APA MOTIVASI ATASAN DALAM PERUSAHAAN

Manajer sering menjadi sosok yang menjengkelkan bagi bawahannya. Namun kita lupa bahwa para manajer pun memiliki atasan dan mereka sendiri juga berjuang untuk mengelola atasannya. Mereka mendapatkan tekanan dari atas untuk mencapai tujuan yang dicanangkan oleh perusahaan. Sering kali bukan karena nilai insentif atau bonus yang memotivasinya, namun mereka sendiri akan mengalami rasa malu kalau perusahaan pada akhirnya tidak bisa mencapai tujuannya.

 

Ada beberapa hal yang penting bagi atasan yang mampu mempengaruhi perilaku mereka, antara lain:

 

  • Pekerjaan selesai tepat waktu
    Atasan juga memiliki atasan sendiri yang memberikan tenggat waktu yang ketat untuk dipenuhi. Kalau itu tidak tercapai, maka atasan kita bisa mendapatkan teguran. Beberapa atasan yang efektif, pasti sadar dan tidak perlu menunggu ditegur dahulu. Mereka berinisiatif untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Sebagai manajer, mereka bekerja melalui orang lain dan mengorganisasi semua kegiatan secara sistematis dan mengaitkannya dengan alokasi waktu yang tersedia. Atasan yang bijaksana akan mengaplikasikan ilmu manajemen waktu yang baik. Dia akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk menjadwalkan kegiatan yang penting, tetapi tidak mendesak. Sedangkan atasan yang tidak bijak akan sebaliknya, membuat bawahannya berada dalam situasi krisis, yaitu posisi melakukan hal penting dalam keadaan mendesak.

 

  • Memaksimalkan produktivitas bawahan
    Bukan hal yang aneh kalau atasan tidak suka anak buahnya “nganggur”. Bukannya dia tidak suka lihat orang senang, tetapi kita semua digaji oleh perusahaan untuk bekerja. Kalau kenyataannya kita tidak bekerja, maka atasan cenderung marah dan memiliki persepsi yang negatif. Terkait juga dengan tenggat waktu yang harus dipenuhi, bawahan yang menganggur akan menimbulkan tanda tanya besar, sampai sejauh mana produktivitas kerjanya. Seorang atasan bisa memiliki intuisi tentang produktivitas yang dimiliki bawahannya, dari cara dan hasil kerja. Atasan yang berorientasi pada hasil, akan cenderung melihat kinerja bawahannya dari hasil kerja, apakah itu sebuah laporan, terselesaikannya suatu situasi, dan sebagainya. Atasan yang berorientasi pada proses, lebih rumit lagi karena dia akan melihat secara detil aktivitas pekerjaan yang dilakukan anak buahnya, apakah sudah prosedural, ataukah masih suka-suka sesuai mood bawahannya.

 

  • Membuat bawahan bahagia
    Secara logis, karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Karyawan yang bahagia akan mencurahkan pikiran dan perasaannya kepada pekerjaan serta menghasilkan karya-karya yang efektif untuk kemajuan perusahaan. Karyawan yang sedih akan mencurahkan daya upayanya untuk dirinya sendiri. Dia cenderung mengabaikan lingkungan dan tidak peduli dengan target kerja. Selama masalah belum selesai, karyawan tersebut tidak akan produktif. Bawahan yang gembira adalah aset yang penting bagi perusahaan karena dia akan menularkan semangat yang positif kepada orang di sekelilingnya.

 

  • Mengurangi pengeluaran perusahaan
    Kata efisiensi adalah kata sakti yang bisa menjadi hot button atasan. Kalau kita bisa membuktikan bahwa upaya kerja kita cukup efisien, maka atasan akan menyetujui proposal kita karena atasan sendiri harus membuktikan kepada atasannya tentang efisiensi kerja timnya. Namun banyak anak buah yang kurang bijak dalam mengelola efisiensi kerja. Isu efisiensi adalah isu utama manajemen yang mengisyaratkan adanya pengurangan pengeluaran perusahaan. Tujuan utama program perbaikan berkesinambungan (continous improvement) adalah pengurangan biaya (cost) melalui cara kerja yang lebih efisien.

 

  • Atasan membutuhkan peningkatan karier
    Doronglah atasan Anda untuk menapaki karier dengan lebih baik melalui pemberian hasil kerja yang unggul dan tuntas. Selama kita memberikan pelayanan dan hasil kerja yang mendukung pencapaian tujuan jabatan dan perannya sebagai atasan (manajer), maka kita akan menjadi King Maker yang pada akhirnya mungkin saja kita sendiri yang menjadi King. Kehidupan sudah banyak membukukan dan membuktikan bahwa kesuksesan sering kali terjadi ketika kita mendukung orang lain untuk sukses (termasuk dalam dunia multi level marketing). Dalam kasus mengelola atasan, visi membantu atasan untuk sukses adalah membuat diri kita sendiri menjadi sukses. Kalau sampai ada atasan yang sukses karena upaya kita membantu dia selama dalam bekerja, lalu promosi yang datang padanya tidak menular kepada kita, itu hanya masalah waktu saja bahwa promosi itu akan datang kepada kita dan tidak harus dari perusahaan itu saja.

