Bertumbuhnya Pekerja Jarak Jauh dengan Generasi Milenial

Pekerja jarak jauh adalah para pekerja dalam sebuah organisasi yang melakukan pekerjaannya tanpa harus berada di kantor seperti pekerja pada umumnya. Contohnya, para pekerja jarak jauh mungkin hanya datang ke kantor 1-2 kali per minggu untuk melakukan meeting. Sisanya, mereka dapat bekerja dari rumah atau dari mana pun, asalkan ada koneksi internet. Tanpa disadari, beberapa organisasi dengan style yang lebih luwes dan terbuka sudah menerapkan sistem kerja jarak jauh ini dalam beberapa tahun terakhir.

Di era sekarang, para pekerja muda kebanyakan berasal dari generasi milenial. Generasi milenial adalah mereka yang sekarang (tahun 2019) berumur kurang lebih 20-30 tahun. Tentunya generasi ini memiliki kebiasaan hidup dan cara kerja yang berbeda jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial sangat dikendalikan oleh perkembangan teknologi, menyukai kebebasan, dan mengandalkan segala bentuk kreasi yang dapat memudahkan hidup mereka. Hal ini menyebabkan mereka menjadi generasi yang lebih “manja” dari generasi sebelumnya yang cenderung bekerja keras. Namun, bukan berarti generasi milenial memiliki kemampuan kerja yang lebih rendah dari sebelumnya. Sebaliknya, justru dengan adanya teknologi dan kebiasaan mereka yang menyukai kemudahan, generasi ini benar-benar memiliki kreativitas yang tinggi dalam menciptakan sesuatu yang baru. Generasi ini mungkin tidak tekun dalam memasukkan data satu per satu, namun mereka memikirkan bagaimana data-data tersebut dapat secara otomatis masuk ke dalam komputer tanpa perlu dimasukkan secara manual.

Dengan cara kerja yang kreatif namun menyukai kebebasan ini, generasi milenial cenderung cepat bosan dan jenuh ketika bekerja penuh waktu di dalam sebuah kantor. Ketika hal ini terjadi, maka secara otomatis kinerja mereka akan menurun. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak organisasi besar mulai menerapkan sistem kerja jarak jauh. Survei menunjukkan bahwa dengan adanya sistem kerja jarak jauh, para pekerja ini justru memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas kerja yang tinggi. Dalam beberapa kasus, organisasi bahkan melakukan meeting dengan cara mengadakan video conference yang dianggap sangat efisien karena para pekerja tidak perlu membuang waktu untuk berkendara ke kantor dan pulang setiap hari.

Organisasi perlu menyadari bahwa ada banyak dampak positif dari sistem kerja jarak jauh, yaitu:

  • Meningkatkan kinerja para pekerja

    Pada penerapan dan situasi yang tepat, sistem kerja jarak jauh terkadang bisa meningkatkan efektivitas para pekerja.

  • Level stres yang lebih rendah

    82% para pekerja jarak jauh juga mengakui bahwa tingkat stres mereka lebih rendah dibandingkan ketika bekerja penuh waktu di kantor.

  • Menghemat biaya sewa dan membeli space kantor

    American Express juga menghemat USD 10-15 juta per tahun karena biaya sewa dan membeli space kantor yang berkurang drastis dengan sistem kerja jarak jauh.

  • Memudahkan organisasi dalam mencari pekerja muda

    68% generasi milenial dalam sebuah survei menyatakan bahwa organisasi dengan pilihan sistem kerja jarak jauh meningkatkan ketertarikan mereka secara langsung untuk bekerja di organisasi tersebut.

  • Pertumbuhan organisasi yang lebih baik

    Penghematan pengeluaran, kemudahan dalam mencari pekerja dan kondisi pekerja yang lebih bahagia dalam bekerja tentunya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan organisasi secara keseluruhan.

Jika sebuah organisasi ingin menerapkan sistem kerja jarak jauh, tentunya organisasi tersebut harus memperhatikan keseimbangan antara jam kerja di dalam dan di luar kantor. Untuk mempertimbangkan hal ini, organisasi harus memahami karakter para pekerja yang bekerja dalam industri di mana organisasi beroperasi. Contohnya, industri yang berkaitan dengan bidang kreativitas pastinya memerlukan kebebasan lebih dan sistem kerja yang fleksibel untuk menghasilkan karya-karya yang baik. Namun sebaliknya, jika departemen tertentu di dalam sebuah organisasi memiliki jenis pekerjaan yang menuntut kedisiplinan yang tinggi, ada baiknya jika organisasi mengurangi sistem kerja jarak jauh di departemen tersebut.

 

Referensi:

https://www.dynamicbusiness.com.au/hr-and-staff/new-survey-reveals-remote-work-is-on-the-rise.html

https://www.businessnewsdaily.com/8156-future-of-remote-work.html

https://medium.com/we-work-remotely/remote-work-is-on-the-rise-4-reasons-why-you-should-consider-it-7c52e3800758

https://www.businessinsider.sg/millennials-habits-different-from-baby-boomers-2018-3/?r=US&IR=T

Penggunaan Virtual dan Augmented Reality dalam SDM Perusahaan

Virtual Reality (VR) adalah simulasi yang dihasilkan oleh komputer untuk membuat pengguna perangkat merasa seolah-olah mereka sedang berada di dunia lain. Salah satu contoh perangkat VR yang telah marak di pasar ialah Google Cardboard di mana pengguna dapat masuk ke dalam lingkungan virtual. Sedangkan Augmented Reality (AR) ialah penggabungan dunia nyata dengan elemen virtual. Contoh dari AR adalah lensa Snapchat dan permainan Pokémon Go.

