SOCIAL ENTREPRENEURSHIP

Pada dasarnya, social entrepreneurship adalah penggabungan konsep wirausaha terkait finansial dan konsep sosial terkait pemecahan masalah sehingga seorang sociopreneur (orang yang melakukan kegiatan social entrepreneurship) dapat mengusung misi sosial, namun tidak melupakan cara agar dana yang diperlukan untuk kegiatan tersebut dapat terkumpul.

Konsep ini sudah mulai populer di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu karena dianggap bentuk ideal dari kegiatan sosial. Pada konsep social entrepreneurship, masyarakat kelas bawah yang menjadi objek dan sasaran akan menjadi mandiri dan tidak bergantung pada donasi satu arah seperti yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial selama ini, contohnya sociopreneur Gamal Albinsaid dengan konsep asuransi sampah yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Mengapa konsep social entrepreneurship menjadi populer?

 

  1. Adanya kesempatan untuk melakukan sebuah perubahan penuh manfaat.

    Sociopreneur memulai bisnis dengan mengusung tujuan sosial yang dapat mengubah kebiasaan masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah agar dapat hidup dengan mandiri tanpa bergantung pada belas kasihan orang lain.

  1. Profitable

    Meskipun ini bukan tujuan utama dari konsep social entrepreneurship, namun seorang sociopreneur sangat perlu memastikan bahwa bisnis yang dilakukannya itu merupakan bisnis yang marketable dan tetap menghasilkan profit secara alami. Produk yang diusung merupakan produk yang secara ekonomis unggul dan layak untuk dibeli.

  1. Kesempatan untuk menambah lapangan kerja bagi orang yang membutuhkan.

    Penerapan social entrepreneurship di beberapa negara maju meningkatkan kesempatan kerja secara signifikan. Di Amerika, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 6,8%, di Prancis sebanyak 4,2%, dan di Jerman menyerap 3,7%.

  1. Peningkatan kesetaraan

    Melalui social entrepreneurship, para pelaku bisnis tidak hanya mementingkan dan memupuk kekayaan untuk diri sendiri, namun diharapkan juga berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat.

Salah satu tantangan seorang sociopreneur adalah membuat bisnis yang sustain. Berikut beberapa saran yang dapat dilakukan untuk menjadi sociopreneur yang sukses:

  1. Temukan ide yang solutif

    Ide dari social entrepreneurship harus orisinil dan berdampak nyata pada sekitar, bukan hanya untuk terlihat keren.

  1. Kombinasikan passion, idealisme, dan kreativitas.

    Untuk menjalankan social entrepreneurship, memiliki passion saja tidak cukup, namun juga wajib memiliki idealisme agar tidak mudah terbawa arus, dan juga kreativitas agar tetap berkembang.

  1. Membangun support system

    Salah satu hal penting yang sering terlupakan oleh para sociopreneur adalah membangun support system. Penting bagi seorang sociopreneur untuk memiliki mentor, investor, dan juga teman dekat yang percaya dan mendukung visi yang dijalankan.

 

Referensi:
https://www.kompasiana.com/gamalalbinsaid/5acefe40dd0fa822f3099e62/apa-itu-wirausaha-sosial?page=all
https://www.bernas.id/59838-konsep-sociopreneur-mengapa-generasi-milenial-harus-mengadopsinya-ini-alasannya.html
https://beritagar.id/artikel/figur/gamal-albinsaid-barter-sampah-yang-mendunia
https://bussinessocially.wordpress.com/2017/06/17/sociopreneur-dan-manfaatnya/
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1036155-5-tips-jadi-sociopreneur-sukses

MENDAPATKAN INVESTOR

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan bahwa realisasi investasi periode triwulan II tahun 2019 mencapai Rp 200,5 triliun, meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Penanaman modal tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 95,6 triliun (naik 18,6%) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 104,9 triliun (naik 9,6%) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Meskipun angka investasi di Indonesia memiliki tren positif, namun data menunjukkan bahwa 38,82% bisnis startup di Indonesia merasa keterbatasan modal merupakan problem utama yang dihadapi dalam mengembangkan bisnisnya. Hal ini terjadi karena sebagian besar investasi untuk bisnis startup didominasi oleh startup unicorn seperti Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia.

Mengapa kita memerlukan investor dalam berbisnis?