 

 

 

Referensi:

Tedja, Ferry Wirawan. 2018. Managing Your Boss. Bandung: Prestasindo Mediaswara

TUJUH ELEMEN PEMBELAJARAN SEUMUR HIDUP

Berbagai organisasi di seluruh belahan dunia mengalami perubahan cepat dan menyeluruh. Meningkatnya globalisasi dan teknologi baru menuntut cara kerja dan bakat baru dengan keterampilan yang baru dan beragam. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang mempertahankan kemampuan mereka untuk belajar, akan melebihi para profesional lain.  Orang-orang yang akan berkembang di abad ke-21 adalah mereka yang menganut pembelajaran seumur hidup (long life learning) dan terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi mereka.

Tujuh praktik berikut dapat membantu setiap profesional menjadi pembelajar seumur hidup dan tetap relevan dalam lingkungan bisnis saat ini:

  1. Fokus pada pertumbuhan

    Studi menunjukkan bahwa kecerdasan dapat dikembangkan dan bahwa tidak ada batasan pada apa yang dapat kita pelajari sepanjang hidup kita. Otak berfungsi seperti otot yang semakin kuat dalam penggunaannya, dan pembelajaran mendorong neuron di otak untuk membuat koneksi baru. Growth mindset inilah yang membuat setiap individu menghargai tantangan karena mereka melihatnya sebagai peluang untuk pertumbuhan pribadi. Pada akhirnya, mereka dapat mencapai potensi mereka melebihi dari individu dengan pola pikir yang tetap.

  1. Menjadi master pada bidang yang ditekuni

    Pada tahun 2008, dilakukan penelitian terhadap sepuluh pemain catur terbaik di dunia. Hasilnya, ditemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki jam terbang antara 10.000 hingga 50.000 jam. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bukan kecerdasan yang menciptakan keahlian, tetapi upaya dan praktik — yaitu, kerja keras. Orang yang sukses di bidangnya mencurahkan banyak waktu untuk melakukan praktik yang disengaja, menangani tugas di luar tingkat kompetensi dan kenyamanan mereka saat ini, mengamati hasilnya, dan membuat penyesuaian, sehingga mereka menjadi ahli dalam bidang yang mereka kerjakan.

  1. Regangkan kemampuan anda

    Banyak peneliti mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi hanya ketika orang-orang melakukan peregangan di luar zona nyamannya. Ketika seseorang mengerjakan tugas yang tidak sepenuhnya nyaman, mereka dikatakan berada di zona belajar mereka, di mana mereka memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan serta berlatih keterampilan baru. Bagi organisasi, praktik Job Enrichment dan Job Enlargement dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan pekerja.

  1. Bangun Personal Brand

    Setiap orang memiliki citra individu, baik itu kesan yang dibangun dengan hati-hati untuk dikenang, atau hanya impresi sekilas yang ditampilkan kepada orang lain. Apapun itu, citra diri yang positif membuat individu memiliki peluang yang lebih baik untuk memperoleh penghargaan atau kesempatan untuk mengembangkan karirnya. Dave Ulrich dan Norm Smallwood menyarankan individu dapat membangun citra diri dengan menetapkan tujuan yang jelas akan citra diri yang hendak dibangun, lalu menggunakan alat media sosial untuk membantu menyampaikan citra diri dan keahlian mereka, misalnya melalui jejaring dan media sosial.

  1. Berinventasi untuk pengembangan diri

    Untuk menjadi dan tetap sukses, orang perlu bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana saya bisa memastikan bahwa saya lebih berharga di akhir tahun daripada di awal tahun?” Individu dapat menciptakan tujuan pembelajaran dengan menilai pengetahuan dan keahlian mereka saat ini dan mengidentifikasi kesenjangan kompetensi. Setelah itu, lakukan investasi waktu dan tenaga untuk meningkatkan diri melalui pelatihan, workshop, maupun pengembangan diri lainnya.

  1. Lakukan apa yang Anda sukai

    Kebanyakan orang berada di dunia kerja selama 30 hingga 40 tahun. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka di tempat kerja. Dengan demikian, pekerjaan memiliki dampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang sehingga sangat penting bagi orang untuk melakukan apa yang disukainya. Perasaan akan tujuan sangat penting untuk kehidupan yang dijalani dengan baik. Di Jepang, terdapat istilah ikigai berarti alasan untuk ada dan itu mencakup semua elemen kehidupan — termasuk karier, hobi, hubungan, dan spiritualitas. Penemuan ikigai seorang individu akan membawa kepuasan dan mengilhami kehidupan mereka dengan makna.

    Sebuah penelitian lebih dari 43.000 orang dewasa Jepang menunjukkan bahwa risiko kematian secara signifikan lebih tinggi di antara subjek yang tidak menemukan rasa ikigai daripada di antara mereka yang melakukannya. Untuk menemukan ikigai, mulailah dengan menjawab empat pertanyaan:

    Apa yang Anda sukai? Apa yang Anda kuasai? Apa yang dibutuhkan dunia? Apa yang bisa Anda lakukan agar Anda dibayar?