Beberapa organisasi telah menggunakan AR dan VR sebagai alat untuk meningkatkan kinerja anggota mereka. Walmart sudah menggunakan 17.000 headset Oculus Go untuk melatih keterampilan karyawannya. Walmart mengijinkan karyawannya untuk memasuki lingkungan virtual dan mempelajari berbagai proses internal Walmart. Ini merupakan cara unik untuk melatih karyawan menggunakan realitas virtual dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi skenario yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Angkatan Darat Amerika Serikat juga telah bekerja sama dengan Microsoft untuk menggunakan teknologi Hololens dalam pelatihan militer.

Terdapat beberapa keuntungan yang bagi perusahaan ketika mereka menggunakan sistem VR dan AR dalam pengembangan SDM perusahaan, yaitu:

  • Pengurangan Biaya

    Penghematan waktu dan uang yang dihabiskan untuk pendidikan, perbaikan, klaim asuransi, dan kewajiban yang diperlukan oleh karyawan.

  • Pengurangan Risiko

    Lebih baik untuk karyawan membuat kesalahan di dalam lingkungan pelatihan virtual dibandingkan dengan membuat kesalahan di dunia nyata.

  • Memperlancar proses Akuisisi Bakat

    Perusahaan dapat menunjuk dengan tepat kandidat pra-wawancara yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga proses perekrutan dapat dipercepat.

  • Membantu adaptasi karyawan baru

    Meningkatkan tingkat adaptasi karyawan baru dengan lingkungan kerja secara signifikan dengan mengintegrasikan karyawan baru dalam budaya organisasi.

  • Keterlibatan Karyawan

    Memudahkan perusahaan untuk melakukan konferensi virtual dengan karyawan jarak jauh dan melakukan kegiatan pembangunan tim dalam skala global.

  • Pembelajaran Karyawan yang Berkelanjutan

    VR dan AR dapat membuka peluang besar bagi karyawan untuk belajar dan melatih keterampilan mereka sebelum menjalankan tanggung jawab yang sesungguhnya.

Dalam sistem perekrutan, VR dan AR juga memiliki beberapa fungsi, antara lain:

  • Memungkinkan perusahaan untuk menunjukkan kepada kandidat bagaimana seluruh tempat kerja akan berubah ketika dia bergabung dengan perusahaan

  • Menampilkan video kepada kandidat di mana perusahaan menunjukkan avatar pimpinan yang interaktif

  • Menjelaskan fakta-fakta penting perusahaan yang perlu diperhatikan dan memberikan tur mengenai struktur perusahaan.

  • Menunjukkan kekuatan dan kelemahan kandidat, bidang yang dikuasai, serta bidang yang diminati

  • Memberikan kandidat karyawan kesempatan untuk mengalami beberapa situasi yang penuh tekanan yang mungkin akan mereka hadapi. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk melihat reaksi para kandidat dalam menghadapi situasi tersebut.

  • Memberikan tantangan-tantangan baru kepada kandidat di mana mereka harus memecahkan masalah

Referensi:

https://medium.com/iotforall/whats-next-foraugmented-and-virtual-reality-technology-83fc154f467b
https://www.forbes.com/sites/theyec/2019/01/03/how-businesses-today-are-implementing-virtual-and-augmented-reality/#1ee7ae1638e5
https://sightsinplus.com/2018/11/20/virtual-reality-augmented-reality-in-human-resources/

Pentingnya Menerapkan Employee Experience di Perusahaan

Saat ini, perusahaan mulai menyadari bahwa dengan mengutamakan karyawannya terlebih dahulu, pada akhirnya pelanggan akan lebih terpuaskan dan profit yang dihasilkan pun jauh lebih baik. Salah satu cara untuk mengutamakan karyawan adalah dengan berfokus memaksimalkan Employee Experience (EX). EX adalah segala hal yang dialami oleh karyawan sepanjang waktunya berada dalam suatu perusahaan.

 

Employee Experience di suatu perusahaan dapat terbentuk  melalui 3 aspek berikut:

  1. Budaya Kerja

    Meliputi elemen yang mempengaruhi apa yang dirasakan karyawan; memberi/ menguras energi, memotivasi/ mengecilkan hati, memberi kekuatan/ melemahkan seorang karyawan. Contoh: gaya kepemimpinan, struktur organisasi, sesama karyawan.

  1. Teknologi

    Meliputi elemen yang digunakan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Contoh: software, hardware, internet, alat tulis, dan lain-lain

  1. Lingkungan Fisik

    Meliputi semua elemen dalam suatu perusahaan yang dilihat, didengar, disentuh, dan dibau. Contoh: dekorasi ruang kerja

 

Beberapa keuntungan akan didapatkan oleh perusahaan dengan menerapkan EX, antara lain:
  • Meningkatkan produktivitas karyawan
  • Karyawan menjadi lebih termotivasi dan penuh dengan inovasi
  • Meningkatkan kepuasan pelanggan
  • Meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial
BACA JUGA: TIPS UNTUK MENINGKATKAN EMPLOYEE EXPERIENCE

Berikut 7 langkah untuk menciptakan EX yang berkualitas:

  1. Berkomitmen meningkatkan kualitas EX dan memprioritaskannya

    Memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan paham tentang pentingnya EX dan ikut berkolaborasi dalam menciptakan EX yang berkualitas