  1. Ekspansi bisnis

    Pengembangan bisnis memerlukan modal tambahan untuk berbagai keperluan seperti pemasaran, kantor, gudang inventaris baru, atau penambahan sumber daya manusia. Dengan memiliki dana tambahan dari para investor, perusahaan akan memiliki kesempatan untuk melakukan ekspansi bisnis karena semakin bisnis berkembang, semakin besar pula biaya operasional yang dibutuhkan.

  1. Menjaga arus kas

    Menjaga arus kas merupakan sebuah tantangan dan problem yang perlu ditangani dengan serius dalam kaitannya dengan membayar biaya operasional, gaji karyawan, serta berbagai tagihan. Dengan arus kas yang lancar, bisnis dapat berjalan dengan baik.

  1. Menambah inventaris usaha

    Apabila permintaan sedang naik dan kita kesulitan menambah volume produksi karena ketiadaan biaya, maka menggunakan modal tambahan dari investor dapat menjadi salah satu solusi yang tepat.

  1. Merawat dan menambah aset

    Penambahan dan perawatan aset akan menambah jumlah produksi. Untuk memenuhi hal tersebut, kita perlu menyediakan anggaran khusus. Menggunakan dana investor adalah opsi yang dapat dipertimbangkan.

Berikut adalah cara efektif untuk mendapat investor:

  1. Menggunakan platform penggalangan dana online

    Beberapa tahun terakhir banyak platform penggalangan dana online bermunculan. Platform ini menjadi sangat populer dan biasanya dijalankan dari situs peer-to-peer (P2P) lending yang menawarkan pinjaman bisnis kepada portal crowdfunding yang berbasis donasi, pinjaman, dan ekuitas.

  1. Mengikuti kompetisi bisnis

    Mengikuti pameran dan kompetisi dalam bidang bisnis juga merupakan salah satu cara untuk mencari investor dan mendapatkan modal karena akan ada banyak investor yang datang dan sering kali hadiah kompetisinya berupa modal usaha.

  1. Buat bisnis kita menarik untuk investor

    Cara agar bisnis kita dapat menarik perhatian investor dapat diawali dengan membuat proposal yang detail dan presentasi bisnis yang mudah dimengerti, tentunya didukung dengan desain yang menarik. Kemudian kita dapat membuat strategi, analisis risiko, serta laporan keuangan perusahaan yang rapi dan valid sehingga investor memiliki gambaran yang jelas mengenai prospek dan risiko bisnis kita ke depan.

 

Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-4-alasan-mengapa-perlu-mencari-investor-untuk-modal-usaha/
https://koinworks.com/blog/7-hal-yang-membuat-investor-mau-berinvestasi-kepada-anda/
https://setkab.go.id/naik-137-realisasi-investasi-triwulan-ii-tahun-2019-tembus-rp200-triliun/
https://www.liputan6.com/tekno/read/3669041/startup-unicorn-lokal-masih-didominasi-investor-asing
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-6-cara-dahsyat-mencari-investor-untuk-modal-usaha/
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/03/080900626/7-cara-ini-bisa-diterapkan-startup-untuk-mendapatkan-investor?page=all

SEMBILAN INDIKATOR EKOSISTEM STARTUP YANG BAIK

Berdasarkan laporan yang berjudul 2019 Global Startup Ecosystem Report (GSER) by Startup Genome, Silicon Valley, New York City, London, Beijing, dan Boston adalah 5 kota besar di dunia dengan ekosistem startup terbaik. Di dalam penelitiannya, Startup Genome menggunakan 9 indikator pengukuran ekosistem startup, antara lain: performance, funding, market reach, talent, experience, connectedness, knowledge, infrastructure, dan policy. Setiap indikator yang telah disebutkan tersebut masing-masing memiliki success factor dan menggunakan skor antara 0 – 10 di mana semakin tinggi skor, maka success factor semakin baik.