  1. Tetap sehat dan bertenaga

    Kesehatan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan seseorang. Tujuan ini menuntut agar individu menjadikan kesehatan dan kesejahteraan sebagai prioritas, seperti memperhatikan olahraga, nutrisi, tidur, dan relaksasi (misalnya yoga). Yang tidak kalah pentingnya lagi, memastikan kebiasaan yang baik tersebut menjadi berkelanjutan. Dampak dari pola seperti itu dapat menjadi sangat positif bagi diri seorang individu. Sebagai contoh: tidur yang cukup memiliki dampak besar pada kemampuan kita untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan. Selain itu, tidur juga memengaruhi perhatian dan konsentrasi, kreativitas, pengembangan wawasan, pengenalan pola, pengambilan keputusan, reaktivitas emosional, proses sosio emosional, pengembangan hubungan tepercaya, dan banyak lagi.

Mulai praktikkan ke-tujuh hal di atas dan jadikan diri Anda pribadi yang berkualitas dengan pengembangan diri berkelanjutan.

PENGGUNAAN TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

Kemajuan teknologi telah digunakan untuk meningkatkan customer engagement. Namun, kemajuan teknologi dan transformasi digital juga dapat memberikan peluang bagi para pemimpin dan manajer untuk merangsang employee engagement di dalam perusahaan.

Masih banyak perusahaan yang merasa ragu untuk membiarkan karyawan mereka untuk menggunakan perangkat teknologi tertentu. Hal ini terjadi karena adanya ketakutan bahwa penyediaan perangkat-perangkat teknologi dapat menurunkan produktivitas kerja karyawan. Namun, penggunaan teknologi untuk karyawan tidak akan menurunkan produtivitas. Sebaliknya, produktivitas akan meningkat jika perusahaan dapat memfasilitasi teknologi tersebut dengan benar.

Saat ini, banyak perusahaan yang tengah membangun platform berbasis teknologi untuk mendorong karyawan berbagi informasi dan berpikir kreatif. Penyediaan perangkat teknologi di tempat kerja telah memungkinkan bagi bisnis untuk meningkatkan komunikasi antar seluruh anggota perusahaan. Pada kenyataannya, sebagian besar pemilik bisnis sekarang bergantung pada teknologi untuk engage dengan karyawan mereka, baik di dalam maupun di luar kantor.

Pertumbuhan teknologi yang pesat telah memudahkan orang-orang untuk saling terhubung. Kemampuan anggota perusahaan untuk saling terhubung dengan cepat melalui teknologi akan membantu perusahaan untuk berkinerja lebih baik dibandingkan pesaing mereka. Informasi dan analisis yang diterima bisa diproses dengan lebih cepat serta tindakan yang telah direncanakan dapat diimplementasikan secara efisien. Teknologi dapat mendorong perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya dengan lebih efisien dan efektif.

Terdapat alat seperti teknologi virtual, jejaring sosial, dan portal online yang telah membuat keterlibatan karyawan menjadi tidak terbatas. Selain itu, teknologi dapat membuat pekerjaan karyawan menjadi lebih fleksibel. Forrester Research melaporkan pada 2016 bahwa lebih dari 63 juta orang Amerika bekerja secara virtual. Apa keuntungan bekerja secara virtual? Menurut survei PGi Telework Week, 82% pekerja yang ‘telecommute‘ mengalami lebih sedikit stres, 80% pekerja memiliki semangat kerja yang lebih tinggi, dan 69% pekerja jarang ijin tidak masuk kerja.

Berikut merupakan upaya pengintegrasian teknologi ke dalam perusahaan untuk meningkatkan employee engagement:

 

  1. Penggunaan Alat Manajemen Kinerja

    Menyediakan perangkat sehingga karyawan dapat mengakses dan mengelola data perusahaan, melakukan berbagai tugas, memperbarui, melamar pekerjaan di berbagai departemen serta meninjau dan menanggapi evaluasi pekerjaan. Manajer dapat memanfaatkan teknologi untuk meninjau kinerja karyawan dan menyiapkan alat manajemen tujuan sehingga karyawan dapat bekerja lebih efisien dan efektif.

  1. Kemampuan Berkolaborasi Antar Departemen

    Penggunaan layanan jaringan intranet dan in-house memungkinkan karyawan yang berada di berbagai wilayah untuk tetap terhubung. Ini memungkinkan karyawan untuk tetap terlibat dan bekerja antar departemen melalui komputer. Layanan intranet juga memfasilitasi berbagai cara berbeda untuk berbagi file dan berkolaborasi secara bersamaan.

  1. Penggunaan Workgroup Berbasis Teknologi

    Workgroup karyawan dapat membantu karyawan menjadi lebih terlibat, mensinkronkan, dan berbagi informasi sepanjang siklus proyek. Workgroup memungkinkan manajer untuk mendiversifikasi tujuan bisnis antar karyawan dan berbagi berbagai sudut pandang mengenai proyek-proyek tertentu. Penyediaan perangkat lunak seperti cloud memungkinkan karyawan untuk membuat workgroup yang dapat menyimpan dan berbagi informasi melalui internet.

  1. Pelatihan dan Pendidikan Karyawan

    Alat bantu pembelajaran yang menggunakan teknologi memungkinkan karyawan untuk memiliki jadwal yang lebih fleksibel. Biasanya, blended learning terdiri dari penggunaan alat e-learning atau ruang kelas virtual di samping sesi secara langsung.