  2. Menunjuk pemimpin senior dan team yang khusus bertanggung jawab terhadap EX

    Membentuk strategi dan program untuk meningkatkan kualitas EX

  1. Mengadopsi ‘Design Thinking
    1. Memahami karyawan dengan memposisikan diri sebagai karyawan tersebut
    2. Menemukan cara baru untuk membuat pekerjaan lebih mudah sembari meningkatkan produktivitas dan performa perusahaan
  1. Memperhitungkan EX untuk setiap karyawan
    1. Memastikan EX melingkupi setiap aspek pekerjaan dan lingkungan pekerjaan
    2. Memastikan EX melingkupi setiap segmen karyawan (kandidat karyawan , karyawan paruh waktu, karyawan tetap, karyawan lepas, dll)
  1. Lihat keluar

    Mengunjungi kawan-kawan perusahaan dan situs karier, seperti Glassdoor, LinkedIn, dan lainnya untuk memahami dan menetapkan standar untuk EX yang berkualitas

  1. Memperhitungkan pengaruh geografi area terhadap EX

    Perusahaan, terutama yang bergerak dalam lingkup internasional, harus memperhatikan perbedaan elemen antar area yang berbeda, yang dapat mempengaruhi kualitas EX, sebagai contoh perbedaan budaya antar negara kawasan Asia dan Eropa,

  1. Tinjau EX secara berkala

    Mengadakan survei secara rutin dan memberlakukan sistem ‘open feedback’ agar dapat menganalisa secara tepat seberapa baik EX telah memenuhi ekspektasi karyawan

 

Referensi:

https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/the-organization-blog/employee-experience-essential-to-compete
https://www.forbes.com/sites/jacobmorgan/2015/12/15/the-three-environments-that-create-every-employee-experience/#d3cb5dd66c6c
https://www2.deloitte.com/insights/us/en/focus/human-capital-trends/2017/improving-the-employee-experience-culture-engagement.html

CARA PENERAPAN PRINSIP EMPLOYEE DISCIPLINE YANG EFEKTIF

Mendisiplinkan karyawan tidak selalu tentang menjadi dominan atau memberikan sanksi berat pada mereka. Penegakan disiplin adalah upaya melatih atau mendidik semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang sudah ditetapkan. Dalam menerapkan employee discipline, Douglas McGregor memperkenalkan “Hot Stove Rule”, mengilustrasikan prinsip employee discipline melalui ilustrasi kompor yang menyala panas.

4 prinsip employee discipline yang diilustrasikan oleh McGregor antara lain:

  1. Tangan Anda akan langsung terbakar saat menyentuh kompor yang menyala panas

    Hukum sebab-akibat terjadi seketika. Karyawan yang melakukan tindakan indisipliner akan langsung mendapatkan sanksi.

  1. Anda sudah mengetahui bahwa kompor yang menyala itu panas dan apa yang terjadi jika Anda menyentuhnya

    Anda sudah mengetahui peraturan dan regulasi perusahaan dan sanksi apa yang didapatkan jika Anda melanggar peraturan tersebut.

  1. Setiap kali Anda menyentuh kompor yang menyala pasti akan membakar tangan Anda

    Penerapan disiplin haruslah konsisten. Jika satu karyawan mendapatkan sanksi karena melakukan pelanggaran tertentu, maka karyawan lain yang melakukan pelanggaran yang sama harus mendapat sanksi yang sama.

  1. Tidak peduli siapapun yang menyentuh kompor yang menyala pasti akan terbakar

    Disiplin yang dilanggar akan mengakibatkan sanksi. Sanksi yang diberikan haruslah sama pada setiap karyawan yang melanggar. Tidak ada yang diistimewakan.

Berikut cara penerapan prinsip employee discipline yang efektif:

  • Tetapkan kode perilaku (code of conduct)

Karyawan berhak mengetahui pekerjaan apa yang harus dilakukan dan aturan yang harus dipatuhi. Aturan perusahaan harus selaras dengan hukum tenaga kerja yang berlaku dan dengan jelas menerangkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait dengan:

  • Rutinitas seperti kehadiran, pakaian, dan jam istirahat
  • Penggunaan peralatan kantor (penggunaan telepon untuk kepentingan pribadi, mesin cetak untuk dokumen pribadi, dll.)
  • Pelanggaran berat seperti kekerasan atau pelanggaran pada aturan keselamatan kerja perusahaan.

Hal-hal ini sebaiknya dicantumkan dalam employee handbook yang diberikan saat karyawan masuk pada hari pertama kerja.

  • Gunakan sistem disiplin progresif

Disiplin progresif adalah metode pendisiplinan yang menggunakan tindakan bertahap untuk mengurusi tindakan indisipliner. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang umumnya dilakukan:

  • Konseling
  • Peringatan verbal
  • Peringatan tertulis
  • Tindakan lebih lanjut (mutasi, skorsing, pemutusan hubungan kerja, dll.)
  • Simpan semua dokumen proses pendisiplinan

Semua dokumen proses pendisiplinan dari semua pelanggaran yang dilakukan harus disimpan. Proses dokumentasi ini memberikan konsistensi dan objektivitas dalam penyelesaian masalah pelanggaran dan memberikan bukti apa pelanggaran yang terjadi. Beberapa dokumen yang sebaiknya disimpan di antaranya:

  • Komplain atau keluhan dan laporan saksi
  • Catatan dari supervisor, manajer, atau atasan
  • Setiap dokumen dalam file personalia karyawan, termasuk laporan tindakan indisipliner sebelumnya dan sanksi yang diberikan.

Sebelum memberikan sanksi, berikan kesempatan pada karyawan untuk menjelaskan situasi dan permasalahannya. Sanksi yang diberikan seharusnya adil dan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Dengan menerapan prinsip employee discipline di atas, maka diharapkan karyawan dapat bekerja dengan lebih baik sehingga meningkatkan kinerja perusahaan.