  1. Performance (Best: Silicon Valley)
    1. Ecosystem value – mengukur dampak ekonomi yang diberikan oleh ekosistem melalui valuasi awal dan akhir bisnis startup selama 2,5 tahun terakhir.
    2. Exits – mengukur jumlah bisnis startup yang mempunyai exit valuation antara US$ 50 juta – US$ 1 milliar, kemudian melihat persentase pertumbuhan valuasi bisnis startup tersebut.
    3. Startup output – mengukur jumlah dan persentase pertumbuhan software startup yang ada di ekosistem
    4. Startup Success – mengukur jumlah bisnis startup yang naik level (seri B ke A dan seri C ke A) serta kecepatan bisnis menuju IPO.
  2. Funding (Best: Silicon Valley, NYC)
    1. Access – mengukur jumlah dan rata-rata funding per bisnis startup.
    2. Quality – mengukur kombinasi dari jumlah investor lokal, pengalaman investor, dan keaktifan investor.
  3. Market reach (Best: Beijing, Hong Kong)
    1. Global reach – mengukur jumlah penjualan bisnis di pasar global yang diimbangi dengan nilai PDB negara asal bisnis tersebut sehingga bisnis yang ada di negara dengan PDB yang tinggi tidak memerlukan persentase penjualan global setinggi negara dengan PDB yang rendah.
    2. Local Reach – mengukur jumlah penjualan bisnis di pasar lokal.
    3. IP commercialization – mengukur jumlah komersialisasi Intellectual Property dari bisnis startup yang ada di kota tersebut
  4. Connectedness (Best: Silicon Valley, NYC, London, Tel Aviv, Singapore)
    1. Global Connectedness – mengukur kualitas hubungan dan kuantitas pertemuan bisnis startup dengan founders dari top global ecosystem.
    2. Local Connectedness – mengukur seberapa besar dukungan domestik antara entrepreneur-entrepreneur dan investor-entrepreneur yang ada di kota tersebut.
  5. Infrastructure (Best: NYC, London, Boston)
    Indikator ini mengukur jumlah inkubator serta lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan di negara tersebut. Semakin banyak jumlah inkubator serta lembaganya, skor untuk indicator infrastructure menjadi lebih baik.
  6. Talent (Best: Silicon Valley, Beijing, Boston, Shanghai)
    1. Accessmengukur persentase pertumbuhan lulusan sarjana dan pegawai yang memiliki pengalaman minimal 2 tahun di startup pada saat dipekerjakan.
    2. Quality – mengukur jumlah top developers di Github dan kecakapan dalam berbahasa inggris.
    3. Cost – mengukur rata-rata gaji software engineer; semakin mahal rata-rata gajinya, semakin rendah skor yang diperoleh.
  7. Experience (Best: Silicon Valley)
    1. Scaling experience – mengukur jumlah bisnis startup dengan valuasi exit yang signifikan dalam 10 tahun terakhir.
    2. Startup experience – mengukur jumlah startup yang masuk dalam kategori early-stages companies.
    3. Team experience – mengukur jumlah startup founder yang telah memiliki pengalaman di dunia bisnis startup sebelumnya dan mengadopsi sistem yang dijalankan oleh startup yang sukses.
  8. Knowledge (Best: Silicon Valley, London, Beijing, Tel Aviv, Shanghai)
    1. Research – mengukur H-Index (index yang mengukur impact dari karya ilmiah)
    2. Patents – mengukur jumlah dan kompleksitas patents pada bidang life sciences yang ada di ekosistem.
  9. Policy (Best: Seattle, Austin, Chicago) – mengukur kecepatan dan kemudahan untuk mengotorisasi uji klinis produk, kemudian jumlah spending yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan bisnis milik pemerintah.

 

Referensi:
https://startupgenome.com/reports

MEMBANGUN BISNIS STARTUP DI INDONESIA

Bisnis startup artinya perusahaan yang baru didirikan dan masih dalam tahap pengembangan manajerial, baik secara finansial, pemasaran, dan operasional untuk mendapatkan segmentasi, target, dan posisi yang tepat. Namun, bisnis startup sering kali dikaitkan dengan bisnis yang berbau teknologi, web, dan internet.Continue reading

WOMENPRENEUR

Beberapa tahun terakhir, jumlah entrepreneur perempuan atau womenpreneur di Indonesia terus meningkat. Laporan Mastercard Index of Women Entrepreneurs 2018 menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-30 dunia, naik 2 tingkat dari tahun 2017.  Angka ini menggambarkan terbukanya peluang perempuan untuk berkarir di dunia bisnis. Nyatanya, menjadi womenpreneur juga memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi.

Meskipun banyak tantangan untuk menjadi womenpreneur, bukan berarti mereka tidak bisa melaluinya. Buktinya, sederet nama wanita Indonesia telah membuktikan kesuksesannya di dunia bisnis. Sebut saja Dian Pelangi yang sukses mengembangkan brand fashion muslimnya hingga go international, Catherine Hindra Sutjahyo yang sukses mendirikan “Zalora”, Cynthia Tenggara yang menyalurkan hobi memasaknya menjadi bisnis online catering “Berrykitchen”, dan Helga Angelina Tjahjadi yang sukses mengembangkan bisnis junk food sehat lewat “Burgreens”.