  1. Keterlibatan Sosial dalam Tempat Kerja

    Interaksi sosial menggunakan teknologi dapat membantu memperkuat hubungan antara manajer dan karyawan. Ketersediaan platform yang memadai dapat mendorong karyawan untuk mempromosikan bisnis perusahaan secara aktif dengan memposting pemikiran dan ide tentang perusahaan serta proyek atau promosi yang akan datang.

 

Teknologi dan lingkungan tenaga kerja akan terus berkembang sepanjang masa. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber ini akan terus membantu perusahaan meningkatkan interaksi karyawan di dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan employee engagement di perusahaan. Mengizinkan karyawan mengakses teknologi akan mendorong gagasan, meningkatkan inovasi, dan memperkuat kinerja perusahaan.

 

Referensi:
https://www.coxblue.com/5-ways-to-boost-employee-engagement-through-technology/
https://www.shiftelearning.com/blog/increase-employee-engagement-with-technology

SEBERAPA PENTING UMPAN BALIK?

Umpan balik (feedback) yang efektif dan strategis adalah salah satu alat kinerja paling kuat yang dimiliki oleh seorang manajer, namun banyak karyawan mengeluh mengenai kurangnya umpan balik dan informasi yang mereka terima. Keluhan karyawan atas kurangnya umpan balik kinerja kini telah menjadi salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh organisasi dan manajer.

Lebih dari 75% karyawan percaya bahwa umpan balik itu penting. Pekerja ingin tahu seberapa baik kinerjanya dan bagaimana mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik lagi. Permasalahannya adalah karyawan tidak mendapatkan umpan balik yang mereka inginkan. Studi menunjukkan bahwa 65% pekerja mengatakan bahwa mereka ingin menerima lebih banyak umpan balik daripada yang saat ini telah mereka dapatkan. Banyak karyawan milenial yang berharap mendapatkan umpan balik setiap bulan.

Mengapa perusahaan sangat perlu memberikan umpan balik?

  • Perusahaan akan mengalami peningkatan yang berkelanjutan dengan memberikan umpan balik yang baik
  • Karyawan akan mendapatkan ilmu, pengalaman, dan skillset yang lebih sehingga performa kerja mereka meningkat
  • Klien atau pelanggan akan mendapatkan pelayanan atau/dan produk dengan kualitas yang lebih bagus

Penyampaian umpan balik merupakan masalah budaya dan teknis perusahaan. Perusahaan perlu membangun budaya manajemen yang memungkinkan orang merasa aman dan nyaman ketika berbicara tentang apa yang ada di pikiran mereka. Hal ini lebih sulit untuk dilaksanakan daripada kedengarannya. Jika umpan balik dapat disampaikan dengan baik, maka karyawan akan merasa lebih engaged saat bekerja.

Berikut merupakan cara untuk memberikan umpan baik yang efektif:

  1. Fokus pada apa atau bagaimana sesuatu dilakukan

    Memberi pertanyaan yang berfokus pada pekerjaan itu sendiri dan apa yang perlu terjadi untuk membuatnya lebih baik. Jangan menyalahkan sang karyawan atau mempertanyakan kompetensinya. Buatlah karyawan merasa bahwa mereka tidak sendiri dan mendapat dukungan dari atasan dengan mengambil tanggung jawab bersama.

  1. Umpan balik harus konsisten

    Memfokuskan umpan balik pada pekerjaan, proses, dan hasil pekerjaannya sehingga tidak terjadi bias.

  1. Berkomunikasi

    Umpan balik tidak dapat terjadi kecuali orang yang berwenang memiliki rencana komunikasi strategis yang kuat. Orang yang memberikan umpan balik sebaiknya pandai mendengarkan, dapat membimbing jalur percakapan, dan dapat mengelola jalan komunikasi tersebut.

  1. Umpan balik bukan ulasan kinerja satu kali setahun

    Informasikan umpan balik pekerjaan secara langsung untuk memperkaya pengetahuan serta keterampilan karyawan. Pemberian umpan balik sangat perlu terjadi sehari-hari.

  1. Buat umpan balik tepat waktu

    Jangan memberikannya pada saat masih panas tetapi juga jangan menunggu pekerjaan menjadi dingin sehingga sulit untuk mengingat apa yang ingin disampaikan.

  1. Tulus dan jujur

    Memberikan umpan balik yang baik dan solid adalah salah satu alat terhebat yang dimiliki seorang manajer. Mengerti dengan jelas apa yang ingin disampaikan dan menjaga integritas dengan tidak membuat komunikasi hanya menjadi satu arah. Penyampaian umpan balik perlu dilakukan dengan sikap yang tulus dan terbuka sehingga lebih dapat diterima oleh karyawan.

Umpan balik yang efektif dapat memperkuat employee engagement karena hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh, belajar, dan meningkatkan kinerja mereka.

 

Referensi:
https://joshbersin.com/2019/04/employee-engagement-3-0-from-feedback-to-action/
https://www.recruiter.com/i/employees-want-feedback-but-no-one-is-giving-it/
https://www.custominsight.com/blog/6-tips-for-effective-feedback-to-improve-employee-engagement.asp

KERAGAMAN DAN INKLUSI DI TEMPAT KERJA

Bank Dunia memperkirakan bahwa kesenjangan gender menyebabkan hilangnya pendapatan rata-rata 15% di negara-negara anggota OECD, 40% diantaranya disebabkan oleh entrepreneurship gaps.  Permasalahan mengenai kesetaraan gender di tempat kerja telah mengangkat kembali isu upaya pemberdayaan keragaman dan inklusi di tempat kerja. Terlebih lagi, fakta bahwa Indonesia memiliki 34 propinsi yang terdiri lebih dari 700 kelompok etnis yang berbeda-beda, menyebabkan isu keragaman semakin membawa ancaman bagi perusahaan.