Referensi:

https://study.com/academy/lesson/common-methods-of-employee-discipline-hot-stove-andprogressive-discipline.html

https://training.fws.gov/courses/references/job-aids/supervisors/performance-tool/conperf/documents/The%20Hot%20Stove%20Rule.docx

https://www.managementstudyguide.com/employee-discipline.htm

https://wellsfargoworks.com/management/article/how-to-manage-employee-discipline

MEMENANGKAN TALENT MELALUI EMPLOYEE VALUE PROPOSITIONS

Maraknya persaingan untuk mendapatkan talent menyebabkan jumlah permintaan melambung melebihi jumlah talent itu sendiri. Sekarang bukan lagi perusahaan yang memilih talent, melainkan talent tersebut yang memilih perusahaan. Untuk memenangkan talent, perusahaan dapat menerapkan Employer Value Proposition (EVP).

Employer Value Propositions (EVP) adalah nilai total yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawannya sebagai ganti dari usaha, waktu, dan hasil kerja yang diberikan karyawan untuk suatu perusahaan. Dalam arti yang lebih sederhana, EVP haruslah menjawab pertanyaan pekerja berikut ini:

  • Mengapa saya harus bekerja untuk perusahaan anda dibanding perusahaan lainnya?
  • Apa yang bisa perusahaan anda tawarkan yang perusahaan lain tidak bisa tawarkan?
  • Apa yang saya dapatkan dari bekerja untuk anda?

Karena itu, EVP yang baik harus dapat membedakan suatu perusahan dari saingannya. EVP haruslah dapat membuat pekerja tidak mudah melupakan dan mencari ganti suatu perusahaan. Pada umumnya, EVP tersusun atas 5 komponen utama yang nilainya harus seimbang satu dengan lainnya, yaitu:

  1. Kompensasi
  2. Benefit
  3. Karir
  4. Lingkungan kerja
  5. Budaya

Berikut 6 langkah untuk menciptakan EVP suatu perusahaan:

  1. Tetapkan ’candidate persona’

    Candidate persona’ adalah ciri, karakteristik, dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki oleh pekerja untuk dapat masuk ke dalam suatu perusahaan

 

  1. Tetapkan komponen EVP

    Spesifikasikan tiap komponen EVP sehingga nilai sesuai untuk diberikan kepada talent dengan ‘candidate persona’ yang perusahaan inginkan.

  1. Lakukan penelitian

    Teliti para pencari kerja dan pekerja, terutama yang memiliki performa di atas rata-rata, mengenai nilai yang memotivasi mereka untuk bekerja sebaik-baiknya dalam suatu perusahaan.

  1. Segmentation is the key

    Tetapkan target pasar pekerja secara spesifik, contohnya para lulusan baru atau para profesional muda, dan ciptakan EVP yang sesuai dengan kebutuhan target pasar pekerja tersebut

     

  1. Promosikan EVP kepada calon pekerja dan pekerja

    Cantumkan EVP dalam konten (testimoni pekerja, blog perusahaan, video perusahaan) dan ‘channel’ perusahaan (situs karir, jaringan sosial, kampanye, dan event)

 

  1. Tinjau EVP secara berkala untuk menjaga relevansi

    Buat pertanyaan seputar EVP dan terapkan ‘recruitment and retention metrics’ untuk menganalisa seberapa baik EVP telah memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pekerja

 

Beberapa keuntungan akan didapatkan oleh perusahaan dengan menerapkan EVP antara lain:

  1. Menarik perhatian talent
  2. Karyawan dengan sukarela menjadi “brand ambassador” yang mempromosikan perusahaan
  3. Meningkatkan retensi karyawan terhadap perusahaan
  4. Meningkatkan performa keuangan perusahaan

 

Referensi:

http://www.beteronderwijsnederland.nl/files/War_For_Talent%20McKinsey2001.pdf
https://www.talentlyft.com/en/blog/article/105/employee-value-proposition-evp-magnet-for-attracting-candidates
https://medium.com/hr-blog-resources/define-your-employee-value-proposition-evp-and-use-it-to-attract-candidates-734be0f2fe74

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG PRODUKTIF DAN MENYENANGKAN

Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kinerja karyawan. Semakin baik lingkungan tersebut, karyawan akan semakin betah dan produktif bekerja. Tak hanya itu saja, karyawan juga mampu mengeluarkan potensi terbaiknya, tak hanya sekadar demi gaji, namun mereka melakukannya demi kemajuan perusahaan jangka panjang.

Agar suasana nyaman dan menyenangkan dapat terwujud secara nyata, diperlukan kontribusi langsung dari masing-masing anggota perusahaan. Hal tersebut dapat terwujud apabila seluruh bagian perusahaan ambil bagian, bukan hanya pemimpin saja. Inilah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan menyenangkan:

  1. Utamakan Suasana Lingkungan Kerja

    Lingkungan merupakan faktor terbesar dalam menentukan keberhasilan pemimpin maupun karyawan. Banyak pemimpin tak menyadari bahwa lingkungan kerja, unit kerja, budaya tim, insentif, dan sikap pemimpin dapat berdampak langsung pada kinerja karyawan. Pada masa kini, kantor tak hanya berbentuk ruangan yang kaku. Beberapa perusahaan mendekorasi ruangan sehingga karyawan merasa nyaman dan tidak jenuh untuk menghasilkan kinerja yang maksimal.