Mengapa menjadi seorang womenpreneur memiliki tantangan tersendiri?

  1. Anggapan sosial

    Dunia bisnis yang keras melahirkan anggapan sosial yang mengatakan bahwa dunia wirausaha hanya cocok untuk kaum pria. Kaum wanita dirasa terlalu lemah untuk bisa bertahan, apalagi bersaing dengan pria. Padahal, wanita pun memiliki keunggulan yang jarang dimiliki pria dalam berbisnis, misalnya dalam pengambilan keputusan, wanita cenderung tidak terburu-buru menentukan pilihannya. Begitu juga dalam menjalin relasi bisnis, wanita lebih pandai untuk mendapat perhatian orang lain ketika bersosialisasi. Selain itu, kemampuan multitasking dan perhatian terhadap detail pun lebih dimiliki oleh wanita.

  1. Womenpreneur adalah minoritas

    Dunia bisnis lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Sebagai womenpreneur, perlu perjuangan tersendiri untuk mendapatkan penghargaan. Alison Gutterman, CEO Jelmar menyatakan,Sebagai perempuan di industri yang didominasi laki-laki, untuk mendapatkan rasa hormat adalah suatu perjuangan. Untuk mengatasinya, saya harus belajar membangun kepercayaan diri untuk menepis komentar negatif yang ada.”

  1. Keseimbangan peran di bisnis dan keluarga

    Dilema semacam ini sering terjadi ketika anggapan sosial mengharuskan wanita hanya memiliki dua peran yaitu menjadi istri dan ibu. Namun Michelle Garrett, pemilik Garrett Public Relations mengatakan bahwa budaya kerja telah bergeser hingga memungkinkan perempuan lebih fleksibel dalam bekerja, tetapi bekerja untuk diri sendiri akan memberikan lebih banyak kebebasan daripada bekerja untuk orang lain.

Berikut beberapa cara untuk menjadi womenpreneur yang sukses:

  1. Bangun jaringan profesional

    Ini adalah satu hal penting yang sangat perlu dilakukan oleh seorang womenpreneur untuk membuka peluang bisnis. Jaringan profesional dapat dibangun melalui keikutsertaan pada komunitas womenpreneur. Pada komunitas tersebut, para womenpreneur bisa saling sharing pengalaman dan mendapatkan wawasan dari womenpreneur lainnya.

  1. Manajemen waktu

    Untuk mencapai keberhasilan dalam segala hal, kemampuan mengelola manajemen waktu menjadi kunci utama. Sebagai seorang womenpreneur yang memiliki peran ganda, tentu kita akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus segera diselesaikan dalam tenggat waktu dan dengan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan, ada baiknya kita berlatih dalam mengelola waktu dengan baik.

  1. We can’t do it all

    Sebagai womenpreneur, kita perlu menyadari bahwa kita tidak dapat melakukan segala sesuatu sendiri. Kita membutuhkan dukungan dari orang terdekat seperti orang tua, teman, maupun suami dan anak bagi womenpreneur yang sudah berkeluarga karena sharing ide maupun pekerjaan rumah dapat meringankan beban sehingga bisnis dapat tetap berjalan dengan baik tanpa melalaikan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu.

  1. Melakukan perencanaan bisnis, riset, dan eksekusi

    Sebelum memulai bisnis, kita wajib melakukan perencanaan dan riset agar tidak salah langkah. Cari informasi mengenai bisnis tersebut, respons pasar, legalitas, serta menyusun strategi bisnis disertai target pencapaian yang ingin dicapai, lalu mulai mengeksekusinya.

“Women, like men, should try to do the impossible. And when they fail, their failure should be a challenge to others.” -Amelia Earhart

 

Referensi:
https://blog.kredivo.com/5-tantangan-jadi-pengusaha-wanita/
https://www.digination.id/read/013094/ini-5-tantangan-yang-harus-dihadapi-womenpreneur
https://cicidesri.com/tips-menjadi-womenpreneur-sukses/
https://anisamamazam.com/tips-menjadi-womenpreneur-sukses/
https://komunitas.bukalapak.com/s/4itear/yuk_simak_6_tips_untuk_menjadi_womenpreneur_sukses

REVOLUSI INDUSTRI 4.0: ANCAMAN ATAU PELUANG?

Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi (penggantian tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin) dan teknologi cyber (teknologi informasi).  Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik seperti robot, internet of things, cloud computing di mana internet menjadi pusat pengelolaan data, dan cognitive computing seperti Artificial Intelligent.

Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, politik, dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Prinsipnya, revolusi industri 4.0 menggabungkan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang proses.

Mengapa kita harus mulai memperhatikan revolusi industri 4.0?

  1. Merupakan peluang dan ancaman bagi pelaku industri
    Industri 4.0 berpotensi meningkatkan efisiensi dan produktivitas proses produksi, menurunkan biaya transportasi dan komunikasi, meningkatkan efektivitas logistik dan rantai pasokan, biaya perdagangan yang berkurang, dapat membuka pasar baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, mengadopsi sistem dari industri 4.0 membutuhkan biaya investasi yang mahal dan risiko yang cukup tinggi.
  1. Merupakan peluang dan ancaman bagi tenaga kerja
    Berdasarkan kajian McKinsey Global Institute, sebanyak 52,6 juta lapangan pekerjaan di Indonesia terancam tergantikan oleh teknologi otomatisasi. Lembaga tersebut bahkan memperkirakan sekitar 800 juta pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan pada 2030. Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang sifatnya administratif dan pekerjaan di bidang produksi karena akan lebih banyak otomatisasi. Namun, industri 4.0 juga akan menciptakan peluang bisnis baru serta pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.

Bagaimana strategi perusahaan dalam menghadapi era Industri 4.0?

  1. Perbaikan alur barang dan material
    Ini merupakan upaya yang dicanangkan pemerintah untuk membantu perusahaan di Indonesia. Upaya perbaikan ini bertujuan untuk mengurangi impor bahan baku dan berbagai komponen produksi pada industri. Selain dapat menghemat biaya, pemanfaatan ini juga diharapkan dapat memacu sumber daya alam Indonesia agar bernilai lebih tinggi dan percepatan adopsi teknologi.
  1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
    Dominasi robot tidak akan terjadi di semua sektor pekerjaan. Robot masih belum mampu mengambil alih pekerjaan yang berhubungan dengan interaksi manusia dan juga pengetahuan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang handal agar tetap mencapai kesuksesan. Karyawan sebaiknya didorong untuk terus belajar memperbaiki hardskill dan softskill, serta meningkatkan pengetahuan mengenai teknologi.
  1. Penggunaan teknologi digital
    Seperti yang diharapkan pemerintah, perusahaan mampu menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Ini merupakan aktualisasi tiga solusi pintar dalam menghadapi revolusi industri 4.0, yaitu smart foundation, smart process, dan smart connectivity.
  1. Harmonisasi aturan dan kebijakan
    Aturan dan kebijakan dalam suplai bahan baku, perlindungan karyawan, pembagian kerja, persaingan bisnis, dan masih banyak lagi harus dibuat dengan jelas agar tidak merugikan salah satu pihak. Selain di dalam perusahaan, pemerintah pun ikut membantu dengan melakukan harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing industri dan memastikan koordinasi yang baik dengan pembuat kebijakan.
  1. Menarik minat investor asing
    Tidak hanya investor dari segi pembiayaan, investor di sini juga dapat dimanfaatkan untuk transfer teknologi, khususnya investor asing yang sebagian besar telah menjalani perubahan revolusi jauh sebelum perusahaan lokal mengenalnya. Kehadiran investor asing ini sangat membantu negara berkembang seperti Indonesia yang masih lebih sedikit penerapan teknologinya.

Inti strategi yang telah disebutkan di atas adalah perusahaan perlu menciptakan iklim inovasi agar tetap berjalan. Perusahaan yang terus berinovasi akan menemukan cara untuk tetap relevan dan memimpin persaingan di era revolusi industri 4.0.

 

Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/6-strategi-perusahaan-menghadapi-era-revolusi-industri-4-0/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190226/12/893477/malas-repot-konsumen-indonesia-enggan-mengadu/

https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html/
https://www.dewaweb.com/blog/internet-of-things/
https://www.herisonsurbakti.com/2016/02/sekilas-mengenai-cognitive-computing.html
https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomidanbisnis/revolusi-industri-40-jadi-peluang-bisnis-baru/ar-BBW7C9s

JIWA ENTREPRENEURSHIP

Secara sederhana, entrepreneurship memiliki pengertian yaitu aktivitas yang secara konsisten dilakukan untuk mengubah ide-ide menjadi kegiatan bisnis yang menguntungkan. Mark Zuckerberg (Pendiri Facebook) dan Bill Gates (Pendiri Microsoft Corp.) adalah dua contoh entrepreneur sukses di dunia, sedangkan di Indonesia sendiri memiliki orang seperti Chairul Tanjung (Pendiri CT Corp.) sebagai contoh entrepreneur yang sukses.