Keragaman di tempat kerja merupakan kondisi di mana anggota perusahaan yang terlibat dapat memahami, menerima, dan menghargai perbedaan yang mereka miliki. Di sisi lain, inklusi merupakan lingkungan di mana hubungan antar rekan kerja bersifat kolaboratif, suportif, dan saling menghormati sehingga terjadi peningkatan partisipasi dan kontribusi oleh semua karyawan. Oleh karena itu, keragaman dan inklusi dapat digambarkan sebagai misi, strategi, dan praktik perusahaan untuk mendukung tempat kerja yang beragam dan mendapatkan manfaat dari efek keragaman tersebut agar perusahaan dapat mencapai keunggulan bisnis yang kompetitif. Berbeda dengan program keragaman yang tradisional, program keragaman dan inklusi lebih berfokus terhadap penguatan keyakinan tiap individu dibandingkan dengan pelatihan softskill mereka.

Forbes Insight menemukan bahwa 65% eksekutif senior percaya bahwa divisi SDM-lah yang seharusnya bertanggung jawab untuk mengimplementasikan program keragaman dan inklusi, sementara 35% lainnya mengatakan bahwa itu adalah tanggung jawab para pemimpin senior dalam unit atau divisi bisnis. Mengapa program keragaman dan inklusi ini penting? Survei yang sama menemukan bahwa 56% perusahaan menyatakan bahwa program keragaman dan inklusi ini dapat mendorong inovasi.

Terdapat beberapa alasan penerapan program keragaman dan inklusi lainnya, seperti:
  1. Keragaman dan inklusi adalah hal yang sudah sepatutnya untuk dilakukan
  2. Memberikan peluang yang sama bagi karyawan dan mendorong mereka untuk maju
  3. Perusahaan yang merangkul keragaman dan memiliki inklusi mendapatkan pangsa pasar yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif dalam mengakses pasar baru
  4. Membantu perusahaan untuk menemukan talent yang tepat
  5. Mendorong karyawan untuk melihat dari berbagai persepsi, belajar dari satu sama lain, dan mengembangkan kinerja mereka sehingga performa perusahaan juga ikut meningkat
  6. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara

Berikut praktik terbaik untuk menerapkan program keragaman dan inklusi:

  1. Membangun sense of belonging untuk semua orang

    Memahami keragaman dan membangun budaya inklusi agar setiap anggota organisasi merasa bahwa mereka dapat menjadi dirinya sendiri ketika berada di kelompok atau organisasi tersebut.

  1. Kepemimpinan dengan empati

    Setiap pemimpin perlu memahami value of belonging baik secara intelektual maupun emosional. Mereka perlu mengerti dan memberi alasan mengapa mereka peduli.

  1. Pendekatan top-down tidak cukup

    Mengidentifikasi perbedaan dalam employee experience dan nilai-nilai yang dipegang setiap karyawan sehingga perubahan dapat dibuat relevan bagi setiap orang. Perubahan yang berjangka panjang perlu diterapkan dalam berbagai bentuk sistem (top-down, bottom-up, dan middle-out).

  1. Kuota tidak membuat inklusi menjadi otomatis

    Memberi tujuan dalam meningkatkan jumlah keragaman tidak cukup untuk membangun budaya inklusi. Pimpinan perlu melakukan promosi inklusi setiap hari dengan menciptakan kondisi di mana karyawan dapat berkontribusi dengan keunikannya serta merancang cara untuk mengukur dampaknya.

  1. Inklusi terus berlangsung – bukan hanya pelatihan yang terjadi sekali

    Membantu individu untuk membangun kebiasaan atau microbehaviors (tindakan keseharian yang dapat dilaksanakan dan diukur) baru sehingga terbentuklah lingkungan kerja yang lebih positif.

  1. Maksimalkan rasa senang dan meminimalkan rasa takut

    Rasa takut hanya membuat orang untuk berpikir lebih sempit. Sebaliknya, rasa senang akan mendorong perubahan yang lebih positif seperti menceritakan pengalaman dan merayakan kesuksesan sehingga terciptalah tempat kerja yang lebih inklusi.

 

Referensi:
https://ideal.com/diversity-and-inclusion/
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/kesetaraan-gender-merupakan-isu-prioritas/
https://pwc.blogs.com/ceoinsights/2015/06/five-reasons-why-diversity-and-inclusion-matter.html
https://www.cio.com/article/3262704/diversity-and-inclusion-8-best-practices-for-changing-your-culture.html

MENCIPTAKAN FLEKSIBILITAS KERJA DALAM ORGANISASI

Fleksibilitas dalam lingkungan kerja berarti memberi karyawan kesempatan untuk membuat pilihan sendiri mengenai kapan, di mana, dan bagaimana mereka terlibat dalam proyek atau tugas terkait pekerjaan. Istilah fleksibilitas di tempat kerja sering kali dilontarkan bersamaan dengan independensi, work-life balance, friendly culture, dan lingkungan yang santai. Data International Workplace Group (2019) memaparkan bahwa 80% pekerja mengatakan mereka akan memilih untuk melakukan pekerjaan dengan pilihan kerja yang fleksibel daripada yang tidak. Menciptakan fleksibilitas dalam organisasi bisa melalui berbagai cara. Bukan suatu keharusan untuk menerapkannya pada organisasi Anda, tetapi beberapa pilihan mungkin akan membantu Anda dalam upaya meningkatkan efektivitas kerja dan daya tarik bagi talent ke depannya.