  1. Relasi dengan Pemimpin

    Kualitas interaksi antara pemimpin dan karyawan adalah penentu utama motivasi dan kinerja. Hubungan antara pemimpin dan karyawan dapat diukur dengan seberapa bebas perasaan karyawan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan bahkan menyuarakan ketidaksetujuan terhadap pemimpin tanpa takut akan kritik atau pembalasan. Aktivitas informal pada akhir pekan seperti olahraga bersama atau makan bersama dapat dilakukan untuk mengeratkan hubungan antara pemimpin dengan karyawan maupun sesama karyawan sehingga tercipta suasana yang hangat dan nyaman saat kembali bekerja.

  1. Mengusir Rasa Takut

    Takut gagal menyelesaikan tugas, takut dimarahi pemimpin, takut tidak dihargai, hingga takut pendapatnya tak didengar adalah rasa takut yang dapat menghambat produktivitas dan kinerja karyawan. Pemimpin perlu melakukan evaluasi terhadap rasa takut yang ada di perusahaan maupun di unit yang dipimpinnya agar dapat mengambil tindakan untuk mengatasi rasa takut tersebut. Melakukan pendekatan secara personal dan mengajak karyawan berbincang dari hati ke hati dapat membangkitkan diri mereka untuk melawan rasa takut terhadap lingkungan pekerjaan.

Terciptanya lingkungan kerja yang positif adalah salah satu kunci sukses sebuah perusahaan dalam menciptakan employee experience. Suasana yang positif akan mendukung terbentuknya komitmen dan kebersamaan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Jika karyawan merasa nyaman dan bahagia, maka seluruh aspek dalam operasional perusahaan akan berlangsung optimal. Sudahkah perusahaan Anda menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan positif?

4 HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM EMPLOYEE TRAINING

Tren dalam dunia bisnis selalu berubah-ubah. Beragam ide, produk, strategi, dan teknologi baru terus bermunculan dari waktu ke waktu. Jika sebagai pemimpin, Anda tidak melatih tim Anda untuk peka terhadap segala perubahan dan perkembangan yang terjadi, maka perusahaan Anda pada akhirnya akan tertinggal oleh para kompetitor yang telah jauh berkembang melampaui Anda.

Pelatihan dan pengembangan karir adalah suatu hal yang vital bagi perusahaan, baik untuk pemimpin maupun untuk karyawannya, karena dapat meningkatkan employee engagement dalam perusahaan hingga meningkatkan energi dan produktivitas siapapun yang terlibat di dalamnya. Bagaimanakah cara membentuk sebuah proses employee training and development yang efektif? Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan:

  1. Tidak semua orang berkembang dengan cara yang sama
    Salah satu kesalahan besar yang sering terjadi dalam pelatihan adalah menerapkan program pelatihan yang sama ke semua orang, padahal tidak semua orang dapat memahami dan berkembang dengan cara yang sama. Hal ini dapat membuat karyawan Anda kehilangan motivasi serta berkurangnya engagement dalam diri mereka. Tentunya, Anda memiliki target yang perlu diraih dalam pelatihan, namun jangan sampai Anda lupa memperhatikan kebutuhan setiap individu karyawan Anda.
  1. Pastikan materi sesuai dengan kebutuhan karyawan Anda
    Sangat penting bagi Anda untuk memastikan bahwa materi pelatihan yang Anda lakukan tepat dan sesuai sasaran dengan apa yang dibutuhkan oleh karyawan Anda. Tentunya, seseorang yang bekerja di sales department membutuhkan pelatihan yang sesuai dengan lingkup pekerjaan mereka dibandingkan pelatihan mengenai bidang pekerjaan lainnya. Dengan sasaran yang lebih efektif, maka dijamin akan lebih efektif pula pelatihan yang Anda lakukan.
  1. Apakah target atau tujuan pelatihan Anda terlalu tinggi atau tidak jelas?
    Salah satu masalah yang sering dihadapi ketika memberikan pelatihan adalah terlalu besarnya tujuan pelatihan sehingga terasa sulit tercapai sehingga dapat menurunkan motivasi yang ada. Anda juga perlu membuat daftar target yang mudah dicapai dan tepat untuk para karyawan agar dapat terealisasi dalam batas waktu yang telah ditentukan.
  1. Pantau perkembangan karyawan Anda
    Buatlah laporan untuk mengetahui perkembangan karyawan setelah pelatihan berakhir. Anda perlu memastikan bahwa para karyawan telah menyelesaikan target dan memberikan ulasan terhadap pelatihan tersebut. Hal ini perlu dilakukan berulang selama karyawan tersebut berada dalam perusahaan Anda untuk memastikan perkembangan mereka.

Setelah mempertimbangkan empat hal di atas, diharapkan Anda memiliki gambaran mengenai bagaimana proses employee training and development yang efektif. Dengan adanya pelatihan karyawan tersebut, maka karyawan Anda akan lebih termotivasi dan memiliki kontribusi dan tingkat engagement yang lebih besar bagi perusahaan. Tak hanya itu saja, diharapkan dari pelatihan tersebut, karyawan dapat semakin menghargai sesama rekan kerja, sehingga meningkatkan teamwork yang berkualitas dalam perusahaan.

EMPLOYEE ENGAGEMENT DALAM TEORI MASLOW

Dalam teorinya “Hierarchy of Needs”, Abraham Maslow mengungkapkan bahwa setiap individu harus memenuhi kebutuhan mendasar mereka seperti rasa aman serta tempat untuk tinggal dan berlindung sebelum akhirnya memiliki hasrat untuk tumbuh dan berkembang. Teori Maslow ini juga dapat digunakan dalam dunia kerja sehari-hari, yaitu untuk menemukan cara yang tepat bagi manajemen organisasi untuk memperlakukan karyawan serta berhubungan dengan mereka.