Siapa pun tentu ingin menjadi entrepreneur yang sukses seperti ketiga orang di atas. Namun, sering kali keseriusan dalam menekuni bidang ini hanya dilakukan oleh segelintir orang. Hambatan bisnis pun kerap datang dari diri seorang calon entrepreneur. Untuk membangun sebuah bisnis dan mewujudkan impian menjadi entrepreneur sukses, seseorang perlu lebih dulu menumbuhkan jiwa entrepreneurship. Jiwa Entrepreneurship sendiri memiliki beberapa karakteristik, antara lain: mandiri, bersikap percaya diri, berani mengambil risiko, berjiwa pemimpin, visioner, serta berorientasi pada hasil.

  1. Mandiri

    Jika masalah muncul, selalu berusahalah untuk menyelesaikannya secara mandiri karena penting mengandalkan potensi yang ada pada diri sendiri tanpa berharap terlalu banyak terhadap perubahan situasi dan lingkungan sekitar. Tujuannya adalah untuk melatih kreativitas dan problem solving skill yang dimiliki.

  1. Percaya diri

    Rasa percaya diri yang tinggi diperlukan dalam menjalankan bisnis dan perusahaan yang kita dirikan sendiri. Secara tidak langsung, sikap percaya diri akan mendukung kita dalam menyelesaikan setiap pekerjaan serta menjalaninya dengan sikap tenang.

  1. Berani mengambil risiko

    Risiko akan selalu ada dalam setiap keputusan yang kita ambil, oleh karena itu kita perlu berani menghadapi risiko seperti kecelakaan, kerugian, dan kegagalan pada bisnis yang kita jalankan. Dalam berbisnis, semakin tinggi resiko, semakin besar keuntungannya.

  1. Berjiwa pemimpin

    Sebagai seorang entrepreneur yang mengelola banyak orang, kita perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang baik agar bisnis berjalan ke arah yang benar dan berkembang bersama dengan orang-orang yang kita pimpin.

  1. Visioner

    Seorang entrepreneur perlu untuk dapat memprediksi situasi yang mungkin terjadi serta dapat melihat peluang baru untuk kemajuan bisnis. Menjadi seorang yang visioner dapat dikembangkan dengan memperkuat literasi dan memperluas wawasan.

  1. Berorientasi pada hasil

    Kita perlu berorientasi pada hasil yang ada agar setiap hambatan yang mungkin muncul tidak membuat kita menyerah, tetapi sebaliknya kita merasa tertantang sehingga hasilnya pun sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Berikut merupakan cara menumbuhkan jiwa entrepreneurship yang efektif:

  1. Pelajari kisah sukses orang lain

    Ada banyak kisah entrepreneur sukses yang membangun bisnisnya dari nol, dengan perjuangan berat hingga akhirnya mencapai kesuksesan besar. Kisah sukses seseorang dalam berbisnis dapat menumbuhkan motivasi kita untuk melakukan hal serupa dan menghindarkan diri kita dari ketakutan akan risiko yang akan dihadapi. Motivasi tinggi untuk berbisnis secara bertahap akan menumbuhkan jiwa entrepreneurship dalam diri Anda.

  1. Mengikuti pelatihan manajemen perusahaan

    Dapat kita peroleh dengan mengikuti seminar atau kuliah umum. Beberapa ilmu manajemen yang populer antara lain: manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen operasional, manajemen keuangan, manajemen strategi, manajemen produksi, dan manajemen informasi.

  1. Mengeksplor hobi dan minat

    Kita dapat mengasah terus ide kita untuk mendirikan bisnis, mulai dari hal yang terlihat kecil seperti hobi dan minat kita. Dengan demikian, kita bisa memiliki ide bisnis yang menarik sekaligus menyenangkan untuk direalisasikan sehingga jiwa entrepreneurship kita akan makin bertumbuh.

  1. Mengikuti kelas entrepreneurship

    Banyak sekali seminar dan kelas yang dibuat untuk para pemula dalam dunia bisnis. Di kelas ini kita dapat bertanya langsung kepada para praktisi bisnis dan mendapatkan pengetahuan terkait entrepreneurship langsung pada ahlinya.