Berikut beberapa cara menerapkan fleksibilitas kerja di perusahaan:

  • Part-Time Employment

    Bekerja di suatu tempat antara 10-30 jam seminggu akan menciptakan fleksibilitas. Karyawan dapat memperoleh manfaat besar dari pekerjaan paruh waktu, terutama mereka yang masih kuliah, ibu yang ingin bekerja tetapi harus menjaga anaknya, atau yang ingin mempraktikkan hobi mereka. Memberikan pilihan pekerjaan paruh waktu dapat menguntungkan organisasi Anda dalam memiliki potensi karyawan yang sangat berbakat dalam bidangnya.

  • Telecommuting

    Telecommuting memungkinkan karyawan untuk memiliki lebih banyak pilihan tempat dalam melakukan pekerjaan mereka, dapat dilakukan di kafe hingga duduk di kantor mereka. Ini bisa berupa pekerjaan full time atau part time. Telecommuting tidak hanya menghemat waktu dan biaya untuk karyawan, tetapi juga bagi perusahaan startup, telecommuting dapat menghemat anggaran perusahaan untuk mengatur ruang kantor, menyediakan peralatan, tagihan listrik, dan biaya terkait lainnya. Jenis fleksibilitas ini mengurangi tingkat turnover karena beberapa karyawan cenderung lebih puas dan produktif dalam mengatur ruang kerja dan jadwal mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka, berdasarkan arahan kerja dan jadwal yang disepakati.

  • Freelancing

    Pekerja lepas (freelancer) dipekerjakan untuk penugasan proyek tertentu. Menyewa pekerja lepas menghemat perusahaan Anda dari compensation and benefit karyawan tetap dan memastikan organisasi Anda mendapatkan pekerjaan yang dilakukan oleh para ahli di lapangan selama periode dan tenggat waktu yang dialokasikan.

  • Jam Kerja Yang Fleksibel

    Memiliki jadwal yang fleksibel tidak hanya untuk telecommuter dan freelancer, tetapi bisa juga kepada karyawan tetap. Jam kerja yang fleksibel menciptakan work life balance yang dapat dihargai oleh karyawan. Mengizinkan penjadwalan kerja yang fleksibel akan memudahkan tugas karyawan Anda di luar pekerjaan dan membantu mereka mengurangi stres serta menjadi lebih fokus dan produktif saat mereka sedang bekerja. Meskipun jam kerja fleksibel tidak mungkin diterapkan pada setiap pekerjaan, namun perusahaan yang pernah menerapkan hal ini, menemukan banyak hasil positif dalam hal produktivitas dan kepuasan karyawan.

Talent memainkan peranan penting untuk kesuksesan perusahaan. Untuk merekrut dan mempertahankan talent yang tepat, Anda perlu menciptakan dan menyesuaikan lingkungan kerja yang nyaman. Menyesuaikan lingkungan kerja dengan kebutuhan talent akan membuat karyawan merasa lebih dihargai dan mendorong mereka untuk bekerja secara optimal.

Referensi:
https://www.entrepreneur.com/article/315325
https://www.ciphr.com/features/eight-key-hr-trends-for-2019/
https://blog.accessperks.com/2019-employee-benefits-perks-statistics
https://jobs.theguardian.com/article/why-now-s-the-time-to-embrace-flexible-working/

MERAIH KESETIAAN GENERASI MILENIAL

Generasi milenial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan di dunia. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang dilahirkan tahun 1980 dan 2000 sebagai generasi milenial. Jadi, generasi milenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini usianya disetujui di kisaran 15-34 tahun dan umumnya telah memasuki dunia kerja.

Menurut data Shiftelearning (2019), setengah dari generasi ini merasa bahwa mereka tidak perlu berada di kelas untuk belajar. Pada tahun 2025, sebanyak 75% tenaga kerja global akan terdiri dari generasi milenial. Lebih dari setengahnya menolak bekerja di perusahaan yang melarang karyawannya menggunakan media sosial. Mereka cenderung menyukai sistem kerja jarak jauh. Jadi, pekerjaan yang menuntut untuk bekerja di kantor, tidak akan mendukung kehidupan yang ingin dijalani oleh generasi milenial. Ada banyak harapan yang diinginkan milenial sehingga mau tidak mau menuntut perusahaan untuk menyesuaikannya dengan berbagai cara.

Berikut beberapa cara meraih kesetiaan generasi milenial:

  1. Jadikan pembelajaran fleksibel dan sesuai permintaan generasi milenial

    Generasi milenial menghargai fleksibilitas dalam jadwal dan kemampuan mereka untuk memilih kapan dan bagaimana mereka bekerja. Sebagai generasi yang telah tumbuh dengan teknologi, mereka biasanya cukup sadar akan kemampuan teknologi dan dapat memanfaatkannya dengan maksimal.