Berdasarkan teori Maslow, terdapat 5 macam karyawan berdasarkan tingkat engagement mereka terhadap organisasi:

  1. The Disengaged

    Sama sekali tidak terhubung atau engaged dengan organisasi, tipe karyawan ini hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan survival seperti makanan, air, dan tempat tinggal. Karyawan ini adalah mereka yang hanya memedulikan upah yang mereka peroleh tanpa bekerja demi tercapainya visi dan misi organisasi.

  1. The Not Engaged

    Tipe karyawan ini masih memiliki kebutuhan untuk mendapatkan stabilitas dan perlindungan dari hukum serta peraturan yang berlaku dalam hidup mereka. Ciri-ciri tipe karyawan ini dalam sebuah organisasi adalah mereka yang sering meminta izin sakit melebihi jatah yang seharusnya dan mengambil jatah lembur. Selain itu, karyawan ini juga tidak selalu menyukai pekerjaan mereka dan bahkan masih mencari-cari pekerjaan lain di luar organisasinya.

  1. The Almost Engaged

    Tipe karyawan ini berada pada tahapan di mana mereka belum sepenuhnya engaged dengan organisasi. Masih membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang, karyawan ini berada dalam sebuah breaking point antara loyalitas dan lack of interest. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka adalah karyawan yang merasa bangga dengan pekerjaan mereka namun masih membuka kemungkinan untuk bekerja di tempat lain. Hal ini mereka lakukan karena mereka merasa bahwa pekerjaan mereka sekarang tidak memberikan peluang untuk mengembangkan karir sesuai keinginan mereka.

  1. The Engaged

    Merasa engaged dengan perusahaan, karyawan ini merupakan individu yang memiliki hasrat untuk meraih hal-hal yang lebih besar dan berarti, serta untuk mendapatkan rasa hormat dan kebebasan. Mereka adalah para karyawan yang menyadari peran penting mereka dalam organisasi serta selalu fokus dan sibuk dalam pekerjaan mereka.

  1. The Highly Engaged

    Karyawan ini berada di tingkat teratas dalam teori “Hierarchy of Needs” menurut Maslow. Telah memenuhi segala kebutuhan mendasar serta menyadari peran pentingnya dalam organisasi, karyawan ini benar-benar mencintai pekerjaannya dan bahkan berminat untuk menginspirasi orang-orang lain di sekitarnya.

Akhirnya, Employee Engagement berperan penting dalam mengidentifikasi tingkat engagement dan motivasi seseorang dalam bekerja. Dengan adanya informasi tersebut, maka manajemen akan mampu menciptakan kondisi lingkungan kerja yang mendukung karyawannya untuk mengeluarkan kemampuan mereka sepenuhnya dalam bekerja demi perkembangan mereka serta tercapainya visi, misi, dan tujuan organisasi.

5 CARA MENINGKATKAN EMOTIONAL INTELLIGENCE

Konflik dalam lingkungan kerja biasa terjadi dan tidak dapat dielakkan. Kenyataannya, tidak ada yang namanya “the perfect office” (kantor yang sempurna) atau “the perfect colleagues” (rekan kerja yang sempurna), seperti yang ada di dalam film atau drama. Setiap kantor pasti memiliki berbagai macam tipe rekan kerja. Meski demikian, sebagai manajamen, Anda memiliki tanggung jawab untuk mengelola SDM.

Si karyawan kesayangan

Tipikal karyawan seperti ini banyak macamnya, namun biasanya dalam sebuah kantor, seorang boss tidak mungkin bisa dekat dengan semua karyawannya dengan tingkat kedekatan yang sama rata sehingga muncullah beberapa orang yang tampaknya “kesayangan boss”. Dalam wujud yang berbeda, ada pula karyawan yang sangat disenangi semua orang. Karyawan seperti ini biasanya merupakan ‘MVP’ tim dan biasanya memiliki peran yang penting dalam team building. Karyawan ini adalah tipikal karyawan yang keberadaannya memainkan peran yang mayor dalam lingkungan kerja sehingga saat karyawan tersebut absen, suasana kantor terasa sepi.

Si karyawan yang dibenci

Seperti dua kubu magnet, setiap kantor memiliki orang yang paling tidak disukai. Paling tidak, ada satu orang dalam kantor yang paling dijauhi atau dinomor duakan. Karyawan tersebut bisa saja karyawan yang paling sulit bergaul atau yang paling susah melebur dengan obrolan dan dinamika suasana di kantor. Ada juga tipikal karyawan yang pacu kerjanya agak lambat, hingga menghambat dan merugikan pekerjaan karyawan lain. Ada juga tipe karyawan yang sering lupa atau lalai mengerjakan tugas, hingga membuat tugas karyawan lain bertambah karena kesalahannya. Bagaimanapun juga, tipe karyawan seperti ini adalah tipe karyawan yang pasti ada di semua kantor, bahkan kantor perusahaan ternama sekalipun.

Apapun tipe karyawan yang bekerja pada Anda, sebagai manajemen Anda memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya manusia Anda. Karena bagaimanapun juga, perusahaan telah memutuskan untuk menerima karyawan tersebut oleh karena suatu alasan dan tugas Anda sebagai manajemen HR adalah untuk mengembangkan serta memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Untuk melakukannya, Anda perlu mengidentifikasi karyawan mana yang memiliki isu darurat dan memformulasikan metode pengembangan yang sesuai.