Referensi:
https://www.kompasiana.com/anugrah_febrian/552b28d86ea834bb6f552d00/artikel-entrepreneurship
https://www.wartaekonomi.co.id/read187913/7-hal-ini-bisa-tumbuhkan-jiwa-entrepreneurship.html
https://markey.id/plan/wirausaha001#Apa_itu_jiwa_wirausaha

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-tips-menumbuhkan-jiwa-entrepreneurship/

https://www.pahlevi.net/macam-macam-manajemen/

PENTINGNYA MEMBANGUN CUSTOMER FOCUS DALAM PERUSAHAAN

Berfokus pada pelanggan menjadi sangat penting untuk kesuksesan bisnis. HubSpot Research menemukan bahwa 96% perusahaan yang berkembang menekankan bahwa customer satisfaction adalah komponen kunci untuk pertumbuhan mereka. Ini karena mereka mampu mempertahankan pelanggan yang loyal dan membedakan diri dari pesaing mereka. Dengan berfokus pada keberhasilan pelanggan, perusahaan memanfaatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan mereka. Walaupun mungkin tampak mudah, menciptakan perusahaan yang berfokus pada pelanggan bukanlah tugas yang mudah. Kebutuhan pelanggan terus berevolusi dan mengikuti perubahan terus-menerus.

Berikut rekomendasi dari 6 CEO yang menekankan customer focus dalam perusahaan mereka:

  1. Memecahkan kebutuhan pelanggan

    Sarah Nahm menciptakan Lever sebagai alat yang mudah digunakan yang membantu perusahaan tidak hanya mengidentifikasi top talenta, tetapi juga menyoroti orang-orang yang kemungkinan besar akan bertahan dengan perusahaan. Dengan memecahkan masalah-masalah khusus untuk para pelanggannya, Lever telah mampu mendapatkan tempat di Silicon Valley. Forbes memperkirakan Lever memiliki lebih dari 1.300 pelanggan dan menghasilkan lebih dari $20 juta. Selain itu, Nahm mampu mengumpulkan lebih dari $62 juta dari investor karena pendekatannya yang berfokus pada pelanggan.

  1. Selalu meningkatkan produk

    Paul Burke adalah CEO sebuah perusahaan pembuat konten digital bernama Guru. Guru adalah perusahaan yang terus mencari cara untuk meningkatkan produknya dan menggunakan saluran dukungannya untuk mendorong umpan balik terbuka dengan pelanggan. Ketika ditanya oleh Digital Media Update, Burke mencatat bahwa perusahaan akan berhasil jika “selalu berusaha untuk membuat produk yang lebih baik.” Oleh karena itu, perusahaan harus terus mengadaptasikan produknya dan mengoptimalkan kepuasan klien.

  1. Jadikan pelanggan bagian dari brand perusahaan

    Glossier adalah salah satu merek kecantikan dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang memperoleh lebih dari $52 juta dalam pendanaan investor. Dalam sebuah wawancara dengan The Business of Fashion, Weiss menghubungkan kesuksesannya dengan bagaimana dia bisa membuat pelanggan merasa seperti bagian dari merek. Dalam wawancara yang sama, Weiss mencatat bahwa “60% orang Amerika bergantung pada rekomendasi teman” ketika membeli produk kecantikan. Dengan memasukkan suara pelanggan dalam blog Into the Gloss, Glossier memperoleh lebih dari satu juta pengikut Instagram hanya dalam tiga tahun.

  1. Mendengarkan umpan balik pelanggan

    Q10 Consultancy adalah konsultan pemasaran Eropa yang membantu pertumbuhan bisnis kecil. Martine Nierman, CEO Q10 Consultancy, menghubungkan kesuksesan perusahaannya dengan umpan balik pelanggannya. Dia menggunakan acara roundtable dan survei NPS untuk mengukur customer experience. Dia mengklaim umpan balik ini adalah roadmap perusahaannya dalam merancang dan meningkatkan produk. Selama tiga tahun, konsultan Q10 telah membuka enam kantor baru dan telah menjadi agen pemasaran internasional.

 

  1. Investasi untuk mengembangkan karyawan Anda

    ThinkLions adalah perusahaan perangkat lunak yang mengembangkan aplikasi dan membantu startup mendapatkan dana. CEO-nya, Mike Sims, percaya bahwa salah satu kekuatan unik perusahaan adalah fokus pada pelatihan karyawan. Karena banyak perusahaan, seperti ThinkLions, tidak dapat mempekerjakan staf dalam jumlah besar, Sims berfokus pada penyediaan pelatihan menyeluruh. Sims terus-menerus menciptakan pelatihan baru dan mencari peluang untuk mendidik pekerja mengenai industri yang dijalankan.