  1. Berikan pelatihan dengan informasi yang singkat

    Milenial juga menginginkan pelatihan yang berkelanjutan. Pelajaran dan modul singkat memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan serta membangun motivasi dan prestasi mereka untuk terus maju.

  1. Berikan kebebasan

    Generasi milenial menginginkan otonomi dan kebebasan untuk menjelajahi jalur pembelajaran mereka sendiri. Mereka cenderung percaya bahwa selama melakukan pekerjaan, tidak masalah rute mana yang akan diambil untuk sampai ke sana.

  1. Bantu generasi milenial untuk berkembang

    Fenomena kehilangan pekerjaan adalah masalah besar bagi perusahaan saat ini dan karyawan generasi milenial adalah pelanggar terbesarnya. Karena mereka begitu bersemangat untuk tumbuh, mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan keterampilan mereka, mereka tidak akan menunggu dalam pekerjaan yang tidak ‘merangsang’ mereka untuk berkembang.

  1. Work-Life balance

    Menurut generasi milenial, batas antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi sebaiknya tidak kaku. Contohnya, mereka mungkin menjawab email pekerjaan mereka di meja makan, atau mengerjakan project tertentu di café diselingi dengan minum kopi.

Generasi milenial melihat dunia dengan cara yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Percaya pada potensi mereka dan bekerja dengan keterampilan mereka, akan menciptakan tenaga kerja yang lebih kuat untuk perusahaan Anda.

 

Referensi:

https://www.shiftelearning.com/blog/training-millennials-elearning
https://trainingmag.com/3-ways-maximize-your-investment-millennial-training-and-development/
https://www.hrtechnologist.com/articles/learning-development/5-learning-and-development-best-practices-for-millennials/

MENGELOLA TENAGA KERJA ALTERNATIF BAGI PERUSAHAAN

Perkembangan teknologi makin membuat para pekerja meminta tempat kerja yang lebih fleksibel. Para pekerja menuntut pekerjaan di mana mereka dapat bekerja kapan pun dan di mana pun yang mereka inginkan. Jumlah pekerja self-employed di Amerika Serikat diproyeksikan naik tiga kali lipat menjadi 42 juta orang pada tahun 2020. Tenaga kerja alternatif meliputi tim eksternal yang memiliki pekerjaan lepas (freelancer), kontrak (contractors), atau gig worker. Biasanya mereka dipekerjakan untuk menangani pekerjaan internal perusahaan untuk sementara waktu. Tenaga kerja alternatif memiliki kemampuan teknis yang tinggi dan dapat melaksanakan berbagai macam aktivitas perusahaan.

 

Sekitar sepertiga tenaga kerja saat ini dipekerjakan berdasarkan permintaan dan pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan tumbuh mendekati 50%. Dalam skala global saja, jumlah pekerja lepas (freelancer) pada saat ini telah mencapai 77 juta orang. Tren ini sangat menguntungkan bagi beberapa perusahaan terutama ketika perusahaan tersebut sedang membutuhkan pekerja dengan keterampilan tertentu dalam jangka waktu yang pendek. Selain itu, perusahaan yang mengelola tenaga kerja alternatif dengan baik juga dapat mengembangkan aktivitas operasional perusahaan yang sebelumnya dibatasi oleh wilayah geografi mereka. Terkadang tenaga kerja alternatif juga dapat meningkatkan performa perusahaan dan hanya memerlukan lebih sedikit biaya dibandingkan pekerja tetap.

 

Delloite melakukan penelitian dan menemukan bahwa sebagian besar organisasi melihat pengaturan tenaga kerja alternatif sebagai solusi transaksional, bukan sebagai sumber bakat yang strategis dan penting untuk dikelola. Hanya 8% yang mengatakan bahwa mereka telah membuat suatu proses untuk mengelola dan mengembangkan sumber tenaga kerja alternatif. Sedangkan, 54% lainnya mengatakan bahwa mereka mengelola pekerja alternatif secara tidak konsisten atau tidak sama sekali.

 

Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengelola tenaga kerja alternatif, seperti:

 

  • Mengidentifikasi populasi tenaga kerja alternatif perusahaan
  • Memperlakukan tenaga kerja alternatif selayaknya tenaga kerja tetap hingga batasan tertentu
  • Membangun budaya inklusi yang positif antara tenaga kerja tetap, tenaga kerja alternatif, beserta sistem organisasi itu sendiri
  • Memberikan program pelatihan yang sesuai dengan keterampilan mereka
  • Menegosiasikan dan merancang dengan baik pengaturan kerja tenaga alternatif seperti jadwal, peran, dan deskripsi pekerjaan mereka
  • Memfasilitasi tenaga kerja alternatif dengan peralatan dan perangkat yang mereka butuhkan
  • Mengelola sistem pemberian tunjangan seperti bonus atau jenis insentif lainnya yang khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja alternatif

Saat ini, tenaga kerja alternatif telah menjadi andalan penting bagi sebagian pengusaha. Organisasi yang menganggap serius tenaga kerja ini dapat membangun strategi dan program untuk mengakses dan melibatkan orang-orang berbakat di mana pun mereka ditempatkan, mendorong pertumbuhan bisnis, dan memperluas keragaman tenaga kerja.