Emotional Intelligence

Emotional Intelligence adalah topik yang telah populer mulai tahun 1990an ketika para ahli menyadari bahwa IQ saja tidak menjamin kesuksesan seseorang. Karena itu muncullah sebuah faktor baru yaitu emotional intelligence, dimana seorang individu dinilai kemampuan menyeimbangkan emosi diri dan beradaptasi terhadap berbagai macam situasinya. Saat karyawan cenderung tidak disukai atau performanya kurang dalam lingkungan kerja, biasanya hal ini mengindikasikan adanya krisis dalam segi emotional intelligence. Menurut Daniel Goleman, ada 5 strategi yang sifatnya dapat menjadi terapi sederhana pada karyawan untuk meningkatkan EQ;

  1. Self-awareness

    Self-awareness berbicara mengenai bagaimana seseorang dapat menyadari, memahami, dan mengerti mood, emosi, dan dorongan pribadinya dan bagaimana efeknya terhadap orang lain. Seorang individu dengan self-awareness yang tinggi biasanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mampu mengatasi dan mengendalikan emosinya. Orang dengan self-awareness yang baik tidak akan menaruh harga dirinya berdasarkan apa kata orang, melainkan ia sendiri menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Bila karyawan Anda lebih sering menghina dan menyalahkan diri, hal itu pertanda bahwa karyawan Anda kekurangan self-awareness. Sebagai manajer Anda dapat menjadi konselor masalahnya, sambil mengarahkan karyawan tersebut untuk dapat mengatasi emosinya. Anda juga harus menjadi penengah dan mediator yang baik apabila terjadi konflik yang berhubungan dengan karyawan dengan self-awareness yang kurang baik.

  1. Self-regulation

    Self-regulation adalah tingkat baru dari self-awareness dalam hubungan pengambilan keputusan dan cara bereaksi. Idealnya, orang dengan self-regulation yang tinggi mengerti bagaimana perbuatan dan emosi negatifnya dapat berpengaruh pada orang lain. Orang yang menyadari akan pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan akan lebih bijaksana sebelum mengambil tindakan atau keputusan. Mereka adalah orang-orang yang mampu berhadapan dengan kecemburuan, frustasi, keadaan ambigu dan situasi tidak menentu. Cara untuk meningkatkan self-regulation adalah dengan menerapkan terapi menunggu, dimana karyawan dilatih untuk menunggu selama beberapa waktu sebelum mengambil keputusan ketika situasinya sulit. Selain itu, konseling dan ngobrol dengan orang lain juga dapat membantu karyawan dengan self-regulation yang rendah. Dengan konseling, karyawan bisa mendapat perspektif baru dan melihat dari sisi yang mungkin tidak pernah ia pikirkan.

  1. Motivation

    Motivasi berbicara mengenai dorongan yang dimiliki oleh seorang individu untuk sebuah pekerjaan tertentu. Motivasi adalah energi yang membantu seseorang untuk tetap antusias dan mampu tekun dalam tugasnya. Karyawan dengan motivasi yang tinggi dapat dengan mudah beralih dari kegagalannya dan kembali fokus untuk berhasil di pekerjaan selanjutnya. Untuk meningkatkan motivasi, manajer dapat menanamkan nilai-nilai positif yang sifatnya menyenangkan. Selain itu, manajer dapat terus mengingatkan mereka mengenai alasan mereka bekerja pertama kali—tentang tujuan dan goal yang mereka ingin capai dalam pekerjaan. Lebih dari segalanya, manajer juga harus menjadi contoh yang baik dengan menyebarkan optimisme dalam lingkungan kerja. Apabila dari manajemen atas tidak mencerminkan optimisme yang baik, maka manajemen bawah pun tidak dapat mengadopsi visi dan semangat yang sama dengan pemimpinnya.

  1. Empathy

    Saat karyawan dapat berempati terhadap sekelilingnya, maka budaya gotong royong akan tercipta pada lingkungan kerja. Kemampuan empati karyawan berbicara tentang sejauh mana karyawan dapat memahami dan meresponi emosi orang lain. Ketika karyawan memiliki rasa empati yang tinggi, maka karyawan tersebut akan dapat memperlakukan orang lain dengan hormat, ramah, dan baik. Cara untuk meningkatkan empati adalah dengan terus mengasah kemampuan memahami perspektif orang lain. Terkadang orang gagal berempati karena ia terlalu berorientasi pada dirinya sendiri sehingga ia lupa memikirkan orang lain. Empati karyawan juga bisa dibangun dengan acara atau kegiatan team building yang sifatnya membangun hubungan intrapersonal.

  1. Social Skills

    Memiliki social skills yang baik, berarti Anda mampu memelihara hubungan dan memimpin sebuah kelompok. Dengan kemampuan social skills, Anda dapat mempersuasi orang lain untuk bergerak kearah yang Anda inginkan tanpa menyinggung atau mengurangi respect kepada orang tersebut. Cara untuk meningkatkan social skills adalah dengan berlatih berkomunikasi. Biasanya kesalahpahaman terjadi bukan karena perbedaan tujuan, namun karena cara penyampaian yang seringkali menyinggung perasaan orang lain. Sebagai manajer, Anda dapat memberikan giliran kepada karyawan untuk menjadi pemimpin dalam proyek kecil, sehingga setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama rata untuk bertumbuh dan mengembangkan social skillsnya.