 

  1. Customer’s experience adalah kuncinya

    Brian Halligan, salah satu pendiri dan CEO HubSpot, membangun perusahaannya dengan berfokus pada customer’s experience. Pelanggan sekarang dapat menemukan sendiri semua informasi yang mereka butuhkan. Dia mencatat bahwa “sekarang customer’s experience Anda harus 10 kali lebih baik daripada pesaing Anda.” Untuk mencapai hal ini, HubSpot menyediakan proses onboarding yang luas untuk pengguna premium bersama dengan support channel 24/7. HubSpot juga menyediakan dokumen layanan mandiri dan manajer akun khusus untuk membantu pelanggan.

 
Referensi:
https://www.paulviio.com/what-is-customer-focus-how-to-become-customer-focused/
https://oroinc.com/orocrm/blog/6-strategies-to-improve-your-staffs-customer-focused-approach
https://www.toistersolutions.com/blog/2018/4/23/seven-simple-ways-to-improve-your-customer-focus
http://www.clicktools.com/the-top-10-ways-to-build-a-customer-focused-organization/

Membangun Budaya Feedback dalam Perusahaan

Memberikan umpan balik atau feedback dalam sebuah lingkungan kerja sangat dibutuhkan sebagai pembelajaran dan untuk meningkatkan performa kerja personel perusahaan, baik itu bagi karyawan, manajer, maupun eksekutif. Feedback yang baik dapat diberikan dalam bentuk pujian maupun kritikan. Dalam membangun budaya feedback di perusahaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan.

Berikut adalah empat elemen penting dalam membangun budaya memberikan feedback:

  • Rasa aman dan percaya

    Agar semua anggota perusahaan dapat menyampaikan feedback dengan leluasa, perusahaan perlu menumbuhkan perasaan aman dan percaya dalam diri mereka. Untuk menciptakan perasaan aman dan percaya, semua anggota organisasi harus melakukan hal-hal berikut:

    • Mengenal satu sama lain
    • Membicarakan perasaan
    • Mengatakan tidak adalah hal normal
  • Keseimbangan

    Selalu memberikan umpan balik yang positif bukan tindakan yang terbaik. Berikan juga umpan balik negatif, di samping umpan balik positif. Lakukan hal-hal berikut agar tercipta keseimbangan untuk membangun budaya feedback:

    • Hentikan memberikan feedback positif sebelum menyampaikan kritik
    • Mulai dari hal kecil
    • Puji usaha, bukan kemampuan
  • Menjadikan feedback sebagai hal normal

    Jadikan feedback sebagai kebiasaan yang dilakukan sehari-hari sehingga menjadi hal yang normal dan lumrah. Lakukan hal-hal berikut untuk membuat feedback menjadi sesuatu yang normal:

    • Jangan menunggu momen tertentu
    • Lakukan di depan publik
  • Feedback adalah tanggung jawab pribadi

    Jika seorang pemimpin menginginkan terciptanya budaya feedback, ia harus menjadi teladan dahulu. Lakukanlah hal-hal berikut agar semua personel perusahaan bersedia memulai budaya feedback:

    • Bersikap transparan
    • Meminta feedback

Menciptakan budaya yang terbuka dalam memberikan dan menerima feedback sangat penting bagi perusahaan. Berikut beberapa manfaat dari menciptakan budaya feedback dalam perusahaan:

  • Mendorong budaya untuk terus belajar

    Feedback yang diberikan akan mendorong personel perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk meningkatkan kinerjanya, mereka akan terus belajar dan meningkatkan kemampuan serta memperbaiki diri.

  • Menciptakan budaya terbuka dan mengurangi konflik dalam perusahaan

    Budaya memberikan umpan balik akan meningkatkan keterbukaan dan menciptakan hubungan lebih komunikatif antar personel perusahaan. Hal ini juga meningkatkan kepercayaan dan kejujuran dalam perusahaan karena semua personel perusahaan dapat lebih terbuka satu sama lain.

  • Meningkatkan loyalitas karyawan

    Memberikan feedback dengan cara yang baik dengan intensi agar orang lain menjadi lebih baik dan sukses menunjukkan dukungan pimpinan pada karyawan. Jika karyawan merasa mendapatkan dukungan, mereka akan memiliki loyalitas pada perusahaan.

 

Referensi:

https://hbr.org/2013/12/building-a-feedback-rich-culture
https://hraligneddesign.com/leadership/key-benefits-of-effective-feedback/
https://www.accelerationpartners.com/blog/replace-outdated-annual-review-continuous-feedback?cn-reloaded=1