 

Referensi:
https://www.supplychainbrain.com/blogs/1-think-tank/post/28915-alternative-workforce-on-the-rise-what-it-means-for-procurement
https://www2.deloitte.com/insights/us/en/focus/human-capital-trends/2019/alternative-workforce-gig-economy.html
https://joshbersin.com/2018/12/the-alternative-workforce-it-isnt-so-alternative-any-more/

GAYA ATAU PERILAKU KOMUNIKASI DALAM DUNIA KERJA

Setiap orang memiliki perilaku atau gaya komunikasi yang berbeda. Perbedaan inilah yang menyebabkan seseorang menyampaikan perasaan, kebutuhan, dan pengalamannya kepada orang lain dengan cara yang berbeda-beda pula. Perilaku atau gaya komunikasi merupakan bentuk psikologis yang mempengaruhi individu dalam mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan pengalaman sebagai pengganti komunikasi yang dilakukan secara langsung dan terbuka.

Secara khusus, perilaku atau gaya komunikasi mengacu pada kecenderungan individu untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan pikiran melalui pesan tidak langsung dan dampak perilaku. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sebagian besar komunikasi yang kita lakukan merupakan komunikasi non verbal.

Pada umumnya terdapat 4 macam perilaku atau gaya komunikasi, yaitu:

  • Komunikasi Pasif adalah gaya komunikasi saat individu lebih banyak mendengarkan orang lain yang mengekspresikan pendapat atau perasaannya dibandingkan dirinya. Tujuan komunikasi pasif adalah untuk menghindari konflik dan konfrontasi, serta mencari rasa aman. Individu yang pasif biasanya memiliki harga diri yang relatif rendah dan kurang dapat berkomunikasi dengan efektif untuk mengenali kebutuhannya sendiri. Individu yang pasif cenderung lebih mempercayai orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri.
  • Komunikasi Agresif adalah gaya komunikasi saat individu mengekspresikan perasaan dan pendapat mereka untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menyakiti atau melanggar hak-hak orang lain. Tujuan komunikasi agresif untuk mendominasi dan merasa menang, serta membuat orang lain merasa kehilangan. Kemenangan tersebut didapat melalui cara-cara yang negatif, terkadang memalukan, merendahkan, bahkan meremehkan orang lain sehingga komunikan menjadi lemah atau kurang mampu berekspresi hingga mempertahankan kebutuhan dan hak mereka.
  • Komunikasi Pasif-agresif adalah gaya komunikasi yang menggabungkan gaya komunikasi pasif dan komunikasi agresif. Komunikasi pasif-agresif adalah gaya komunikasi yang terlihat pasif namun bertindak dengan cara-cara yang agresif. Mereka yang membangun gaya komunikasi pasif-agresif pada umumnya merasa tidak memiliki kekuasaan.
  • Komunikasi Asertif adalah gaya komunikasi saat individu secara jelas menyatakan pendapat dan perasaan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak mereka tanpa melanggar hak asasi orang lain. Tujuan dari komunikasi asertif adalah untuk mendapatkan dan memberikan rasa hormat, fair play, dan membuka ruang untuk kompromi ketika hak-hak dan kebutuhannya menemui konflik dengan orang lain.

Komunikasi asertif sangat penting dalam berbagai konteks komunikasi dan memiliki beberapa manfaat bagi siapa saja yang ingin mengasah keterampilan berkomunikasi, antara lain:

  • Membantu menghargai diri sendiri.
  • Mengekspresikan perasaan secara langsung.
  • Memperbaiki hubungan dengan orang lain.
  • Memberikan penghargaan kepada orang lain.
  • Memberikan kritik secara konstruktif dan proporsional.
  • Mengatur keterbatasan yang dimiliki.

Dalam dunia kerja, kita bisa melihat bahwa baik wanita maupun pria menggunakan gaya komunikasi yang berbeda. Pada umumnya wanita cenderung memiliki gaya komunikasi pasif, sedangkan pria cenderung memiliki gaya komunikasi agresif. Untuk memenuhi kebutuhannya, wanita cenderung menggunakan gaya komunikasi pasif-agresif di mana ia merasa tertantang untuk merespons secara agresif, tetapi dengan intonasi atau bahasa yang pasif.

 

Referensi:

https://www.mindtools.com/pages/article/Assertiveness.htm
https://infographicworld.com/communication-styles-workplace/
https://communicationstyles.org/how-to-identify-communication-styles/

IKIGAI: RAHASIA JEPANG UNTUK KEHIDUPAN YANG PANJANG DAN BAHAGIA

Di Jepang, jutaan orang memiliki ikigai, yaitu gaya hidup yang berusaha menyeimbangkan spiritual dengan kehidupan praktis sehari-hari. Menurut Akihiro Hasegawa, seorang psikolog klinis dan profesor di Toyo Eiwa University, iki berarti kehidupan dan gai berarti nilai. Kata gai berasal dari kata kai (artinya tempurung kerang, yang dianggap sangat bernilai). Ada beberapa kata lain yang menggunakan kai, yaitu yarigai atau hatarakigai yang berarti nilai perbuatan dan nilai bekerja. Ikigai dapat dianggap sebagai konsep komprehensif yang menggabungkan nilai perbuatan dan nilai bekerja ke dalam kehidupan.Continue reading