga memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi.

Meskipun banyak tantangan untuk menjadi womenpreneur, bukan berarti mereka tidak bisa melaluinya. Buktinya, sederet nama wanita Indonesia telah membuktikan kesuksesannya di dunia bisnis. Sebut saja Dian Pelangi yang sukses mengembangkan brand fashion muslimnya hingga go international, Catherine Hindra Sutjahyo yang sukses mendirikan “Zalora”, Cynthia Tenggara yang menyalurkan hobi memasaknya menjadi bisnis online catering “Berrykitchen”, dan Helga Angelina Tjahjadi yang sukses mengembangkan bisnis junk food sehat lewat “Burgreens”.

Mengapa menjadi seorang womenpreneur memiliki tantangan tersendiri?

  1. Anggapan sosial

    Dunia bisnis yang keras melahirkan anggapan sosial yang mengatakan bahwa dunia wirausaha hanya cocok untuk kaum pria. Kaum wanita dirasa terlalu lemah untuk bisa bertahan, apalagi bersaing dengan pria. Padahal, wanita pun memiliki keunggulan yang jarang dimiliki pria dalam berbisnis, misalnya dalam pengambilan keputusan, wanita cenderung tidak terburu-buru menentukan pilihannya. Begitu juga dalam menjalin relasi bisnis, wanita lebih pandai untuk mendapat perhatian orang lain ketika bersosialisasi. Selain itu, kemampuan multitasking dan perhatian terhadap detail pun lebih dimiliki oleh wanita.

  1. Womenpreneur adalah minoritas

    Dunia bisnis lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Sebagai womenpreneur, perlu perjuangan tersendiri untuk mendapatkan penghargaan. Alison Gutterman, CEO Jelmar menyatakan,Sebagai perempuan di industri yang didominasi laki-laki, untuk mendapatkan rasa hormat adalah suatu perjuangan. Untuk mengatasinya, saya harus belajar membangun kepercayaan diri untuk menepis komentar negatif yang ada.”

  1. Keseimbangan peran di bisnis dan keluarga

    Dilema semacam ini sering terjadi ketika anggapan sosial mengharuskan wanita hanya memiliki dua peran yaitu menjadi istri dan ibu. Namun Michelle Garrett, pemilik Garrett Public Relations mengatakan bahwa budaya kerja telah bergeser hingga memungkinkan perempuan lebih fleksibel dalam bekerja, tetapi bekerja untuk diri sendiri akan memberikan lebih banyak kebebasan daripada bekerja untuk orang lain.

Berikut beberapa cara untuk menjadi womenpreneur yang sukses:

  1. Bangun jaringan profesional

    Ini adalah satu hal penting yang sangat perlu dilakukan oleh seorang womenpreneur untuk membuka peluang bisnis. Jaringan profesional dapat dibangun melalui keikutsertaan pada komunitas womenpreneur. Pada komunitas tersebut, para womenpreneur bisa saling sharing pengalaman dan mendapatkan wawasan dari womenpreneur lainnya.

  1. Manajemen waktu

    Untuk mencapai keberhasilan dalam segala hal, kemampuan mengelola manajemen waktu menjadi kunci utama. Sebagai seorang womenpreneur yang memiliki peran ganda, tentu kita akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus segera diselesaikan dalam tenggat waktu dan dengan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan, ada baiknya kita berlatih dalam mengelola waktu dengan baik.

  1. We can’t do it all

    Sebagai womenpreneur, kita perlu menyadari bahwa kita tidak dapat melakukan segala sesuatu sendiri. Kita membutuhkan dukungan dari orang terdekat seperti orang tua, teman, maupun suami dan anak bagi womenpreneur yang sudah berkeluarga karena sharing ide maupun pekerjaan rumah dapat meringankan beban sehingga bisnis dapat tetap berjalan dengan baik tanpa melalaikan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu.

  1. Melakukan perencanaan bisnis, riset, dan eksekusi

    Sebelum memulai bisnis, kita wajib melakukan perencanaan dan riset agar tidak salah langkah. Cari informasi mengenai bisnis tersebut, respons pasar, legalitas, serta menyusun strategi bisnis disertai target pencapaian yang ingin dicapai, lalu mulai mengeksekusinya.

“Women, like men, should try to do the impossible. And when they fail, their failure should be a challenge to others.” -Amelia Earhart

 

Referensi:
https://blog.kredivo.com/5-tantangan-jadi-pengusaha-wanita/
https://www.digination.id/read/013094/ini-5-tantangan-yang-harus-dihadapi-womenpreneur
https://cicidesri.com/tips-menjadi-womenpreneur-sukses/
https://anisamamazam.com/tips-menjadi-womenpreneur-sukses/
https://komunitas.bukalapak.com/s/4itear/yuk_simak_6_tips_untuk_menjadi_womenpreneur_sukses