PERSONALITY TEST

Banyak orang bilang bahwa konflik itu wajar dan baik bagi hubungan. Mereka yang mengadopsi pemikiran ini berpikir bahwa konflik akan membuat pihak yang terlibat mempelajari pribadi pihak lain dan semakin beradaptasi untuk interaksi yang lebih baik kedepannya. Namun, kenyataannya tidak semua orang bisa menyelesaikan konflik dengan baik. Malah biasanya konflik berujung pada putusnya hubungan, dendam, dan bahkan pelabelan image buruk terhadap pihak yang terlibat. Tragisnya, seringkali saat konflik tidak berakhir bahagia, yang disalahkan adalah kepribadian atau karakter pihak lawan. Lalu apa kabar dengan konflik yang ‘katanya’ membuat hubungan antarpersonal menjadi lebih baik? Benarkah ada orang jenis tertentu yang ‘cocok’ dan bisa berdamai dengan jenis satu, sementara tidak dengan jenis lain?

Bagi beberapa perusahaan, proses personality assessment merupakan proses yang wajar dan wajib dilaksanakan dalam proses perekrutan karyawan. Hal ini membuat perusahaan memiliki data kepribadian karyawan bahkan sebelum karyawan bekerja di perusahaan. Namun tetap saja, data tersebut seringkali hanya dipakai menjadi bahan pertimbangan ketika pengambilan keputusan perekrutan saja, namun setelah itu data dibuang atau hilang entah kemana. Belum lagi perusahaan yang menganggap remeh tes kepribadian dan tidak melakukan tes ini sebelum merekrut karyawan dan hanya mengandalkan penilaian sekilas sewaktu proses interview. Hanya sebagian kecil perusahaan benar-benar menghargai data tersebut dan menggunakannya dengan bijak. Padahal sebenarnya data tersebut harus dikaji lebih jauh untuk menentukan dalam lingkungan mana seorang karyawan harus ditempatkan.

16 Personalities

Cara mudah (dan gratis) yang bisa Anda pakai untuk mengenali bagaimana karyawan Anda berpikir adalah dengan mencoba tes 16 kepribadian. Dalam tes ini, kepribadian seseorang dikaji berdasarkan pola dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu.

  • Aspek pikiran : Introvert atau Extrovert?

    Aspek ini adalah aspek paling dasar yang menentukan bagaimana kecenderungan perilaku individu. Pribadi yang introvert cenderung menyukai kesendirian dan sangat sensitif terhadap stimulus. Orang introvert cenderung menyukai sesuatu yang simpel atau sederhana, dimana mereka tidak perlu menanggapi atau menambahkan sesuatu. Sementara pribadi extrovert sangat peka terhadap rangsangan. Orang extrovert cenderung menyukai suasana dimana mereka dapat berkontribusi dan mendapatkan feedback. Implementasinya, orang extrovert cenderung sangat terbuka pada hal baru dan sangat menyukai sosialisasi, sementara orang introvert cenderung lebih tertutup pada pengalaman baru dan puas dengan lingkaran koneksi mereka tanpa merasa perlu merubah apapun.

  • Aspek energi : Observant atau Intuitive?

    Aspek energi adalah aspek yang menilai bagaimana cara individu melihat dunia. Orang yang cenderung observant merupakan tipikal orang yang sangat praktikal dan realistis—fokus orang tipe ini adalah kejadian yang sudah atau sedang terjadi. Orang tipe observant lebih suka untuk terjun dan merasakan pengalaman yang ‘sekarang’. Berbeda dengan tipe orang intuitive, dimana orang ini cenderung berfokus pada potensi dan pengembangan yang bisa dibuat. Orang intuitive biasanya sangat imajinatif, berpikiran terbuka, dan memiliki keingin tahuan yang besar. Orang intuitive cenderung selalu mempertanyakan ‘mengapa’ dan berorientasi pada masa depan. Karena itu sering kali tipe orang intuitive seringkali tidak cocok dengan orang yang observant, karena cara mereka memandang sesuatu berbeda orientasinya.

  • Aspek natur : Thinking atau Feeling?

    Dalam aspek ini, bagaimana individu bereaksi terhadap rangsangan dan kecenderungan mereka dalam menangani emosi dinilai. Orang thinking cenderung mengutamakan rasionalitas dan logika diatas emosi mereka. Mereka memiliki prinsip bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan tidak memercayai dorongan emosi sesaat. Sementara kebalikannya, orang feeling cenderung sangat sensitif dan peka terhadap sekitarnya. Mereka percaya bahwa emosi adalah sesuatu yang alamiah dan sangat wajar ditunjukkan. Mereka cenderung mengambil keputusan berdasarkan ‘apa kata hati’ mereka saat itu juga.

  • Aspek taktis : Judging atau Prospecting?

    Aspek taktis merupakan aspek yang menilai bagaimana individu merencanakan sesuatu. Orang tipe judging adalah tipikal orang yang sangat terstruktur dan terencana sehingga memiliki banyak rencana cadangan. Tipe judging tidak akan merasa nyaman ketika secara spontan harus menyelesaikan masalah yang ditemui di tengah jalan. Sementara lawannya, orang prospecting lebih percaya pada ‘go with the flow.’ Tipikal ini cenderung tidak membatasi perencanaannya, terbuka pada ‘perubahan rencana dadakan’, dan tidak keberatan dengan perubahan tersebut.

Pada akhirnya, manajemen harus mempertimbangkan kompilasi jenis-jenis kepribadian karyawannya. Apakah lingkungan kerja dan job nature masing-masing karyawan sudah sesuai dengan kepribadian karyawan? Hal ini bukan berarti hasil tes akan secara kaku mengatur tipe pekerjaan dan partner tim seperti apa yang bisa dihandle oleh karyawan, namun hal ini bisa dipertimbangkan perusahaan untuk mengembangkan potensi dan memperluas insight karyawan. Dengan analisis kepribadian juga akan memudahkan perusahaan untuk memfasilitasi ide dan aspirasi masing-masing karyawan, sehingga konflik bisa dihindarkan.